Jumat, 12-09-2025
  • Website Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan Sahabat
  • Website Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan Sahabat

Merumuskan Tujuan Satuan Pendidikan Berbasis Pembelajaran Mendalam

Diterbitkan : Rabu, 13 Agustus 2025

Dalam perjalanan sebuah satuan pendidikan, visi dan misi ibarat bintang penuntun yang memberi arah. Namun, bintang itu tak akan bermakna bila kita tidak memiliki peta yang jelas ke mana harus melangkah. Di sinilah tujuan satuan pendidikan memegang peran penting, menjadi jembatan konkret antara cita-cita luhur yang tertuang dalam visi dan misi dengan praktik nyata di ruang kelas maupun kegiatan sekolah lainnya. Panduan Pengembangan Kurikulum Satuan Pendidikan menegaskan, “Tujuan satuan pendidikan adalah penjabaran dari visi dan misi yang berfungsi sebagai acuan dalam perencanaan program, kegiatan, dan pengelolaan satuan pendidikan” (Hastasasi et al., 2024). Pernyataan ini menegaskan bahwa tujuan bukan sekadar formalitas dalam dokumen kurikulum, melainkan arah yang memandu setiap keputusan, strategi, dan inovasi pendidikan agar berjalan seiring dengan nilai-nilai yang diyakini.

Tujuan satuan pendidikan dapat diartikan sebagai pernyataan umum mengenai apa yang ingin dicapai sekolah dalam jangka menengah dan panjang, mencakup aspek akademik, pembentukan karakter, pengembangan keterampilan, serta penanaman kesadaran sebagai warga negara yang bertanggung jawab. Tujuan ini menjadi fondasi bagi seluruh perencanaan program dan kegiatan, mulai dari pengembangan kurikulum, strategi pembelajaran, pembinaan ekstrakurikuler, hingga kerja sama dengan pihak luar. Pakar pendidikan dunia seperti Andreas Schleicher, Sobhi Tawil, dan Rossella Locatelli menekankan bahwa pendidikan abad ke-21 harus melampaui sekadar transfer pengetahuan. Pendidikan tidak hanya memindahkan informasi dari guru ke murid, tetapi membentuk kompetensi kognitif, keterampilan sosial, dan karakter yang memungkinkan generasi muda beradaptasi, berpikir kritis, bekerja sama lintas budaya, serta menghadapi ketidakpastian global. Pandangan ini selaras dengan Naskah Akademik Pembelajaran Mendalam (Suyanto et al., 2025) yang menegaskan bahwa capaian pembelajaran bukan hanya diukur dari nilai ujian atau angka kelulusan, tetapi juga dari sejauh mana murid mampu mempraktikkan pengetahuan dalam kehidupan nyata, menunjukkan empati, dan mengambil keputusan yang etis.

Agar tujuan satuan pendidikan benar-benar menjadi panduan yang efektif, ada sejumlah prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunannya. Tujuan harus selaras dengan misi dan nilai yang dipegang sekolah. Jika misi sekolah adalah membentuk lulusan yang berintegritas, profesional, dan siap kerja, maka tujuan harus memuat arah pembentukan integritas, etos kerja, dan keterampilan praktis sesuai bidang keahlian. Fokus tujuan harus tertuju pada hasil belajar murid, bukan hanya pada pencapaian administratif lembaga. Tujuan juga perlu dirumuskan secara spesifik, terukur, dan realistis, sehingga mudah diimplementasikan dan dievaluasi. Selain itu, tujuan harus mempertimbangkan keberagaman murid, termasuk mereka yang mengikuti pendidikan khusus atau program kesetaraan, agar setiap anak memiliki peluang berkembang secara optimal sesuai potensinya.

Di Indonesia, perumusan tujuan satuan pendidikan tidak bisa dilepaskan dari Profil Pelajar Pancasila yang menjadi gambaran ideal lulusan. Delapan dimensi profil lulusan ini, seperti berpikir kritis, memiliki empati, adaptif terhadap perubahan, kreatif, mandiri, bergotong royong, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, harus tercermin dalam rumusan tujuan. Misalnya, bila sekolah ingin mencetak lulusan yang mampu berinovasi di bidang teknologi otomotif, maka aspek berpikir kritis, adaptif terhadap perkembangan teknologi, serta kemampuan bekerja sama dalam tim harus menjadi bagian dari arah pembelajaran. Tujuan yang baik juga mendorong refleksi diri pada murid, di mana sepanjang tahun ajaran mereka diajak meninjau kembali perkembangan pribadi, mengevaluasi pencapaian, dan menetapkan target baru. Dengan demikian, tujuan tidak hanya memandu guru, tetapi juga memberi inspirasi dan arah bagi murid dalam proses belajarnya.

