Lingkungan sekolah sejatinya menjadi cermin karakter penghuninya. Sekolah yang bersih, hijau, dan terawat memberikan kesan nyaman sekaligus membentuk budaya positif bagi seluruh warganya. Namun, kenyataan di lapangan seringkali berbanding terbalik. Tantangan menjaga kebersihan lingkungan sekolah masih menjadi isu yang belum sepenuhnya terselesaikan. Pemandangan sampah yang berserakan di area sekolah, mulai dari halaman, kantin, hingga ruang kelas, menjadi bukti nyata bahwa kesadaran siswa dalam menjaga kebersihan belum tumbuh sepenuhnya. Sebagian siswa menganggap urusan kebersihan bukan menjadi tanggung jawab pribadi, melainkan sekadar tugas petugas kebersihan sekolah. Hal ini menjadi persoalan mendasar yang perlu segera diatasi.
SMK Negeri 3 Jepara, sebagai sekolah kejuruan unggulan di wilayah pesisir utara Jawa Tengah, juga menghadapi tantangan serupa. Banyak siswanya yang masih memiliki perilaku membuang sampah sembarangan dan belum memiliki kesadaran penuh terhadap pentingnya menjaga lingkungan sekolah yang bersih dan sehat. Kesibukan belajar praktik di bengkel dan laboratorium kerap menjadi alasan yang membuat siswa abai terhadap kondisi lingkungan sekitar. Melihat kenyataan ini, pihak sekolah menyadari perlunya strategi yang lebih menyentuh aspek kesadaran dan perilaku siswa. Bukan sekadar mengandalkan imbauan atau peraturan, melainkan membangun budaya bersih yang tumbuh dari dalam diri siswa itu sendiri.
Melalui artikel ini, penulis ingin mengulas secara mendalam tentang strategi-strategi efektif yang diterapkan SMK Negeri 3 Jepara untuk menumbuhkan kepedulian siswa terhadap kebersihan lingkungan sekolah. Strategi-strategi ini terbukti mampu mengubah wajah sekolah menjadi lebih hijau, bersih, dan nyaman, sekaligus mencetak generasi muda yang peduli terhadap kelestarian lingkungan. Secara garis besar, langkah-langkah tersebut mencakup gerakan senam sehat dan Jumat Bersih, program inovatif “Lembayung Sampah”, pendirian bank sampah sekolah, hingga gerakan membersihkan kelas lima menit sebelum dan sesudah kegiatan belajar mengajar.
Permasalahan yang dihadapi SMK Negeri 3 Jepara berakar dari perilaku siswa yang belum memiliki kesadaran membuang sampah pada tempatnya. Sampah plastik, bungkus makanan, dan sisa minuman kerap ditemukan berserakan di berbagai sudut sekolah. Kurangnya edukasi mengenai pengelolaan sampah yang benar memperparah situasi. Siswa belum memahami pentingnya memilah sampah organik, anorganik, dan B3. Mereka juga belum menyadari bahwa sampah yang dikelola dengan baik bisa memberi manfaat ekonomi dan kesehatan bagi lingkungan sekitarnya.
Kebiasaan hidup bersih memang harus dibangun sejak usia muda. Semakin dini siswa dibiasakan hidup bersih dan menjaga lingkungan, semakin besar peluang mereka tumbuh menjadi generasi yang bertanggung jawab dan peduli. Di sisi lain, SMK Negeri 3 Jepara juga menghadapi tuntutan eksternal untuk menjadi sekolah yang lebih ramah lingkungan. Keikutsertaan sekolah dalam program Adiwiyata mendorong seluruh warga sekolah untuk berbenah, mengadopsi pola hidup hijau, dan membangun sistem pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.
Sebagai langkah awal, SMK Negeri 3 Jepara menggerakkan program Senam Sehat dan Jumat Bersih yang dilaksanakan rutin setiap akhir pekan. Kegiatan ini bertujuan tidak hanya memupuk kesehatan fisik siswa, tetapi juga membangun kedisiplinan dan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. Setelah melakukan senam bersama, seluruh warga sekolah diarahkan membersihkan area kelas, taman, hingga area umum. Kegiatan ini menjadi ruang edukasi informal yang menyenangkan, sekaligus memupuk solidaritas antar siswa dan guru. Partisipasi aktif dari semua unsur sekolah membuat gerakan ini berjalan konsisten dan menjadi kebiasaan yang ditunggu setiap pekan.
