Kesuksesan sering kali dirayakan dengan gegap gempita. Ketika kita berhasil mencapai sesuatu yang telah lama kita dambakan, perasaan bahagia dan puas membanjiri diri. Belum lagi pujian dari orang-orang di sekitar yang membuat kita merasa seperti berada di puncak dunia. Namun, apa yang terjadi ketika semua kegembiraan itu mulai pudar? Apakah kesuksesan benar-benar memberikan makna yang kita cari dalam hidup?
Dalam hidup, kita pasti pernah mencapai titik sukses tertentu. Entah itu mendapatkan tunjangan sertifikasi cair, lolos PPPK, atau bahkan berhasil mencapai target pribadi seperti menurunkan berat badan. Semua pencapaian ini terasa begitu indah pada awalnya. Namun, setelah kegembiraan itu mereda, pernahkah kamu bertanya pada diri sendiri, “Cuma segini doang?” Jika iya, kamu tidak sendirian.
Menurut ahli psikologi, ada beberapa hal yang membuat hidup terasa bermakna, dan sayangnya, kesuksesan sering kali tidak selalu memberikan hal tersebut. Pertama, koherensi, yaitu perasaan bahwa hidup kita masuk akal. Ini adalah perasaan yang kita dapatkan dari rutinitas sehari-hari: bangun pagi, menggosok gigi, pergi ke sekolah, dan melakukan hal-hal yang kita kuasai. Pencapaian hidup sering kali memberikan kita koherensi, di mana semuanya terasa cocok dengan kerangka pikir kita. Namun, setelah kita mencapai tujuan tersebut, pola itu bisa runtuh, dan hidup terasa kehilangan arah.
Kedua, tujuan. Tujuan adalah sesuatu yang mendorong kita untuk bangun setiap pagi. Ketika kita mengerjakan program besar atau mengejar mimpi, kita tahu dengan jelas apa yang ingin kita raih. Tapi, apa yang terjadi setelah kita mencapainya? Ke mana dorongan itu pergi? Banyak orang merasa tersesat setelah mencapai kesuksesan, seolah-olah mereka menemui jalan buntu.
Ketiga, signifikansi. Ini adalah perasaan bahwa apa yang kita kerjakan bermakna dalam jangka panjang. Sayangnya, pencapaian pribadi sering kali berfokus pada diri sendiri, sehingga sulit untuk merasa signifikan.
Lalu, apa yang membuat hidup bermakna? Jawabannya adalah hubungan sosial. Ketika kita menjadi bagian dari cerita hidup orang lain, di situlah makna yang sesungguhnya tercipta. Misalnya, seorang guru yang menjadi pelatih tari bagi siswanya. Pencapaian pribadi sang guru tentu penting, tetapi rasa puas yang muncul ketika siswanya berhasil menjadi juara adalah makna yang sesungguhnya.
Contoh lain adalah ketika kita membantu teman yang membutuhkan, menjadi mentor bagi rekan kerja, atau sekadar menjadi pendengar setia saat seseorang curhat. Momen-momen itulah yang akan terus melekat dalam ingatan kita.
Jadi, bagaimana kita bisa menemukan makna dalam hidup? Pertama, masuklah ke dalam cerita hidup orang lain. Jangan hanya fokus menjadi karakter utama dalam hidupmu sendiri. Cobalah menjadi pemain pendukung di hidup orang lain. Kedua, belajarlah menerima bahwa makna dalam hidup tidak selalu membuat kita bahagia. Pengejaran makna bisa saja tidak nyaman dan membutuhkan usaha keras, tetapi pada akhirnya, semua itu setimpal.
Penulis sangat bahagia ketika Workshop Pendekatan Deep Learning dalam Pembelajaran untuk guru SMP berlangsung sukses dan lancar. Dimana letak bahagianya? Ketika teman-teman guru di SMKN 10 Semarang mampu memberi peran dalam kesuksesan acara tersebut. Ada yang berhasil jadi narasumber, ada yang berhasil melatih anak-anak untuk paparan teaching factory, ada yang berhasil mengarahkan anak-anak Broadcasting dalam mengambil liputan, dan ada yang sukses mengantarkan anak-anak menjalankan usaha jual minuman.
Untuk membuat seorang guru menjadi narasumber bagi guru dari sekolah lain, perlu usaha yang luar biasa. Menjadikan mereka berani tampil di depan audien guru sekolah lain penulis mulai dari Identifikasi Kualifikasi dan Kompetensi, Pastikan guru memiliki keahlian dan pengetahuan mendalam di bidang tertentu yang relevan dengan topik yang akan dibahas. Sekolah melaksanakan dua kali workshop internal dengan audiens guru sekolah sendiri untuk membuat mereka berani. Selaku kepala sekolah saya mengamati proses workshop tersebut, mencatat kekurangan dari narasumber dan memberikan masukan setelah workshop selesai.
