Mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan (PkWU) sering kali dianggap sekadar pelengkap di antara pelajaran-pelajaran produktif lainnya di SMK. Padahal, jika dikelola secara kreatif dan kontekstual, PkWU justru dapat menjadi ruang eksplorasi yang sangat strategis bagi siswa untuk mengenali potensi diri, melatih kerja tim, dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan yang kuat sejak dini. Di kelas PkWU inilah banyak siswa pertama kali diperkenalkan pada dunia usaha dalam bentuk yang nyata, dari ide hingga simulasi eksekusi.
Namun dalam praktiknya, tidak semua siswa berada dalam posisi awal yang sama. Perbedaan jurusan, terutama antara Pemasaran dan Akuntansi, membuat dinamika pembelajaran menjadi beragam. Siswa jurusan Pemasaran cenderung lebih luwes, ekspresif, dan antusias ketika berbicara di depan umum. Mereka cepat menangkap konsep promosi dan strategi penjualan. Sebaliknya, siswa jurusan Akuntansi lebih teliti dalam perhitungan dan sistematika, tetapi sering kali merasa kaku saat harus berbicara atau berinovasi dalam bentuk produk. Perbedaan karakteristik ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi guru untuk merancang strategi pembelajaran yang adil, menyenangkan, dan sesuai kebutuhan masing-masing siswa.
Siswa jurusan Pemasaran biasanya menjadi pusat perhatian saat diminta mempresentasikan ide. Dengan percaya diri mereka menawarkan gagasan produk, lengkap dengan narasi promosi yang menggugah. Namun, dalam penulisan proposal usaha, mereka sering kali tergesa-gesa, kurang memperhatikan struktur bahasa, dan tidak sabar menyusun komponen administrasi yang sistematis. Sebaliknya, siswa jurusan Akuntansi justru merasa nyaman saat diberi tugas menyusun laporan keuangan atau proyeksi laba rugi. Proposal mereka rapi, logis, dan mematuhi struktur formal. Tetapi, ketika diminta berbicara di depan kelas atau merealisasikan produk dari ide yang telah disusun, mereka sering terlihat canggung dan tidak percaya diri.
Menghadapi spektrum karakteristik ini, pendekatan yang inklusif menjadi mutlak diperlukan. Salah satu strategi yang efektif adalah dengan memulai setiap pertemuan PkWU dengan kegiatan pendahuluan berupa pertanyaan pemantik. Pertanyaan seperti, “Kalau kamu punya usaha sendiri, produk apa yang akan kamu jual?” atau “Apa tantangan terbesarmu saat harus mempresentasikan ide bisnis?” menjadi cara sederhana namun efektif untuk membuka dialog, memancing imajinasi, dan menyelaraskan harapan guru dan siswa.
Langkah selanjutnya adalah pemberian tugas berupa penyusunan proposal usaha. Proposal ini dirancang tidak terlalu kompleks, namun tetap mencakup elemen penting dari sebuah perencanaan bisnis. Agar pembelajaran lebih bermakna, penekanan fokus dibedakan sesuai jurusan. Siswa Pemasaran diarahkan untuk lebih menekankan strategi promosi, segmentasi pasar, dan branding, sedangkan siswa Akuntansi lebih difokuskan pada aspek perencanaan anggaran, analisis keuntungan, dan sistem pencatatan keuangan. Dengan cara ini, masing-masing siswa merasa kompetensinya dihargai dan dikembangkan.
Tahap berikutnya adalah kegiatan diskusi kelompok hingga menghasilkan output akhir berupa proposal yang sudah diperbaiki melalui metode Project Based Learning (PjBL). Metode ini terbukti sangat membantu karena memberikan ruang bagi siswa untuk berproses dari ide mentah hingga penyajian proyek. Kegiatan dimulai dari brainstorming ide usaha, pembagian tugas kelompok sesuai keahlian, penyusunan draft, hingga revisi setelah mendapatkan masukan dari guru maupun teman sejawat. Dalam proses ini, siswa Pemasaran biasanya aktif dalam pencarian ide dan promosi, sedangkan siswa Akuntansi mengambil peran dalam merancang skema keuangan dan sistem administrasi. Sinergi ini menjadikan pembelajaran lebih hidup dan produktif.
Setelah beberapa kali penerapan strategi ini, terlihat hasil yang menggembirakan. Siswa jurusan Pemasaran menunjukkan antusiasme tinggi dalam setiap presentasi. Mereka tampil percaya diri, bahkan beberapa mulai berani mencoba menjual produk kecil-kecilan di lingkungan sekolah. Namun tetap diperlukan bimbingan dalam menyusun proposal dengan struktur yang baik. Di sisi lain, siswa Akuntansi memperlihatkan peningkatan dalam menyusun laporan keuangan usaha. Beberapa siswa bahkan mampu membuat simulasi kas masuk dan keluar yang akurat. Tantangannya masih terletak pada eksekusi produk dan penguatan soft skill komunikasi, namun perlahan, dengan latihan presentasi dan pembiasaan, mereka mulai berani tampil.
Pengalaman ini menjadi refleksi penting bagi guru bahwa pembelajaran yang efektif bukanlah yang seragam, melainkan yang mampu beradaptasi dengan keragaman potensi siswa. Guru bukan hanya sebagai pemberi materi, melainkan fasilitator yang menjembatani kekuatan dan kelemahan masing-masing siswa. Untuk itu, strategi lanjutan yang bisa dipertimbangkan adalah membuat kolaborasi antarjurusan dalam satu kelompok, agar siswa saling melengkapi dan belajar dari kelebihan temannya. Selain itu, memberikan role model atau mentor usaha dari luar sekolah juga bisa menjadi inspirasi nyata bagi siswa untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan.
Evaluasi pembelajaran juga perlu bersifat holistik. Nilai bukan hanya soal bagusnya struktur proposal atau akuratnya perhitungan, tetapi juga seberapa besar siswa berani berinisiatif, berinovasi, dan bekerja sama. Dengan demikian, pembelajaran PkWU tidak hanya menghasilkan nilai akademik, tetapi juga pengalaman hidup yang berarti bagi masa depan mereka.
Pada akhirnya, PkWU adalah jembatan yang menghubungkan siswa dengan dunia nyata. Di balik tugas proposal usaha, tersimpan benih-benih semangat wirausaha yang siap tumbuh jika dipupuk dengan strategi pembelajaran yang tepat. Mata pelajaran ini bukan sekadar kewajiban kurikulum, tetapi peluang emas untuk mencetak generasi muda yang mandiri, tangguh, dan kreatif.
Kepada rekan-rekan guru, mari bersama-sama membangun pembelajaran PkWU yang lebih inklusif dan membumi. Jangan ragu bereksperimen dengan berbagai metode, karena dari situlah kita bisa menemukan formula terbaik untuk setiap kelas yang unik. Jadikan setiap perbedaan sebagai kekuatan, dan bimbing siswa kita untuk berkembang sesuai potensinya.
Di tangan guru yang kreatif, mata pelajaran PkWU bisa menjadi benih lahirnya wirausaha-wirausaha muda yang siap bersaing di dunia nyata.
Penulis : Awal Nurro’ining, Guru SMK Negeri 3 Jepara