Salah satu pendekatan yang terbukti efektif dalam merumuskan tujuan adalah menggunakan prinsip SMART, singkatan dari Specific, Measurable, Achievable, Relevant, dan Time-bound. Tujuan yang Specific dirumuskan dengan jelas dan fokus pada hal tertentu, misalnya “Meningkatkan persentase lulusan yang bekerja di sektor industri otomotif dalam waktu enam bulan setelah kelulusan.” Measurable berarti adanya indikator yang dapat diukur, seperti persentase atau skor. Achievable memastikan tujuan realistis sesuai sumber daya yang dimiliki sekolah. Relevant menekankan kesesuaian tujuan dengan visi misi sekolah serta kebutuhan dunia kerja. Time-bound memastikan adanya batas waktu pencapaian yang jelas. Dalam konteks SMK, penerapan prinsip SMART dapat terlihat pada target seperti “Pada akhir tahun pelajaran 2026/2027, 85% lulusan program keahlian Teknik Kendaraan Ringan memiliki sertifikasi kompetensi level 2 dari BNSP.” Tujuan ini jelas, terukur, realistis, relevan, dan berbatas waktu, sehingga mudah dievaluasi.

Setelah tujuan dirumuskan, langkah berikutnya adalah menyusun indikator ketercapaian. Indikator berfungsi sebagai alat ukur untuk mengetahui sejauh mana tujuan telah tercapai. Untuk dimensi intelektual, indikator dapat berupa nilai rata-rata ujian kompetensi, jumlah karya inovatif yang dihasilkan murid, atau capaian sertifikasi keahlian tertentu. Untuk dimensi karakter, indikator bisa diukur dari penurunan angka pelanggaran tata tertib atau meningkatnya partisipasi murid dalam kegiatan sosial dan keagamaan. Sedangkan untuk dimensi sosial, indikator dapat berupa keterlibatan murid dalam proyek kolaboratif lintas jurusan atau keberhasilan mengikuti kompetisi di tingkat regional dan nasional. Evaluasi indikator harus dilakukan secara berkala, diikuti refleksi bersama tim guru. Proses ini bukan untuk mencari kesalahan, melainkan untuk menyempurnakan strategi dan memastikan tujuan tetap relevan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat.

Pengalaman SMK Negeri 10 Semarang dapat menjadi ilustrasi nyata tentang bagaimana tujuan satuan pendidikan disusun secara partisipatif. Penulis sebagai Kepala sekolah SMK Negeri 10 Semarang merumuskan tujuan untuk tahun 2026 melibatkan semua pihak, mulai dari guru, staf, komite sekolah, hingga mitra industri. Tantangan terbesar yang dihadapi adalah menyatukan beragam harapan menjadi satu arah yang jelas, mengingat kebutuhan dunia kerja yang terus berubah dan keterbatasan sumber daya yang ada. Strategi yang mereka tempuh adalah memetakan indikator ketercapaian sejak awal, sehingga setiap tujuan memiliki tolok ukur yang konkret. Untuk dimensi keterampilan kerja, indikatornya adalah jumlah murid yang mendapatkan penempatan magang di industri terkemuka dan memperoleh sertifikasi kompetensi. Untuk dimensi karakter, indikatornya adalah peningkatan jumlah murid yang terlibat dalam program kewirausahaan dan kegiatan kemasyarakatan. Harapannya, lulusan SMK Negeri 10 Semarang tidak hanya siap kerja, tetapi juga menjadi agen perubahan positif di masyarakat, mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi, dan tetap berpegang pada nilai-nilai luhur bangsa.

Untuk memperjelas pemahaman tentang visi, misi, tujuan dan indikator ketercapaian dapat dilihat pada tabel berikut :

