Minggu, 19-10-2025
  • Website Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan Sahabat
  • Website Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan Sahabat

Membangun Branding Sekolah Melalui Instagram

Diterbitkan :

Di era digital seperti sekarang, media sosial telah menjadi wajah pertama yang dilihat banyak orang ketika ingin mengenal sebuah lembaga, termasuk sekolah. Calon siswa, orangtua, mitra industri, bahkan masyarakat luas seringkali menilai citra sebuah sekolah dari bagaimana ia tampil di dunia maya. Instagram, dengan kekuatan visualnya, menjadi salah satu platform yang paling efektif untuk membangun branding sekolah. Melalui foto dan video yang kreatif, sekolah dapat menampilkan berbagai kegiatan, prestasi, inovasi, dan budaya positif yang ada di dalamnya. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Instagram adalah etalase digital yang mampu memperkuat reputasi sekolah.

Namun, kenyataan yang dihadapi SMK Muhammadiyah 2 Cepu menunjukkan bahwa potensi ini belum sepenuhnya dimanfaatkan. Akun Instagram sekolah terlihat kurang menarik, konten yang diunggah tidak konsisten, dan jumlah pengikut stagnan. Padahal, di balik itu, sekolah memiliki banyak kegiatan positif yang sebenarnya layak dipublikasikan. Sayangnya, kegiatan-kegiatan ini jarang terdokumentasi dengan baik dan tidak dikelola secara profesional di media sosial.

Salah satu penyebab utama adalah belum adanya budaya membuat konten di setiap unit kerja. Banyak guru atau pengelola unit kerja yang menganggap pembuatan konten sebagai tugas tambahan yang tidak terlalu penting. Tidak ada sistem yang mendorong mereka untuk rutin mengirimkan materi publikasi, dan motivasi untuk terlibat juga rendah. Akibatnya, pengelolaan Instagram sekolah hanya bergantung pada segelintir orang, yang tentu tidak mampu menjangkau seluruh aktivitas sekolah.

Jika dibiarkan, kondisi ini bisa berdampak buruk pada citra sekolah. Akun media sosial yang sepi dan kurang menarik memberi kesan bahwa sekolah tidak aktif atau kurang memiliki kegiatan berarti. Padahal, persepsi ini bisa memengaruhi minat calon siswa dan pandangan mitra kerja sama. Oleh karena itu, dibutuhkan langkah terstruktur untuk membenahi pengelolaan Instagram sekolah agar menjadi lebih menarik, konsisten, dan mampu mencerminkan dinamika positif sekolah secara menyeluruh.

Langkah pertama yang dilakukan adalah penunjukan tim koordinator. Waka Humas menunjuk tim IT sekolah untuk menjadi koordinator utama pengelolaan akun Instagram sekolah. Tim ini bertugas mengatur alur kerja pembuatan konten, mulai dari pengumpulan bahan, pengeditan, hingga publikasi. Dengan adanya koordinator, pengelolaan Instagram menjadi lebih terarah dan tidak bergantung pada inisiatif individu semata. Tim IT juga memiliki kemampuan teknis yang memadai untuk menghasilkan konten yang berkualitas secara visual.

Langkah kedua adalah menerapkan sistem penjadwalan konten bergilir. Setiap unit kerja di sekolah, mulai dari jurusan, organisasi siswa, hingga bagian tata usaha, diminta membuat konten video untuk Instagram secara bergiliran sesuai jadwal yang telah disusun. Konten yang dihasilkan dapat berupa kegiatan pembelajaran di kelas atau bengkel, inovasi yang dihasilkan siswa dan guru, prestasi yang diraih, maupun suasana khas dari masing-masing unit kerja. Sistem ini tidak hanya memastikan keberlanjutan konten, tetapi juga menumbuhkan rasa tanggung jawab setiap unit kerja terhadap citra sekolah di media sosial.

