Libur akhir tahun kerap menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh siswa dan guru. Setelah menjalani padatnya rutinitas sekolah selama satu semester, waktu liburan sering kali dijadikan ajang untuk rehat total. Namun di balik euforia istirahat itu, muncul fenomena yang cukup mengkhawatirkan: semangat belajar yang mengendur, baik dari sisi guru maupun siswa. Kelas terasa berat saat kembali dimulai, konsentrasi mudah terpecah, dan energi belajar menurun drastis. Apalagi di era serbadigital seperti sekarang, gangguan dari media sosial dan hiburan daring sangat mudah menyedot perhatian, menyisakan sedikit ruang untuk berpikir kreatif dan produktif.
Di tengah tantangan tersebut, SMK Muhammadiyah 2 Cepu menghadapi persoalan tambahan: bagaimana mempromosikan jurusan listrik menjelang Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) tahun pelajaran 2025/2026? Jurusan ini memiliki potensi besar untuk berkembang, namun kurang dikenal luas oleh masyarakat. Strategi promosi konvensional, seperti menyebar brosur atau mengandalkan cerita dari mulut ke mulut, sering kali tidak cukup menjangkau generasi muda masa kini yang sangat visual dan digital-oriented.
Namun, di tengah persoalan, selalu ada peluang. Banyak siswa SMK Muhammadiyah 2 Cepu yang sebenarnya memiliki potensi luar biasa dalam bidang kreatif digital. Mereka mahir mengoperasikan aplikasi pengedit video dan gambar seperti CapCut dan Canva. Aplikasi ini sudah sangat familiar bagi remaja masa kini, yang kerap memanfaatkannya untuk membuat konten media sosial. Sayangnya, potensi ini sering tidak diarahkan ke jalur yang produktif. Karya-karya yang dihasilkan pun lebih bersifat hiburan pribadi, bukan kontribusi untuk sekolah atau pengembangan diri.
Melihat peluang tersebut, para guru jurusan listrik SMK Muhammadiyah 2 Cepu pun berinisiatif untuk melakukan langkah kreatif yang tidak biasa. Ketika banyak sekolah memilih pasif selama libur, mereka justru mengajak siswa untuk berkumpul dan belajar bersama, namun dengan pendekatan yang menyenangkan dan kekinian. Tidak ada tatap muka yang kaku. Tidak ada soal ujian atau tugas teori. Yang ada adalah semangat berkarya dan kebersamaan yang menginspirasi.
Dalam kegiatan ini, siswa diajak untuk membuat berbagai konten visual yang menampilkan keunggulan dan aktivitas jurusan listrik. Mereka bebas mengeksplorasi gaya visual, efek transisi, musik latar, dan narasi, asalkan menggambarkan sisi positif dan menarik dari jurusan mereka. Ada yang membuat video tutorial instalasi listrik dasar, ada pula yang membuat poster digital dengan desain yang memikat. Bahkan beberapa siswa mengeksplorasi storytelling, menampilkan kegiatan praktik dengan sudut pandang sinematik.
Konten-konten tersebut kemudian diunggah ke Instagram resmi jurusan listrik SMK Muhammadiyah 2 Cepu. Akun ini sebelumnya tidak terlalu aktif, namun sejak diisi dengan konten orisinal karya siswa, jumlah pengikutnya meningkat pesat. Tak hanya itu, hasil karya juga dibagikan ke berbagai kanal lain, seperti WhatsApp grup wali murid, website sekolah, dan platform berbagi video. Dalam waktu singkat, promosi jurusan listrik pun menyebar luas dengan cara yang jauh lebih efektif dan menarik dibandingkan metode konvensional.
Kegiatan ini ternyata membawa banyak dampak positif. Pertama, suasana liburan tidak lagi membosankan. Siswa merasa lebih produktif karena bisa berkarya sambil tetap bersenang-senang. Mereka juga lebih dekat dengan guru, karena interaksi yang terjalin berlangsung hangat dan setara. Tidak ada kesan belajar dalam tekanan, melainkan belajar karena keinginan dan rasa bangga terhadap karya sendiri.
