Dalam dunia pemasaran yang begitu dinamis, keterampilan komunikasi menjadi kunci utama keberhasilan. Kemampuan menyampaikan ide secara jelas, meyakinkan, dan menarik perhatian konsumen bukan lagi keahlian tambahan, melainkan kebutuhan pokok bagi siapa saja yang terjun ke ranah bisnis dan pemasaran. Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa banyak siswa jurusan Pemasaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), termasuk di SMK Negeri 3 Jepara, masih menghadapi tantangan besar dalam hal ini. Rendahnya keterampilan komunikasi mereka seringkali menjadi hambatan serius ketika harus berbicara di depan umum, menyampaikan gagasan, ataupun berinteraksi langsung dengan calon pelanggan. Akibatnya, kesiapan mereka dalam menghadapi dunia kerja menjadi kurang optimal, meski telah dibekali dengan pengetahuan teknis yang memadai.
Kondisi ini memunculkan keprihatinan di kalangan pendidik. Penulis menyadari bahwa penguasaan materi pemasaran tanpa dibarengi kemampuan komunikasi akan membuat siswa kesulitan bersaing di dunia profesional. Sejumlah pengamatan dilakukan terhadap proses pembelajaran, terutama saat siswa diminta mempresentasikan ide usaha, berdiskusi, atau melakukan praktik wawancara. Terlihat jelas bahwa sebagian besar siswa masih canggung, tidak percaya diri, dan kesulitan menyusun kata-kata yang persuasif. Dalam praktik kerja lapangan, ketidakmampuan mereka membangun relasi komunikasi yang baik dengan konsumen seringkali menghambat proses pemasaran produk secara nyata.
Menghadapi kenyataan ini, penulis sebagai guru di jurusan Pemasaran SMK Negeri 3 Jepara tidak tinggal diam. Penulis menyusun serangkaian strategi pembelajaran yang lebih aplikatif dan langsung menyentuh inti persoalan, yakni memperkuat keterampilan komunikasi siswa secara bertahap dan terstruktur. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengajak siswa untuk membuat proposal usaha secara berkelompok maupun individu. Dalam proses ini, siswa tidak hanya menyusun ide secara tertulis, tetapi juga diminta untuk mempresentasikannya di hadapan kelas dan guru pembimbing. Sesi presentasi ini menjadi ruang belajar yang penting, karena siswa dilatih untuk menyampaikan gagasan dengan runtut, memilih diksi yang tepat, dan menggunakan bahasa tubuh yang mendukung. Umpan balik yang diberikan secara langsung oleh guru membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan mereka dalam berbicara.
Langkah selanjutnya adalah praktik wawancara dan survei terhadap calon konsumen dan pelanggan. Siswa diajak untuk terjun langsung ke lapangan, baik secara luring maupun daring, guna mewawancarai masyarakat sekitar atau komunitas sasaran produk mereka. Sebelum itu, mereka dibekali dengan teknik dasar wawancara, termasuk bagaimana merumuskan pertanyaan yang terbuka dan menggali informasi penting dari narasumber. Praktik ini tidak hanya memperkuat keberanian siswa dalam berbicara, tetapi juga melatih mereka menjadi pendengar yang aktif dan peka terhadap kebutuhan konsumen. Dari data yang dikumpulkan, siswa belajar mengenali pola perilaku konsumen, serta menyusun analisis sederhana yang menjadi dasar strategi pemasaran berikutnya.
Setelah siswa memahami siapa konsumen mereka dan apa yang dibutuhkan pasar, tibalah saatnya untuk mempromosikan produk. Dalam era digital seperti sekarang, guru mendorong siswa untuk menggunakan media sosial sebagai sarana promosi yang efektif dan efisien. Platform seperti TikTok, Instagram, dan WhatsApp Business diperkenalkan sebagai alat komunikasi pemasaran yang relevan dengan dunia nyata. Siswa belajar membuat konten promosi, mulai dari penulisan narasi produk, pemilihan gambar dan video yang menarik, hingga menyusun jadwal unggahan yang teratur. Mereka juga dibimbing dalam memahami algoritma media sosial serta pentingnya interaksi dengan pengikut atau pelanggan potensial. Ini menjadi ruang eksplorasi yang sangat diminati oleh siswa, karena mereka dapat menggabungkan kreativitas dengan keterampilan komunikasi yang terus diasah.
Berbagai kegiatan praktik tersebut memberikan hasil yang menggembirakan. Salah satu capaian penting adalah meningkatnya kemampuan analisis siswa terhadap konsumen. Melalui wawancara dan survei yang mereka lakukan, siswa mulai bisa mengenali keinginan, kebutuhan, dan kebiasaan konsumsi masyarakat. Mereka pun lebih percaya diri dalam merancang strategi pemasaran yang tepat sasaran, serta mampu menarik perhatian calon konsumen dan mengubahnya menjadi pelanggan yang loyal. Kegiatan ini juga mendorong siswa untuk bersikap proaktif dan tidak lagi pasif dalam menghadapi konsumen.
Selain itu, keterampilan promosi siswa melalui media sosial menunjukkan perkembangan signifikan. Banyak dari mereka yang sudah mampu menyusun narasi promosi yang menarik, memadukan gaya bahasa persuasif dengan visual yang kuat. Tidak sedikit yang mendapatkan respons positif dari warganet, bahkan beberapa siswa berhasil menjual produk mereka melalui konten yang mereka buat sendiri. Keberhasilan ini menjadi motivasi besar bagi siswa lain untuk turut berinovasi dan meningkatkan kualitas komunikasi mereka.
Melihat hasil yang telah dicapai, penting bagi seluruh pihak di dunia pendidikan, terutama SMK dengan kompetensi keahlian Pemasaran, untuk terus menjadikan keterampilan komunikasi sebagai fokus utama pembelajaran. Kemampuan ini bukan hanya mendukung penguasaan materi pemasaran, tetapi juga menjadi bekal penting saat siswa terjun langsung ke dunia kerja maupun menjadi wirausaha muda. Guru dapat mengembangkan kegiatan praktik lebih lanjut seperti simulasi layanan pelanggan, diskusi panel, hingga pembuatan podcast produk yang menuntut keberanian dan kecakapan berbicara.
Harapannya, melalui pembelajaran yang terus dievaluasi dan diperbaiki, siswa jurusan Pemasaran SMK Negeri 3 Jepara akan menjadi lulusan yang siap bersaing, tidak hanya dalam aspek teknis, tetapi juga dalam hal komunikasi yang efektif. Dunia usaha membutuhkan tenaga-tenaga muda yang mampu membangun relasi, menyampaikan gagasan dengan meyakinkan, dan menciptakan pengalaman positif bagi konsumen. Dan semua itu, dimulai dari keterampilan komunikasi yang terlatih sejak bangku sekolah.
Penulis : Awal Nurro’ining, Guru SMK Negeri 3 Jepara