Senin, 29-09-2025
  • Website Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan Sahabat
  • Website Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan Sahabat

Edu-Eco Garden, Karya Lintas Ilmu untuk Bumi yang Bernapas

Diterbitkan :

Lingkungan sekolah bukan sekadar ruang fisik untuk belajar. Ia adalah sebuah ekosistem hidup yang menyimpan banyak kemungkinan untuk menginspirasi, menjadi media pembelajaran, dan wadah pembentukan karakter peserta didik. Berangkat dari kesadaran inilah, SMP Negeri 1 Tambak meluncurkan sebuah program unggulan yang dirancang untuk menghidupkan pembelajaran mendalam dan bermakna, yaitu Spensata Edu-Eco: Hijau Bumi Spensata – Aksi Peduli Lingkungan. Program ini bukan hanya menekankan penghijauan, tetapi juga mengajak seluruh warga sekolah untuk bergerak bersama menghadirkan perubahan nyata melalui pembuatan taman kelas dan taman sekolah. Dengan konsep lintas mata pelajaran, kegiatan ini menautkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap peduli lingkungan dalam sebuah ekosistem pembelajaran yang kontekstual.

Keunikan program Spensata Edu-Eco terletak pada keterlibatan lintas mata pelajaran yang menjadikan ilmu benar-benar hidup di tengah murid. Di dalamnya, setiap guru berperan menghadirkan keahlian yang berbeda, membentuk jalinan pembelajaran yang utuh. Guru IPA, misalnya, mendampingi murid memahami ekosistem, kebutuhan cahaya, dan fungsi tanaman. Dari sini, murid tidak hanya menanam pohon, melainkan juga memahami proses fotosintesis dan hubungan timbal balik antar unsur lingkungan. Guru IPS menambahkan perspektif sosial, mengaitkan aksi peduli lingkungan dengan budaya gotong royong, kearifan lokal, serta peran masyarakat sekitar. Guru Matematika mengajarkan cara menghitung luas lahan, jarak tanam yang ideal, hingga estimasi kebutuhan biaya dalam pembelian bibit dan perawatan. Guru Bahasa Indonesia memandu murid menulis laporan kegiatan, narasi reflektif, hingga artikel publikasi, sehingga pengalaman mereka terdokumentasi dengan baik sekaligus melatih keterampilan literasi.

Tak berhenti di situ, Guru Seni Budaya memberi sentuhan estetika. Tangan-tangan kreatif murid diajak melukis mural yang penuh pesan lingkungan, merancang papan nama tanaman, hingga menghias pot dengan motif khas daerah. Guru Informatika kemudian melibatkan murid dalam mendokumentasikan seluruh kegiatan dengan foto dan video, menyusunnya menjadi konten yang menarik, lalu mempublikasikannya melalui kanal digital sekolah. Hasilnya, pembelajaran lintas mapel ini bukan hanya menghasilkan taman yang indah, tetapi juga produk kreatif berupa dokumentasi visual yang bisa dinikmati masyarakat luas. Semua komponen ilmu terjalin dalam harmoni yang aplikatif, menjadikan kelas bukan sekadar ruang teori, tetapi ruang hidup yang menyatu dengan praktik nyata.

Pelaksanaan program ini dilakukan melalui tahapan inkuiri kolaboratif, sebuah proses belajar yang mengedepankan rasa ingin tahu, diskusi, dan kerja sama. Tahap pertama adalah assess, di mana murid mengidentifikasi kondisi lingkungan sekolah. Mereka berjalan menyusuri area sekitar, mencatat bagian yang masih kotor, area yang gersang, serta titik-titik yang berpotensi dijadikan taman. Dari hasil pengamatan itu, mereka menyadari bahwa masih banyak ruang di sekolah yang bisa diberdayakan.

Setelah itu, mereka memasuki tahap design. Murid berdiskusi dalam kelompok, merancang solusi berupa desain taman kelas dan taman sekolah. Sketsa dibuat, ukuran dihitung, dan daftar tanaman disusun. Tahap implement menjadi puncak aksi nyata, ketika murid bersama guru bergotong royong membersihkan lahan, menanam bibit tanaman hias dan tanaman obat, memasang papan nama tanaman, serta mendekorasi taman. Suasana penuh keceriaan mewarnai setiap langkah, dari tangan yang kotor oleh tanah hingga wajah yang sumringah melihat bibit mulai tertanam rapi.

