Sabtu, 11-10-2025
  • Website Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan Sahabat
  • Website Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan Sahabat

Menuju Hidup yang Bermakna

Diterbitkan : Kamis, 9 Oktober 2025

Setiap langkah kaki kita meninggalkan jejak di pasir waktu, namun seringkali kita terjebak dalam ilusi bahwa hidup adalah garis lurus yang pasti menuju puncak kesuksesan. Kita mengira bahwa semakin tinggi posisi, semakin tebal dompet, atau semakin luas pengaruh, semakin bahagialah kita. Tapi, adakah kita benar-benar bahagia dengan apa yang telah kita capai? Atau justru, di tengah gemerlap pencapaian, kita merasa hampa seperti kapal tanpa arah di lautan gelap? Perjalanan hidup manusia sebenarnya bukanlah deretan angka yang terus naik, melainkan siklus yang terdiri dari empat tahap: Survival, Security, Success, dan Significant. Masing-masing tahap mengajarkan kita tentang kehidupan, namun hanya yang terakhir yang memberi makna sejati.

Pada tahap Survival, hidup adalah pertarungan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan dasar: makanan, tempat berlindung, dan kesehatan. Di masa kanak-kanak atau saat terjebak dalam kesulitan ekonomi, kita hanya berpikir bagaimana bertahan. Seorang ibu yang bekerja dua shift demi membeli susu anaknya, atau seorang remaja yang rela berjalan kaki puluhan kilometer ke sekolah karena tak mampu membayar ongkos, adalah cerminan dari semangat Survival. Mereka tak punya waktu untuk bermimpi; yang ada hanyalah tekad untuk tetap hidup. Namun, tahap ini seringkali berubah menjadi kebiasaan. Banyak orang dewasa yang, meski sudah tak lagi kelaparan, masih terjebak dalam mentalitas bertahan. Mereka bekerja keras bukan untuk berkembang, melainkan sekadar memastikan besok tetap ada nasi di meja.

Ketika kebutuhan dasar terpenuhi, kita beralih ke tahap Security: mencari kestabilan finansial, pekerjaan tetap, dan lingkungan yang aman. Di sini, hidup terasa nyaman. Ada gaji bulanan yang pasti, rumah yang layak, dan rencana pensiun yang terjamin. Tapi kenyamanan sering kali menjadi jebakan. Kita takut kehilangan apa yang sudah dimiliki, sehingga enggan mengambil risiko. Seorang karyawan yang sudah puluhan tahun di perusahaan yang sama, meski tak lagi merasakan semangat, memilih bertahan karena takut gagal jika beralih. Kita mengira keamanan adalah tujuan akhir, padahal ia hanyalah pelabuhan sementara. Dalam keheningan rutinitas, kita lupa bahwa hidup bukan tentang menghindari badai, melainkan belajar menari di tengah hujan.

Tahap Success adalah puncak yang banyak diidamkan. Di sinilah kita menumpuk prestasi: jabatan tinggi, rekening gemuk, atau popularitas yang mengundang decak kagum. Namun, di balik gemerlap itu, ada pertanyaan yang menggerogoti: “Apakah ini benar-benar yang kucari?” Uang dan status sering kali dianggap sebagai tujuan, bukan alat. Kita berlari kencang, tapi tak tahu ke mana arahnya. Seorang pengusaha yang sukses mungkin memiliki puluhan properti, namun di malam hari, ia merasa sendiri di ruang luas yang sunyi. Kebahagiaan yang diukur dari hal-hal duniawi tak pernah cukup; selalu ada yang lebih tinggi, lebih kaya, lebih terkenal. Tanpa disadari, kita menjadi budak dari keinginan yang tak berujung, seperti anak kecil yang terus meminta permen tanpa pernah merasakan manisnya.

Lalu, di manakah letak kebahagiaan sejati? Di tahap Significant, kita menemukan jawabannya. Ini adalah saat kita beralih dari “apa yang saya miliki” ke “apa yang bisa saya berikan”. Hidup tak lagi diukur dari konsumsi, melainkan kontribusi. Seorang guru yang mengabdikan hidupnya untuk mendidik anak-anak desa, seorang seniman yang menciptakan karya untuk menginspirasi, atau seorang pebisnis yang menggunakan kekayaannya untuk membantu sesama—semua itu adalah contoh manusia yang telah sampai pada tahap Significant. Di sini, kepuasan tidak datang dari pujian atau harta, melainkan dari kesadaran bahwa hidup kita berdampak pada kehidupan orang lain. Saya sendiri pernah merasakan hal itu ketika menulis Catatan CEO SMK Negeri 10 Semarang. Awalnya, saya hanya ingin berbagi pengalaman, tapi ternyata tulisan itu menjadi teman bagi banyak orang yang mencari makna di tengah kebingungan. Itulah keajaiban tahap Significant: apa yang kita berikan kepada dunia justru mengisi kekosongan dalam jiwa kita.