Kedua, laksanakan diskusi intens untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan presentasi guru yang menjadi narasumber. Ketiga, persiapan materi. Bantu guru dalam mempersiapkan materi presentasi yang komprehensif dan mudah dipahami. Pastikan materi yang disiapkan sesuai dengan kebutuhan audiens dan topik yang akan dibahas. Keempat, simulasi dan umpan balik. Lakukan simulasi presentasi untuk memberikan gambaran nyata tentang bagaimana guru akan menyampaikan materi. Berikan umpan balik konstruktif untuk membantu guru memperbaiki dan menyempurnakan presentasinya. Kelima, pelaksanaan dan evaluasi. Dampingi guru selama pelaksanaan kegiatan untuk memberikan dukungan jika diperlukan. Setelah kegiatan selesai, lakukan evaluasi untuk menilai kinerja guru dan mendapatkan umpan balik dari peserta.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, guru dapat menjadi narasumber yang efektif dan memberikan kontribusi positif dalam kegiatan berbagi pengetahuan dengan guru dari sekolah lain. Ketika menjadikan guru naik kelas menjadi narasumber praktik baik, maka kebahagiaan itu muncul.
Di samping menjadikan guru naik kelas jadi narasumber, SMKN 10 Semarang juga melaksanakan program pembimbingan untuk teman-teman honorer yang akan mengikuti seleksi CPNS maupun PPPK. Dengan program Kawal GTT/PTT, keberhasilan guru dan tenaga pendidikan lolos tes menjadi CPNS dan PPPK memberikan kebahagiaan juga bagi penulis.
Untuk siswa, sekolah menyiapkan program Kawal Kuliah untuk anak-anak yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi negeri. Alhamdulillah, dengan Program Kawal Kuliah, jumlah siswa SMKN 10 Semarang yang lolos SNBP meningkat secara signifikan. Sebelum adanya program ini, sekolah hanya meloloskan dua siswa. Namun, sejak peluncuran program ini, jumlah siswa yang berhasil lolos meningkat pesat. Pada tahun pertama 2023, jumlah siswa yang diterima melalui SNBP naik menjadi 22 siswa, dan pada tahun 2024 meningkat lagi menjadi 31 siswa.
Kesuksesan program ini dibuktikan dengan banyaknya siswa yang bersyukur karena mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi favorit mereka. Salah satu siswa yang lolos SNBP angkatan 2023 mengirimkan pesan WhatsApp kepada pihak sekolah:
“Assalamu’alaikum Bapak. Saya salah satu yang lolos SNBP angkatan 2023. Di FYP saya, santer terkait kasus sekolah yang terlambat finalisasi sehingga ratusan siswa tidak dapat mengikuti SNBP. Saya teringat Bapak dan guru-guru yang lembur saat itu untuk memastikan data kami tersusun dengan baik. Semoga Bapak sehat selalu. Semoga Allah membalas kebaikan Bapak. Berkat program ini, saya bisa berkuliah di Universitas Negeri Semarang.”
Keberhasilan anak-anak lolos PTN menjadi kebahagiaan juga untuk penulis.
Saat masih bersekolah dulu, saya pernah mempelajari sebuah hadis yang begitu membekas dalam hati:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad, Thabrani, dan Daruquthni)
Hadis ini bukan sekadar rangkaian kata, tetapi pedoman hidup yang mengajarkan kita untuk selalu berusaha memberi manfaat bagi orang lain. Manusia yang terbaik bukanlah yang paling kaya, paling cerdas, atau paling berkuasa, tetapi mereka yang kehadirannya membawa kebaikan bagi sesama.
Memberikan manfaat tidak harus dalam bentuk materi atau kekuasaan besar. Terkadang, kebaikan yang sederhana pun memiliki dampak luar biasa. Membantu seseorang yang sedang kesulitan, berbagi ilmu yang kita miliki, atau sekadar memberi senyuman dan semangat kepada mereka yang membutuhkannya adalah bentuk nyata dari menjadi manusia yang bermanfaat.
Seperti yang dikatakan oleh penulis Amerika, Maya Angelou, “Orang lain akan lupa atas apa yang saya katakan, mereka akan lupa apa yang saya lakukan, tetapi mereka tidak akan pernah lupa bagaimana saya membuat mereka merasakan sesuatu.”
Pada akhirnya, bukan pencapaian pribadi yang akan bertahan lama. Tentu saja, kesuksesan itu penting, tetapi sesuatu yang akan kita warisi adalah dampak yang kita berikan bagi hidup orang lain, hubungan sosial yang kita bangun, dan cerita di mana kita menjadi bagian di dalamnya. Semua inilah yang lebih bernilai.
Penulis : Ardan Sirodjuddin, M.Pd, Kepala SMKN 10 Semarang dan Penulis Buku Manajemen Mengelola Sekolah.
Buku yang sudah diterbitkan :
Buku dalam Proses Penyelesaian:
Pendekatan Deep Learning Dalam Pembelajaran
Sumber foto : https://www.kajianpustaka.com/
Menginspirasi,,,
Sukses selalu Bapak dan SMKN 10 Semarang
Menginpirasi, terimakasih Pak Ardan
Sangat menginspirasi sekali dan memotivasi semua pendidik..ditunggu karya-karya selanjutnya
Beri Komentar