Senin, 29-09-2025
  • Website Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan Sahabat
  • Website Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan Sahabat

Implementasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Berbasis Kompetensi Sosial Emosional (KSE) dan Pembelajaran Sosial Emosional (PSE)  

Diterbitkan :

Pendidikan pada hakikatnya bukan sekadar proses transfer of knowledge dari guru kepada siswa. Lebih dari itu, pendidikan merupakan proses panjang dalam membentuk karakter, kepribadian, dan kecakapan hidup yang akan berguna sepanjang hayat. Di tengah derasnya arus perubahan zaman, tuntutan terhadap kemampuan kognitif saja tidak lagi cukup. Peserta didik di abad ke-21 dihadapkan pada realitas sosial yang kompleks, menuntut mereka tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga matang dalam kecerdasan emosional, keterampilan berhubungan dengan orang lain, serta kemampuan mengambil keputusan yang bijak dan bertanggung jawab.

Dalam konteks ini, kebutuhan akan Kompetensi Sosial Emosional (KSE) menjadi semakin mendesak. KSE mencakup lima ranah utama, yakni kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan relasi, serta pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Kelima ranah tersebut saling berkelindan dan membentuk kemampuan siswa untuk berinteraksi secara sehat dengan dirinya sendiri maupun dengan lingkungannya. Siswa yang memiliki kompetensi ini akan lebih siap menghadapi tantangan dunia nyata, karena mereka tidak hanya mampu memecahkan soal ujian, tetapi juga mampu memahami dirinya, menghargai orang lain, bekerja sama, dan mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan moral serta sosial.

Sejalan dengan itu, konsep Pembelajaran Sosial Emosional (Social Emotional Learning atau PSE) muncul sebagai pendekatan yang memberi ruang bagi integrasi aspek sosial emosional dalam setiap aktivitas belajar. PSE tidak berdiri sendiri, melainkan diintegrasikan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun guru. Dengan demikian, proses belajar mengajar tidak lagi hanya menekankan aspek kognitif, tetapi juga mengasah aspek afektif dan psikomotorik siswa secara seimbang.

Pembahasan mengenai KSE dan PSE menjadi sangat relevan ketika dikaitkan dengan mata pelajaran Sosiologi. Materi Sosiologi erat hubungannya dengan dinamika sosial yang dialami masyarakat sehari-hari. Misalnya, ketika membahas isu kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, atau kriminalitas, siswa tidak hanya diajak untuk memahami definisi dan teori semata, tetapi juga didorong untuk menumbuhkan empati, berpikir kritis, dan merasa bertanggung jawab terhadap persoalan sosial tersebut. Guru dalam hal ini berperan sebagai fasilitator yang menghadirkan suasana belajar inklusif, mendorong diskusi kolaboratif, serta membuka ruang bagi siswa untuk mengekspresikan perasaan dan pandangannya. Proses pembelajaran yang demikian tidak hanya mencerdaskan otak, tetapi juga mengasah kepribadian agar lebih matang dan bijaksana.

Salah satu tujuan utama penyusunan RPP berbasis KSE-PSE adalah menjadikan pembelajaran sebagai sarana pembentukan karakter sekaligus penguasaan pengetahuan. Tujuan ini tidak hanya terbatas pada pencapaian aspek kognitif, misalnya kemampuan mendeskripsikan atau menganalisis fenomena sosial, tetapi juga melatih kompetensi sosial emosional siswa. Secara konkret, beberapa tujuan yang hendak dicapai adalah mengembangkan keterampilan relasi melalui kerja sama kelompok, menumbuhkan empati dengan membantu teman yang kesulitan memahami materi, melatih pengambilan keputusan bertanggung jawab lewat kesepakatan dalam kelompok, serta meningkatkan kesadaran diri melalui refleksi perasaan. Dengan tujuan-tujuan tersebut, pembelajaran Sosiologi menjadi lebih bermakna, karena tidak hanya mengasah kemampuan berpikir, tetapi juga membentuk sikap dan perilaku yang positif.

Model pembelajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan ini adalah pembelajaran kooperatif. Model ini sejalan dengan prinsip PSE yang menekankan kolaborasi, partisipasi aktif, dan interaksi antar siswa. Guru mengintegrasikan berbagai strategi diferensiasi, mulai dari diferensiasi konten, proses, hingga produk. Pada diferensiasi konten, siswa diberi pilihan untuk mengeksplorasi materi menggunakan media beragam seperti artikel, gambar, voice note, atau PowerPoint. Pada diferensiasi proses, siswa dikelompokkan berdasarkan minat sehingga diskusi berjalan lebih hidup dan relevan dengan ketertarikan masing-masing. Sementara pada diferensiasi produk, siswa dapat menyajikan hasil belajar dalam bentuk video, poster, artikel, atau laporan tertulis sesuai kesiapan dan kreativitasnya. Dengan strategi ini, pembelajaran menjadi lebih fleksibel, adaptif, dan sesuai dengan gaya belajar siswa yang beragam.

RPP yang mengintegrasikan KSE-PSE disusun secara sistematis melalui tiga tahapan: pendahuluan, inti, dan penutup. Pada tahap pendahuluan, guru membuka kelas dengan salam, doa, dan memeriksa kehadiran siswa. Selanjutnya, dilakukan kegiatan refleksi awal “Memeriksa Perasaan Diri”, di mana siswa menuliskan kondisi emosional maupun fisiknya pada kertas berwarna dan menempelkannya di papan refleksi. Kegiatan sederhana ini memiliki makna besar, karena melatih kesadaran diri sebelum proses pembelajaran dimulai.