Kedua, jurusan listrik semakin dikenal. Beberapa konten bahkan viral dan mendapat respons positif dari netizen. Hal ini terbukti berdampak nyata terhadap SPMB tahun pelajaran 2025/2026. Jumlah pendaftar jurusan listrik meningkat signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Banyak calon siswa mengaku tertarik karena melihat konten menarik yang beredar di media sosial. Mereka merasa penasaran dan akhirnya mencari tahu lebih lanjut, bahkan datang langsung untuk bertanya-tanya.
Ketiga, para siswa mendapatkan pengalaman nyata dalam dunia produksi konten digital. Mereka belajar menyusun storyboard, memilih musik latar, menyunting video, menyesuaikan ukuran konten untuk berbagai platform, dan memahami cara membangun narasi visual yang memikat. Semua ini menjadi bekal berharga yang bisa mereka manfaatkan di dunia kerja nantinya, terutama di era industri kreatif yang terus berkembang pesat.
Keempat, kerja kolaboratif antara guru dan siswa membentuk budaya sekolah yang lebih dinamis dan adaptif. Guru tidak lagi hanya sebagai pengajar di depan kelas, tetapi juga sebagai fasilitator dan mitra kreatif. Sementara siswa tidak lagi hanya sebagai penerima materi, tetapi sebagai pencipta karya yang memberi dampak nyata bagi lingkungan sekitarnya. Ini adalah bentuk pendidikan yang hidup, kontekstual, dan memberdayakan.
Yang paling menarik, semua ini terjadi pada saat yang sering dianggap sebagai masa jeda: liburan. Paradigma bahwa libur adalah waktu tanpa belajar, tanpa produktivitas, berhasil diubah sepenuhnya. Liburan menjadi waktu eksplorasi, kreasi, dan promosi. Ini adalah contoh nyata bagaimana sekolah bisa tetap “hidup” meskipun kalender akademik sedang istirahat. Semangat belajar tidak padam hanya karena jam pelajaran berhenti. Justru, saat beban akademik dikurangi, ruang untuk kreativitas bisa tumbuh subur.
Dari pengalaman ini, SMK Muhammadiyah 2 Cepu membuktikan bahwa keterbatasan bukan alasan untuk berhenti, dan liburan bukan alasan untuk bermalas-malasan. Dengan strategi yang tepat, bahkan waktu yang sering dianggap pasif bisa diubah menjadi momentum strategis yang memberi dampak besar.
Kolaborasi guru dan siswa dalam dunia digital seperti ini menunjukkan bahwa pembelajaran bisa sangat fleksibel. Ia bisa berlangsung di luar ruang kelas, menggunakan alat yang sudah akrab di tangan siswa, dan menyentuh langsung kehidupan nyata. Tidak ada pemisahan yang kaku antara dunia belajar dan dunia digital yang digemari siswa. Justru, keduanya bisa berpadu dalam harmoni yang menghasilkan karya nyata.
Sudah saatnya kita mengubah cara pandang terhadap waktu luang dan potensi siswa. Alih-alih mengeluh karena semangat belajar yang menurun saat liburan, mari lihat ini sebagai peluang untuk menerapkan pendekatan baru yang lebih menyenangkan dan kontekstual. Mari jadikan sekolah sebagai tempat yang terus berdenyut, meskipun jam belajarnya tidak berdentang.
Pengalaman di SMK Muhammadiyah 2 Cepu adalah bukti bahwa dengan kreativitas dan kemauan untuk beradaptasi, pembelajaran bisa tetap berlangsung dalam bentuk yang menyenangkan, produktif, dan berdampak. Liburan bisa menjadi waktu untuk menyemai semangat baru, mempererat hubungan, dan mengukir prestasi.
Mari terus dorong pembelajaran yang adaptif, kontekstual, dan memberdayakan. Di tengah dunia yang berubah cepat, hanya sekolah yang berani berubah dan berinovasi yang akan mampu menyinari masa depan siswanya dengan terang. Maka, saat liburan datang, mari bertanya bukan “apa yang akan kita hentikan?”, tetapi “apa yang bisa kita ciptakan?”
Penulis : Joko Mulyono, S.Pd, Guru SMK Muhammadiyah 2 Cepu