VISI MISI TUJUAN INDIKATOR KETERCAPAIAN
Menjadi sekolah unggul, adaptif, berkarakter, kolaboratif, bermakna, berkelanjutan, bercitra global, dan berpijak pada kearifan lokal Membangun budaya belajar mendalam dan reflektif Meningkatkan persentase kelulusan siswa tersertifikasi kompetensi minimal skilled operator dari 75% menjadi 85% pada 2026/2027 serta meraih minimal 3 prestasi tingkat provinsi/nasional per tahun 85% lulusan tersertifikasi uji kompetensi; minimal 3 penghargaan provinsi/nasional tiap tahun; nilai rata-rata UKK naik 5% per tahun
Mengasah kompetensi adaptif dan digital Pada 2026, seluruh guru dan siswa menggunakan LMS untuk minimal 70% mata pelajaran, serta 100% siswa kelas XI mengikuti pelatihan literasi digital dan coding dasar LMS aktif di semua mata pelajaran inti; 100% siswa lulus tes keterampilan adaptif; minimal 2 inovasi pembelajaran berbasis teknologi per tahun
Mengembangkan karakter peserta didik Meningkatkan skor penilaian sikap siswa (spiritual dan sosial) dari rata-rata 80 menjadi 90 dalam 2 tahun melalui pembiasaan positif dan pembinaan keagamaan 95% siswa mengikuti pembiasaan dan kegiatan keagamaan; penurunan pelanggaran tata tertib 50% dalam 2 tahun
Membangun kolaborasi erat dengan pemangku kepentingan Menambah mitra industri dari 25 menjadi 40 pada 2026, serta melaksanakan minimal 10 kegiatan kolaborasi lintas sektor setiap tahun MoU baru dengan minimal 5 industri per tahun; semua jurusan memiliki program magang/kelas industri; 2 pelatihan berbasis kearifan lokal tiap tahun
Menyajikan pembelajaran bermakna Pada 2026, 100% mata pelajaran produktif menerapkan PjBL dengan produk nyata yang dapat dimanfaatkan/dijual Seluruh guru produktif melaksanakan PjBL; 50% produk dimanfaatkan industri/masyarakat; kepuasan mitra industri naik 20% dalam 2 tahun
Mengintegrasikan prinsip berkelanjutan Mengurangi penggunaan listrik dan kertas masing-masing 20% dalam 3 tahun dan mengelola 100% sampah plastik menjadi barang produktif Data pengurangan tercatat tiap semester; bank sampah tersedia; minimal 2 inovasi lingkungan tiap tahun
Menumbuhkan wawasan global Pada 2026, minimal 20% siswa mengikuti program internasional, dan 100% menguasai basic English for workplace 3 kegiatan berorientasi internasional per tahun; kelas bahasa asing tambahan;
Menguatkan kearifan lokal sebagai inovasi Mengintegrasikan minimal 5 potensi kearifan lokal dalam kurikulum dan unit produksi pada 2026 dengan 2 produk/jasa berbasis budaya lokal dipasarkan Produk/jasa lokal tersedia tiap tahun; pembelajaran tematik lokal di semua jurusan; publikasi inovasi lokal dalam media/pameran

Menutup catatan ini, menyiapkan masa depan pendidikan tidak bisa dilakukan secara tergesa-gesa. Perencanaan visi, misi, tujuan, dan indikator ketercapaian sejak sekarang untuk diterapkan pada tahun 2026 adalah langkah strategis yang menentukan kualitas lulusan di masa depan. Dengan perencanaan yang matang, sekolah memiliki arah yang jelas dan pijakan yang kokoh dalam mengembangkan program, mengelola sumber daya, serta memastikan setiap kegiatan pembelajaran sejalan dengan cita-cita yang ingin diwujudkan.

Visi yang kuat memberikan gambaran besar tentang masa depan yang diimpikan sekolah, sementara misi menjabarkan langkah-langkah yang akan diambil untuk mencapainya. Tujuan yang dirumuskan secara spesifik dan terukur menjadi kompas yang membimbing setiap kebijakan, sedangkan indikator ketercapaian berfungsi sebagai tolok ukur keberhasilan, memastikan setiap langkah yang diambil berada di jalur yang tepat.

Namun, penyusunan visi, misi, tujuan, dan indikator ketercapaian bukan hanya urusan segelintir orang di lingkaran pimpinan sekolah. Kolaborasi seluruh warga sekolah adalah kunci agar perencanaan ini benar-benar hidup dan relevan. Guru, tenaga kependidikan, siswa, orang tua, hingga mitra industri atau komunitas sekitar perlu dilibatkan dalam proses ini. Dengan begitu, setiap unsur sekolah merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap arah yang telah disepakati bersama.

Melibatkan banyak pihak juga memastikan bahwa perencanaan tidak hanya indah di atas kertas, tetapi benar-benar membumi, sesuai kebutuhan nyata murid, perkembangan dunia kerja, serta tantangan zaman yang terus berubah. Diskusi, musyawarah, dan refleksi bersama akan memperkaya perspektif, melahirkan inovasi, dan memperkuat komitmen untuk menjalankan rencana tersebut.

Langkah strategis yang dimulai hari ini akan menjadi pondasi kuat bagi pencapaian di tahun 2026. Dengan visi yang jelas, misi yang terarah, tujuan yang terukur, dan indikator yang realistis, serta didukung semangat kolaborasi, sekolah akan mampu mewujudkan lulusan yang unggul, berkarakter, dan siap menghadapi masa depan. Semoga tulisan ini menjadi pengingat dan penyemangat bagi kita semua untuk bergerak bersama membangun pendidikan yang lebih baik.

Penulis : Ardan Sirodjuddin, M.Pd, Kepala SMK Negeri 10 Semarang dan Fasilitator Pembelajaran Mendalam BBGTK Provinsi Jawa Tengah

0 Komentar

Beri Komentar

Balasan