Tidak berhenti di situ, sekolah juga memperkenalkan program inovatif bertajuk “Lembayung Sampah”, sebuah gerakan cerdas yang mengajarkan siswa memilah sampah dengan benar. Lewat program ini, sekolah menyediakan berbagai jenis tempat sampah dengan kode warna dan simbol yang mudah dipahami siswa, seperti botol dan cup plastik, organik, anorganik, serta B3. Edukasi tentang arti warna dan jenis sampah dilakukan secara rutin di kelas dan melalui media visual di area strategis sekolah. Perlahan namun pasti, siswa mulai terbiasa memilah sampah dengan benar, memahami bahwa sampah bukan hanya kotoran yang dibuang, tetapi juga potensi yang harus dikelola.
Langkah berikutnya yang sangat efektif adalah pendirian bank sampah sekolah. Bank sampah ini tidak hanya menjadi sarana pengelolaan sampah, tetapi juga media pembelajaran ekonomi bagi siswa. Setiap siswa diajak mengumpulkan sampah anorganik yang masih bernilai, seperti botol plastik dan kertas bekas, yang kemudian ditabung dalam bank sampah. Sampah-sampah ini dicatat, ditimbang, dan diberi nilai ekonomi yang bisa diakumulasikan sebagai tabungan atau ditukar dengan hadiah menarik. Program ini mendapat sambutan antusias dari siswa karena memberi mereka pengalaman nyata tentang bagaimana sampah bisa menjadi sumber penghasilan. Di sisi lain, bank sampah juga menjadi ruang pembelajaran bagi siswa jurusan bisnis dan manajemen untuk mengelola transaksi dan laporan keuangan sederhana.
Untuk menanamkan budaya bersih yang lebih konsisten, SMK Negeri 3 Jepara juga menerapkan gerakan membersihkan kelas lima menit sebelum dan sesudah kegiatan belajar mengajar. Gerakan sederhana ini ternyata memberi dampak besar. Suasana kelas yang bersih dan tertata rapi membuat siswa lebih nyaman belajar, guru lebih semangat mengajar, dan suasana kelas menjadi lebih hidup. Peran guru sangat penting dalam menjaga konsistensi gerakan ini, tidak hanya mengawasi, tetapi juga memberikan teladan nyata kepada siswa. Dari kebiasaan kecil inilah muncul perubahan besar dalam budaya kebersihan di sekolah.
Berbagai upaya yang dilakukan SMK Negeri 3 Jepara membuahkan hasil yang membanggakan. Perlahan namun pasti, jiwa sadar lingkungan mulai tertanam kuat dalam diri siswa. Mereka tidak lagi menunggu perintah untuk membuang sampah pada tempatnya, melainkan bergerak dengan kesadaran diri. Bahkan, kebiasaan ini meluas ke rumah dan lingkungan sekitar. Siswa menjadi agen perubahan yang menularkan budaya bersih kepada keluarga dan masyarakat. Sebuah perubahan yang tidak hanya berdampak di dalam pagar sekolah, tetapi juga di luar.
Keseriusan dan konsistensi sekolah dalam membangun budaya bersih dan ramah lingkungan akhirnya membawa SMK Negeri 3 Jepara meraih predikat Sekolah Adiwiyata. Predikat ini bukan hanya sekadar penghargaan, tetapi juga pengakuan atas proses panjang yang penuh tantangan dan kerja keras. Pemerintah daerah dan masyarakat sekitar memberikan apresiasi tinggi atas kontribusi sekolah dalam menciptakan lingkungan yang sehat, hijau, dan berkelanjutan. Prestasi ini menjadi bukti bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil yang konsisten dan melibatkan seluruh elemen sekolah.
Berbagai strategi yang diterapkan SMK Negeri 3 Jepara menunjukkan bahwa membangun kesadaran siswa terhadap kebersihan lingkungan bukanlah hal yang mustahil. Dengan gerakan rutin seperti Senam Sehat, Jumat Bersih, Lembayung Sampah, hingga bank sampah dan gerakan bersih kelas, siswa diajak terlibat aktif dalam menjaga kebersihan sekolah sekaligus belajar nilai-nilai disiplin, tanggung jawab, dan kepedulian. Perubahan perilaku positif ini tidak hanya berdampak di lingkungan sekolah, tetapi juga terbawa ke rumah dan masyarakat sekitar. Keberhasilan sekolah meraih predikat Adiwiyata menjadi bukti nyata bahwa komitmen dan konsistensi dalam membangun budaya bersih dan ramah lingkungan dapat menghasilkan prestasi sekaligus membentuk generasi peduli lingkungan.
Penulis : Awal Nurro’ining, Guru SMK Negeri 3 Jepara