Jumat, 12-09-2025
  • Website Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan Sahabat
  • Website Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan Sahabat

Pelatihan Pembelajaran Mendalam Hari Keenam Bahas Inkuiri Kolaboratif, Tiga Sekolah Semarang Paparkan Ide

Diterbitkan : - Kategori : Berita

SEMARANG-Pelatihan Pembelajaran Mendalam hari keenam yang digelar pada Kamis, 04 September 2025 menghadirkan pembahasan menarik mengenai praktik Inkuiri Kolaboratif. Dalam kegiatan tersebut, tiga sekolah dari Kota Semarang memaparkan ide pelaksanaan inkuiri kolaboratif yang mereka kembangkan, yakni SMA Negeri 2 Semarang, SMA Negeri 5 Semarang, dan SMA Daniel Creative Semarang.

Paparan pertama datang dari SMA Negeri 2 Semarang yang mengangkat konsep persiapan menuju sekolah Adiwiyata nasional. Sekolah ini sebelumnya telah berpartisipasi dalam program Adiwiyata tingkat Provinsi Jawa Tengah. Dengan mengusung tema “Metamorfosis Sampah”, SMAN 2 berupaya membangun gerakan ramah lingkungan sekaligus menanamkan karakter cinta lingkungan pada siswa.

Guru SMA Negeri 2 Semarang, Ahmad Taufik dalam paparannya, menjelaskan bahwa proyek ini melibatkan kolaborasi lintas mata pelajaran seperti kimia, biologi, geografi, ekonomi, bahasa Indonesia, hingga matematika. “Kami ingin menunjukkan bahwa isu lingkungan bukan hanya tanggung jawab satu bidang ilmu, tetapi perlu diintegrasikan. Melalui strategi terbuka, siswa diarahkan untuk berpikir kritis, menghasilkan karya, dan mendokumentasikan proses pembelajaran secara berkelanjutan,” ujarnya.

Dalam praktiknya, peran guru di SMAN 2 Semarang dibagi ke dalam empat fungsi, yaitu sebagai fasilitator, pengelola dokumentasi, pengajar, dan pengamat. Output yang dihasilkan pun cukup komprehensif, mulai dari data analisis tujuan pembelajaran tiap mata pelajaran, rencana pembelajaran lengkap dengan instrumen evaluasi, data lapangan, hingga produk kreatif siswa seperti poster, presentasi, kompos, dan visualisasi model atom berbahan sampah.

Meski demikian, tantangan tetap muncul. Salah satunya adalah kesulitan menyamakan alokasi waktu antar mata pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Diperlukan koordinasi intensif antar guru mata pelajaran agar inkuiri kolaboratif bisa berjalan seimbang.

Sementara itu, SMA Negeri 5 Semarang menyoroti masalah berbeda. Guru-guru di sekolah tersebut dinilai belum terbiasa merancang pembelajaran yang aplikatif dan reflektif, baik dalam penyampaian materi maupun asesmen. Dampaknya, siswa kesulitan saat mengerjakan soal level aplikasi dan refleksi, khususnya dalam persiapan menghadapi Tes Kompetensi Akademik (TKA) serta Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK).

Sutji Harijanti, guru SMA Negeri 5 Semarang memaparkan bahwa sebagian besar metode pembelajaran masih berpusat pada ceramah dengan konten tekstual. “Kami menyadari hasil try out TKA dan latihan literasi numerasi belum maksimal. Karena itu, strategi kami adalah memperkuat komunitas belajar melalui MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) dan menerapkan lesson study sebagai sarana inkuiri kolaboratif,” jelasnya.

Tahapan yang dirancang SMA Negeri 5 dimulai dari perencanaan berupa pengimbasan konsep pembelajaran mendalam, lalu pelaksanaan kegiatan lesson study oleh semua guru. Output yang diharapkan antara lain tersusunnya RPP berbasis pembelajaran mendalam, jurnal kegiatan komunitas belajar, serta rencana pelaksanaan lesson study yang lebih sistematis.

