Jumat, 12-09-2025
  • Website Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan Sahabat
  • Website Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan Sahabat

Pelatihan Pembelajaran Mendalam Guru SMK Awali Hari Pertama dengan Materi Pola Pikir Bertumbuh

Diterbitkan : - Kategori : Berita

Semarang – Hari pertama pelatihan Pembelajaran Mendalam yang berlangsung pada Minggu, 31 Agustus 2025, menghadirkan materi penting tentang pola pikir bertumbuh (growth mindset). Puluhan kepala sekolah dan guru SMK dari berbagai daerah di Jawa Tengah mengikuti rangkaian kegiatan yang difokuskan pada pemetaan profil pola pikir, transformasi dari PPT ke PPB, intervensi pola pikir, integrasi karakter, hingga merancang proyek inovasi.

Pelatihan ini menghadirkan narasumber R. Hariyadi Purnomo dari Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV) Seni Budaya Yogyakarta. Dalam pemaparannya, Hariyadi menjelaskan latar belakang mengapa isu pola pikir perlu menjadi perhatian serius dalam dunia pendidikan Indonesia.

“Berdasarkan data PISA 2018, Indonesia termasuk satu dari enam negara dengan persentase murid yang memiliki growth mindset di bawah 40 persen, yakni hanya 29 persen. Padahal, terdapat korelasi positif antara jumlah murid dengan growth mindset dan hasil akademik di suatu negara,” ujarnya.

Hariyadi menekankan bahwa pola pikir merupakan fondasi utama yang menentukan tindakan dan hasil yang diperoleh seseorang. Ia menyebut pola pikir sebagai kumpulan keyakinan yang menentukan cara individu melihat dan merespons masalah. “Pola pikir ini menjadi dasar dari skillset dan toolset. Kalau fondasinya lemah, maka keterampilan dan alat tidak akan maksimal digunakan,” jelasnya.

Dalam sesi berikutnya, peserta diajak memahami dua jenis pola pikir yang kerap muncul, yakni fixed mindset dan growth mindset. Menurut Hariyadi, fixed mindset ditandai dengan keyakinan bahwa kecerdasan dan keterampilan bersifat tetap, sehingga kegagalan dianggap sebagai tanda ketidakmampuan. Sebaliknya, growth mindset berpandangan bahwa kecerdasan bisa dikembangkan melalui usaha dan pembelajaran. “Perbedaannya sangat mendasar. Dengan growth mindset, kegagalan dilihat sebagai kesempatan belajar, bukan akhir dari segalanya,” tambahnya.

Strategi mengembangkan pola pikir bertumbuh pun turut dibahas. Hariyadi menjelaskan pentingnya mengenali “suara pola pikir tetap” lalu menggantinya dengan “suara pola pikir bertumbuh”. Ia juga memperkenalkan konsep The Power of YET yang menekankan penggunaan kata “belum” pada kalimat negatif, misalnya “saya belum bisa” dibanding “saya tidak bisa”. Selain itu, guru diajak memberikan pujian pada proses kerja keras, bukan semata hasil.

“Kalau kita bilang ‘kamu pintar’, murid akan cenderung berhenti di situ. Tapi kalau kita bilang ‘kamu sudah bekerja keras’, mereka akan terdorong untuk terus berusaha. Begitu pula dengan konsep productive failure, yang mengajarkan bahwa kesalahan adalah bagian penting dari proses belajar,” terang Hariyadi.

Pelatihan hari pertama juga menyinggung intervensi pola pikir di kelas. Guru didorong memberi dukungan pada murid yang hampir menyerah, menjelaskan bahwa kesalahan adalah bagian alami dari kerja otak, serta menanamkan pemahaman tentang perbedaan pola pikir tetap dan pola pikir bertumbuh. “Kuncinya ada pada komunitas belajar. Hubungan guru dengan murid, orang tua, dan sesama guru menjadi fondasi dalam membangun pola pikir bertumbuh. Murid yang merasa didukung dan aman akan lebih siap berkembang,” ujarnya.

Materi ini diperkuat dengan pendekatan berbasis neurosains. Hariyadi mengutip hasil penelitian tentang mathematical mindset, bahwa kesalahan dalam menjawab soal matematika yang diikuti dengan usaha mencoba lagi justru memicu aktivitas otak lebih besar. Ia juga mengenalkan penggunaan mind map sebagai alat belajar yang sesuai dengan cara kerja alami otak.

Salah satu peserta dari SMK Negeri 10 Semarang, Dian Primayanto, mengaku mendapatkan banyak pencerahan dari materi ini. “Selama pelatihan, saya bisa memahami pemetaan profil pola pikir yang ada di sekolah maupun di kelas. Kami juga belajar bagaimana mengubah pola pikir tetap menjadi pola pikir bertumbuh, serta melakukan intervensi pola pikir secara berkelompok. Pengalaman ini sangat relevan untuk diterapkan di sekolah kami,” ungkapnya.

Pelatihan Pembelajaran Mendalam hari pertama ini ditutup dengan sesi refleksi dan perancangan proyek inovasi berbasis pola pikir bertumbuh. Para peserta tampak antusias menantikan materi berikutnya, dengan harapan konsep yang dipelajari dapat membawa perubahan nyata dalam proses pembelajaran di sekolah masing-masing.

0 Komentar

Beri Komentar

Balasan