Sekarang, saatnya untuk refleksi. Di tahap mana Anda berada? Apakah masih terjebak dalam kebiasaan bertahan, atau terlalu nyaman dalam keamanan yang membosankan? Mungkin Anda sudah mencapai kesuksesan, tapi merasa ada sesuatu yang hilang. Ingatlah, Success bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan gerbang menuju Significant. Jika kita terus mengukur hidup dari hal-hal yang bisa kita ambil, kita akan selamanya merasa kurang. Tapi jika kita memulai dari apa yang bisa kita berikan, kepuasan akan datang dengan sendirinya. Jangan takut meninggalkan zona nyaman; keberanian untuk berubah adalah langkah pertama menuju kehidupan yang bermakna.

Hidup yang layak dikenang bukanlah tentang seberapa tinggi kita naik, melainkan seberapa dalam kita berdampak. Seorang pemimpin yang hanya fokus pada kekuasaan mungkin akan dikenang sebagai nama di sejarah, tapi seorang manusia yang memberi cahaya pada kehidupan orang lain akan abadi dalam hati. Seperti kata bijak, “Tulislah untuk kebaikan bersama. Dia akan lekang selamanya.” Tulisan, karya, atau bahkan kebaikan kecil yang kita lakukan hari ini mungkin tak terlihat besar, tapi ia akan menjadi benih yang tumbuh dalam jiwa orang-orang yang kita sentuh.

Maka, mulailah dari hal kecil. Bagikan ilmu yang Anda punya, dengarkan curhatan seorang teman, atau luangkan waktu untuk membantu yang membutuhkan. Jangan menunggu sampai “nanti” atau “sudah siap”, karena tak ada waktu yang lebih tepat selain saat ini. Hidup bukanlah lomba untuk sampai ke garis finis, melainkan kesempatan untuk meninggalkan jejak yang bermakna. Di akhir perjalanan, kita tak akan menyesal karena kurang kaya atau kurang terkenal. Yang akan kita sesali adalah saat menyadari bahwa kita terlalu sibuk mengumpulkan batu untuk membangun istana, hingga lupa menanam bunga di taman kehidupan.

Jadikanlah setiap hari sebagai ladang kebaikan. Karena pada akhirnya, bukanlah gelar atau harta yang akan mengisi lembaran terakhir buku kehidupan kita, melainkan cerita tentang bagaimana kita memberi, menginspirasi, dan mencintai. Di sinilah kita menemukan kebahagiaan sejati: ketika hidup kita menjadi berkah bagi dunia.

Penulis : Ardan Sirodjuddin, M.Pd, Kepala SMK Negeri 10 Semarang.

13 Komentar

Eni SUPRIYATI
Kamis, 9 Okt 2025

Tulisan yang menginspirasi . Terimakasih atas motivasi dan ilmunya bapak.

Balas
Aris Guntoro
Kamis, 9 Okt 2025

Pak Ardan keren banget 😱

Balas
Aprilia Dwi Asriani
Kamis, 9 Okt 2025

Hidup bermakna lahir dari hati yang tulus dan niat yang tak pernah lelah

Balas
Digna Palupi
Kamis, 9 Okt 2025

Semangat berbagi….membuat hidup lebih bermakna. Sukses selalu Oak Ardan.🙏🏻

Balas
Yati
Kamis, 9 Okt 2025

MasyaAlloh 👍👍👍

Balas
arimurti asmoro
Kamis, 9 Okt 2025

Terima kasih, Pak Ardan, memberikan pemahaman yang lebih mendalam dan menginspirasi untuk terus berkarya dan menjadi manfaat.

Balas
Joko Suwignyo
Kamis, 9 Okt 2025

Langkah kaki manusia akan menuju kearah depan,lurus dan belok akan menentukan tujuan. sukses adalah tujuan utama inspirasi adalah penyemangat untuk meraihnya, SEMANGAT….

Balas
Mulyo S
Kamis, 9 Okt 2025

Terima kasih pak Ardan atas bekal ilmu yang telah diberikan kepada kami..membuat kami memahami pembelajaran mendalam..🙏

Balas
Nindar
Kamis, 9 Okt 2025

Sangat menginspirasi

Balas
Rodhatin
Kamis, 9 Okt 2025

Terima kasih Pak Ardan, sangat menginspirasi

Balas
Helmi Yuhdana H., S.Pd., M.M.
Kamis, 9 Okt 2025

Mantaaabb’s. . . . .

Balas
Suwarni
Kamis, 9 Okt 2025

Terima kasih pak Ardan ilmu tentang kehidupan yang sebenarnya 👍

Balas
Miftakhurrofi'i
Kamis, 9 Okt 2025

Terimakasih atas motivasi defikasi dan ilmunya bapak..
Semoga menjadi inspirasi sehingga mewujudkan SMK N 10 Semarang menjadi unggul…

Balas

Beri Komentar

Tinggalkan Balasan ke arimurti asmoro Batalkan balasan