Di sisi lain, SMA Daniel Creative Semarang menghadapi tantangan terkait beban siswa. Banyak guru mata pelajaran memberikan proyek tanpa koordinasi yang baik, sehingga siswa, terutama kelas X, merasa kewalahan dengan tugas yang menumpuk.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, sekolah ini mencoba menerapkan siklus Inkuiri Kolaboratif secara sistematis. Tahap awal, yakni assess, dilakukan dengan observasi tugas murid dan diskusi antar guru mata pelajaran. Tahap berikutnya, design, difokuskan pada analisis capaian pembelajaran, perumusan proyek integrasi, serta penyusunan instrumen asesmen. Selanjutnya, pada tahap implementation, siswa menjalani pembelajaran proyek integrasi yang melibatkan pengumpulan data lapangan, pengerjaan proyek, hingga evaluasi terbuka. Terakhir, tahap measurement, reflect, and change dilakukan melalui asesmen proyek integrasi, refleksi, dan perbaikan berkelanjutan.

“Kami belajar bahwa proyek integrasi antar mata pelajaran tidak hanya meringankan beban murid, tetapi juga mendorong guru untuk lebih berkolaborasi. Refleksi menjadi kunci untuk perbaikan pembelajaran berikutnya,” ungkap Putri Permatasari, guru pendamping SMA Daniel Creative.

Selain tiga sekolah tersebut, sejumlah pengalaman dari guru lain juga turut dibagikan. Puji Lestari, guru kimia dari SMA Negeri 3 Semarang, mengungkapkan penerapan inkuiri kolaboratif di kelasnya. “Masalah utama adalah rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa pada materi struktur atom. Dengan kolaborasi dan refleksi, kami mencoba memperbaiki pembelajaran agar siswa lebih kritis sekaligus kreatif,” katanya.

Hal senada disampaikan Didik Widayat dari SMA Negeri 13 Semarang. Ia menuturkan pengalamannya berkolaborasi dengan guru lain untuk meningkatkan literasi membaca siswa. “Kami menghadapi tantangan dalam mengelola perbedaan kemampuan siswa dan gaya mengajar guru. Solusi yang berhasil adalah pembelajaran berdiferensiasi dengan media inovatif. Hasilnya, minat dan kepercayaan diri siswa meningkat, meskipun masih perlu refleksi berkelanjutan,” ujarnya.

Secara umum, pelatihan hari keenam ini menegaskan pentingnya pembelajaran berbasis proyek yang bermakna, integrasi antar mata pelajaran, serta refleksi berkelanjutan sebagai bagian dari pengembangan profesional guru. Dokumentasi juga dipandang sebagai elemen penting, tidak hanya untuk memantau proses, tetapi juga sebagai bukti peningkatan kualitas pembelajaran.

Kegiatan Pelatihan Pembelajaran Mendalam yang berlangsung sejak awal pekan tersebut dirancang untuk membekali guru dengan strategi baru dalam merancang pembelajaran yang lebih kontekstual, kolaboratif, dan sesuai dengan kebutuhan siswa di era modern. Dengan adanya paparan dari tiga sekolah, diharapkan praktik baik ini dapat menjadi inspirasi bagi sekolah lain di Jawa Tengah dalam memperkuat mutu pendidikan.

Penulis : Ardan Sirodjuddin, M.Pd, Kepala SMK Negeri 10 Semarang dan Fasilitator Pembelajaran Mendalam BBGTK Provinsi Jawa Tengah

3 Komentar

Anies Asriani
Kamis, 4 Sep 2025

Pelatihannya membuat lebih ” Ahaaa” ttg PM…terimkasih teman2 peserta hebat dan fasil yang hebat…semangat untuk kegiatan selanjutnya…

Balas
Ahmad Dul Rohim
Kamis, 4 Sep 2025

Ahmad Dul Rohim
Kamis, 4 September 2025

Pelatihan terakhir, seperti yang dikatakan Bu Ririn SMA N4, walaupun pelatihan hanya 6 hari tapi sudah kayak sudah 6 bulan, karena saking akrab, menyenangkan dan banyak ilmu.

Makasih pak Ardan telah menjadi Fasil untuk kami. Semoga keberkahan dan kesehatan buat bapak dan teman-teman semua.

Balas
Kamis, 4 Sep 2025

Terima kasih Pak Ardan dan tim fasilitator yang selalu menginspirasi…

Balas

Beri Komentar

Balasan