Tahap inti menjadi ruang utama untuk mengintegrasikan aspek sosial emosional dengan materi Sosiologi. Guru menyajikan isu-isu sosial seperti kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, atau kenakalan remaja. Siswa kemudian memilih isu sesuai minatnya dan berdiskusi dalam kelompok. Diskusi dilakukan dengan menekankan kerja sama, empati, dan tanggung jawab. Hasil diskusi dituangkan dalam laporan individu dengan format yang bervariasi sesuai media yang dipilih siswa. Selama kegiatan berlangsung, guru berperan sebagai fasilitator yang memantau proses, memberikan bimbingan, serta memfasilitasi adanya tutor sebaya. Dengan cara ini, setiap siswa memiliki kesempatan untuk berkontribusi sesuai kapasitasnya.

Pada tahap penutup, guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran, kemudian melakukan refleksi akhir melalui lembar refleksi diri. Siswa menuliskan apa yang dipelajari, perasaan yang muncul, dan hal-hal yang ingin diperbaiki pada pertemuan berikutnya. Guru menutup dengan memberikan apresiasi atas karya dan partisipasi siswa. Apresiasi ini menjadi penting untuk memotivasi mereka agar terus bersemangat dalam belajar dan berproses.

Penilaian dalam RPP berbasis KSE-PSE juga dirancang secara komprehensif. Penilaian tidak hanya menekankan pada aspek pengetahuan, tetapi juga mencakup sikap dan keterampilan. Aspek sikap dinilai melalui observasi terhadap kerja sama, empati, kedisiplinan, dan tanggung jawab siswa selama pembelajaran berlangsung. Aspek pengetahuan dapat diukur melalui soal essay yang menuntut kemampuan analisis, bukan sekadar hafalan. Sedangkan aspek keterampilan dinilai berdasarkan kualitas produk, misalnya laporan deskriptif, poster, atau video yang dihasilkan. Dengan demikian, penilaian mencerminkan keseimbangan antara ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik, menjadikan pembelajaran lebih holistik.

Penerapan RPP KSE-PSE membawa manfaat nyata bagi siswa maupun guru. Bagi siswa, mereka memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna, tidak hanya memahami materi secara teoretis, tetapi juga mengembangkan empati, keterampilan bekerja sama, kemampuan mengelola emosi, serta tanggung jawab sosial. Mereka menjadi lebih percaya diri dalam mengekspresikan pendapat, lebih sensitif terhadap kondisi orang lain, dan lebih terlatih mengambil keputusan bijak. Bagi guru, penerapan RPP ini memperkaya praktik pembelajaran. Guru tidak lagi sekadar menyampaikan materi, tetapi juga berperan sebagai pendidik karakter yang menuntun siswa untuk tumbuh menjadi pribadi utuh.

Namun, implementasi RPP berbasis KSE-PSE tentu tidak lepas dari tantangan. Salah satunya adalah perbedaan tingkat kesiapan siswa. Ada siswa yang cepat memahami materi dan terbiasa bekerja sama, tetapi ada pula yang cenderung pasif atau kesulitan mengungkapkan perasaan. Keterbatasan waktu juga sering menjadi hambatan, karena pembahasan isu sosial secara mendalam membutuhkan durasi yang lebih panjang daripada jam pelajaran yang tersedia. Selain itu, sebagian siswa mungkin masih canggung berbagi pengalaman pribadi dalam kegiatan refleksi.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, guru dapat menerapkan berbagai strategi. Bimbingan khusus dapat diberikan bagi siswa yang kesulitan mengikuti ritme pembelajaran. Variasi media pembelajaran dapat digunakan untuk menjangkau semua gaya belajar siswa, sehingga tidak ada yang tertinggal. Guru juga harus menciptakan suasana kelas yang aman dan mendukung, sehingga siswa merasa nyaman untuk berbicara jujur dan terbuka. Dengan lingkungan yang inklusif, setiap siswa akan merasa dihargai dan termotivasi untuk berpartisipasi.

Dari uraian di atas, jelas bahwa integrasi KSE dan PSE dalam RPP Sosiologi merupakan inovasi penting dalam dunia pendidikan. Pembelajaran yang sebelumnya hanya berorientasi pada aspek kognitif kini diperkaya dengan dimensi sosial emosional yang lebih relevan dengan kebutuhan siswa abad ke-21. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif, strategi diferensiasi, kegiatan refleksi perasaan, serta penilaian yang holistik, siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi juga mengembangkan sikap empati, keterampilan relasi, serta kemampuan mengambil keputusan yang bertanggung jawab.

Pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang mampu melahirkan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga matang secara emosional, peduli pada sesama, dan siap menghadapi tantangan kehidupan nyata. Oleh karena itu, penerapan KSE-PSE dalam pembelajaran merupakan langkah strategis untuk membangun generasi yang berkarakter, bijak, dan mampu menjadi agen perubahan di masyarakat. Dengan kesadaran ini, para guru diharapkan terus berinovasi dan merefleksikan praktik pembelajaran agar senantiasa relevan dengan kebutuhan zaman.Top of Form

Penulis : Lilis Sumantri, S.Sos., Guru Sosiologi SMA Negeri 1 Mojolaban Sukoharjo