Setelah taman terbentuk, tibalah tahap measure. Murid melakukan observasi terhadap keteraturan, kebersihan, dan tingkat hidup tanaman. Mereka mencatat bahwa lebih dari 80 persen bibit tumbuh dengan baik, meski ada kendala pada drainase air di beberapa titik. Tantangan ini tidak membuat mereka menyerah, melainkan menjadi bahan belajar pada tahap berikutnya, yakni reflect. Dalam forum diskusi, murid dan guru mengevaluasi strategi, mencatat tantangan, dan merumuskan solusi.

Tahap change kemudian diwujudkan melalui perbaikan taman. Penyulaman bibit dilakukan untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh, jalur tanam ditata ulang, saluran air dibuat agar drainase lebih baik, dan dekorasi taman disempurnakan. Semua kerja keras itu kemudian berpuncak pada sebuah perayaan bernama Hijau Bumi Spensata Day. Pada hari itu, taman kelas dan taman sekolah resmi diresmikan, disertai publikasi hasil kegiatan berupa artikel, foto, dan video di website serta media sosial sekolah. Perayaan ini bukan hanya seremoni, tetapi simbol komitmen bahwa apa yang telah ditanam akan terus dirawat.

Hasil program ini sungguh nyata. Kini setiap kelas memiliki taman dengan minimal tiga jenis tanaman, sementara taman sekolah tampil indah, rapi, dan edukatif. Murid menunjukkan sikap peduli lingkungan yang semakin tumbuh, gotong royong yang semakin kuat, serta tanggung jawab dalam merawat taman sebagai bagian dari keseharian. Lebih dari sekadar menanam bunga, mereka sedang menanam kesadaran ekologis di dalam hati. Dari program ini lahirlah pemahaman bahwa menjaga bumi bukanlah pilihan, melainkan tanggung jawab generasi yang harus diwariskan.

Kegiatan ini juga menghasilkan dokumentasi yang kaya. Artikel, foto, dan video yang dibuat murid dipublikasikan untuk menginspirasi sekolah lain. Banyak pihak menilai langkah SMP Negeri 1 Tambak ini sebagai praktik baik yang patut ditiru. Dengan menghubungkan pembelajaran pada aksi nyata, sekolah ini berhasil mengubah teori menjadi praktik, pengetahuan menjadi kesadaran, dan aksi sederhana menjadi gerakan berkelanjutan.

Program Spensata Edu-Eco menjadi tonggak penting bagi SMP Negeri 1 Tambak dalam mewujudkan sekolah hijau berkarakter. Model pembelajaran berbasis proyek terbukti mampu menguatkan Profil Pelajar Pancasila, menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, kemandirian, kolaborasi, serta komunikasi. Nilai gotong royong dan sikap peduli lingkungan muncul secara alami dalam setiap langkah, sekaligus menguatkan iman dan takwa murid kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui rasa syukur atas keindahan ciptaan-Nya. Dengan semangat ini, sekolah telah menorehkan praktik baik yang layak menjadi teladan.

Lebih jauh, program ini tidak berhenti sebagai kegiatan sesaat. Jadwal piket perawatan disusun, pembagian tanggung jawab dijalankan, dan komitmen merawat taman dijadikan bagian dari budaya sekolah hijau. Murid tidak hanya belajar bagaimana menanam, tetapi juga bagaimana menjaga dan merawat kehidupan. Inilah pendidikan yang sejati: menanam pengetahuan sekaligus karakter.

Hijau Bumi Spensata bukan hanya slogan, melainkan gerakan nyata. Dari kelas untuk lingkungan, dari sekolah untuk dunia. Melalui aksi sederhana menanam dan merawat taman, murid belajar makna kepedulian, kemandirian, serta tanggung jawab sosial. Mereka sadar bahwa sekecil apa pun kontribusi, jika dilakukan bersama-sama, akan memberi dampak besar bagi bumi. SMP Negeri 1 Tambak dengan bangga menghadirkan Program Spensata Edu-Eco sebagai inspirasi, bukti bahwa sekolah dapat menjadi pusat perubahan menuju bumi yang lebih hijau, sehat, dan berkelanjutan.

Penulis : Sad Diana Puji Hartono, S.Pd., M.Si. Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tambak Banyumas