Penjadwalan bergilir ini juga membuat semua unit kerja memiliki kesempatan yang sama untuk tampil dan dikenal publik. Misalnya, jurusan teknik otomotif dapat menampilkan proses perbaikan mesin yang dilakukan siswa, jurusan listrik memamerkan proyek instalasi, atau unit kegiatan siswa membagikan momen latihan dan kompetisi. Dengan variasi konten seperti ini, Instagram sekolah menjadi lebih dinamis dan menarik untuk diikuti.

Langkah ketiga adalah menerapkan strategi viralisasi konten. Setelah konten diunggah di Instagram, admin Humas memastikan bahwa unggahan tersebut tidak hanya berhenti di akun sekolah. Konten didistribusikan melalui grup WhatsApp orangtua, grup siswa, dan jaringan keluarga besar SMK Muhammadiyah 2 Cepu. Guru-guru juga didorong untuk berperan aktif membagikan konten sekolah di grup WA yang mereka ikuti maupun media sosial pribadi.

Dengan strategi ini, jangkauan konten meningkat secara signifikan. Konten tidak hanya dilihat oleh pengikut Instagram sekolah, tetapi juga oleh ribuan orang di berbagai platform, yang berpotensi menambah jumlah pengikut baru. Lebih dari itu, proses ini menciptakan kebanggaan bersama. Ketika sebuah konten menjadi ramai diperbincangkan atau disukai banyak orang, unit kerja yang membuat konten tersebut akan merasa dihargai dan termotivasi untuk membuat konten yang lebih baik lagi di masa mendatang.

Hasil dari langkah-langkah ini mulai terlihat dalam waktu relatif singkat. Instagram sekolah yang sebelumnya sepi kini menjadi lebih hidup. Unggahan muncul secara rutin, dengan kualitas visual dan narasi yang lebih rapi. Jumlah pengikut meningkat tajam karena konten yang menarik dan konsisten membuat orang betah mengikuti perkembangan sekolah. Bahkan, beberapa unggahan mendapat perhatian luas karena menampilkan momen unik atau prestasi luar biasa siswa.

Lebih dari sekadar peningkatan jumlah pengikut, strategi ini membangkitkan semangat kolaborasi di dalam sekolah. Setiap unit kerja berlomba-lomba menampilkan konten terbaiknya. Budaya membuat konten mulai terbentuk, di mana guru dan siswa lebih peduli untuk mendokumentasikan kegiatan mereka. Aktivitas yang sebelumnya dilakukan tanpa dokumentasi kini rutin diabadikan, karena ada kesadaran bahwa setiap momen positif layak dibagikan untuk membangun citra sekolah.

Dampaknya juga terasa pada hubungan sekolah dengan masyarakat dan mitra eksternal. Melalui Instagram yang aktif dan menarik, masyarakat dapat melihat langsung berbagai aktivitas dan prestasi sekolah. Mitra industri pun dapat memantau kualitas siswa dan kegiatan pembelajaran secara visual. Hal ini memperkuat citra positif SMK Muhammadiyah 2 Cepu sebagai sekolah yang aktif, kreatif, dan berprestasi.

Pada akhirnya, pengelolaan media sosial bukan hanya soal berbagi informasi, tetapi membangun branding yang kuat. Instagram menjadi etalase digital yang memperlihatkan wajah terbaik sekolah. Dengan kolaborasi yang solid, sistem yang terstruktur, dan semangat untuk berbagi, setiap unit kerja dapat berperan sebagai duta digital yang memperkuat nama baik sekolah di dunia maya.

Pengalaman SMK Muhammadiyah 2 Cepu menunjukkan bahwa membangun branding melalui media sosial tidak memerlukan anggaran besar, tetapi memerlukan komitmen bersama. Kuncinya adalah memberikan peran yang jelas kepada setiap unit kerja, membangun budaya membuat konten, dan memanfaatkan jaringan yang ada untuk memperluas jangkauan. Dengan strategi ini, Instagram sekolah tidak hanya menjadi media promosi, tetapi juga ruang untuk merayakan prestasi, membagikan inspirasi, dan menguatkan rasa bangga terhadap sekolah.

Penulis : Joko Mulyono, S.Pd,  Guru SMK Muhammadiyah 2 Cepu