Sabtu, 18-10-2025
  • Website Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan Sahabat
  • Website Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan Sahabat

Menjembatani Prestasi Olahraga dan Akademik bagi Siswa Atlet Sepakbola di SMA Tunas Patria Ungaran

Diterbitkan :

Di balik gemerlap medali emas dan sorak sorai penonton, ada kisah perjuangan siswa atlet yang jarang terdengar. Mereka bukan hanya berjuang untuk mencetak gol atau memecahkan rekor lari, tetapi juga bergulat dengan tumpukan tugas sekolah, catatan pelajaran yang tertinggal, dan ujian yang menanti. Tantangan ini bukan hal baru, tetapi sering kali luput dari perhatian. Jadwal latihan yang padat membuat mereka kelelahan, sulit fokus, dan bahkan kerap tertidur di kelas. Waktu tatap muka yang terbatas karena harus mengikuti kejuaraan atau pelatihan di luar kota semakin memperparah kondisi. Tidak sedikit pula yang kurang peduli terhadap perlengkapan sekolah—alat tulis sering hilang, buku pelajaran tercecer, atau bahkan tidak terbawa.

Kondisi ini menjadi dilema tersendiri. Di satu sisi, mereka mengharumkan nama sekolah melalui prestasi olahraga. Namun di sisi lain, prestasi akademik mereka kerap terseok. Ironisnya, banyak dari mereka sebenarnya memiliki potensi besar dalam bidang akademik, hanya saja belum menemukan pendekatan belajar yang sesuai dengan ritme kehidupan mereka yang unik.

Melihat kompleksitas permasalahan ini, sudah saatnya dunia pendidikan menghadirkan pendekatan yang lebih adaptif dan kreatif. Salah satu solusi yang menjanjikan adalah menerapkan pendekatan STEM (Sains, Teknologi, Engineering, dan Matematika) serta pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning). Pendekatan ini tidak hanya membuat pembelajaran lebih menarik, tetapi juga relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa atlet, terutama dalam kaitannya dengan dunia olahraga.

Siswa atlet sejatinya menghadapi tantangan yang tidak ringan. Kelelahan fisik dan mental menjadi hambatan utama. Bayangkan seorang siswa yang pagi harinya harus mengikuti sesi latihan intensif, lalu siangnya masuk kelas dalam kondisi letih. Tidak mengherankan jika mereka kesulitan berkonsentrasi, bahkan tertidur saat pelajaran berlangsung. Situasi ini kerap menimbulkan persepsi negatif dari guru atau teman sekelas, padahal masalah utamanya bukan kemalasan, melainkan keletihan yang kronis.

Selain itu, keterbatasan waktu tatap muka juga menjadi persoalan serius. Ketika siswa lain belajar di kelas, siswa atlet bisa saja sedang berada di luar kota untuk mengikuti pertandingan. Ketidakhadiran yang berulang membuat mereka tertinggal materi pelajaran, sulit mengejar ketertinggalan, dan merasa terasing dalam proses belajar. Tidak sedikit dari mereka yang akhirnya menyerah dan hanya fokus pada olahraga, meninggalkan sisi akademik.

Masalah lain yang terlihat sepele namun berdampak signifikan adalah kurangnya kepedulian terhadap perlengkapan sekolah. Fokus mereka yang lebih besar pada perlengkapan olahraga menjadikan alat tulis dan buku pelajaran tidak lagi menjadi prioritas. Tidak jarang mereka datang ke kelas tanpa pena, tanpa buku catatan, bahkan tanpa membawa tas. Ini bukan karena mereka tidak mau belajar, melainkan karena manajemen waktu dan perhatian mereka lebih tercurah pada kegiatan olahraga yang menuntut kesiapan fisik dan mental.

Lantas, bagaimana mengatasi berbagai tantangan ini tanpa mengorbankan potensi akademik mereka? Jawabannya ada pada fleksibilitas dan kreativitas dalam metode pembelajaran. Guru perlu memahami karakter siswa atlet—bahwa mereka tidak bisa disamakan sepenuhnya dengan siswa reguler. Dibutuhkan pendekatan yang fleksibel namun tetap disiplin, yang memungkinkan mereka tetap belajar tanpa merasa terbebani.

Pendekatan STEM menjadi salah satu solusi yang sangat potensial. Dengan mengaitkan materi pelajaran dengan dunia nyata, terutama dunia olahraga, siswa atlet akan merasa lebih terhubung dengan apa yang mereka pelajari. Misalnya, dalam pelajaran fisika, guru bisa mengajak siswa menganalisis gerakan tubuh saat berlari atau melompat. Dalam matematika, mereka bisa belajar menghitung statistik pertandingan, rata-rata kecepatan lari, atau sudut lemparan bola yang ideal. Di pelajaran biologi, mereka bisa mempelajari anatomi otot atau metabolisme tubuh saat berolahraga. Dengan begitu, mereka tidak hanya memahami konsep ilmiah, tetapi juga melihat langsung penerapannya dalam kehidupan nyata mereka sebagai atlet.

Selain itu, pembelajaran berbasis proyek atau Project-Based Learning (PjBL) menjadi strategi yang tidak kalah menarik. Siswa tidak hanya pasif mendengarkan, tetapi diajak untuk aktif membuat proyek yang relevan dengan minat dan aktivitas mereka. Misalnya, mereka bisa membuat alat sederhana untuk mengukur kecepatan lari dengan memanfaatkan sensor dan teknologi sederhana. Atau membuat jurnal makanan harian yang menganalisis kebutuhan nutrisi atlet berdasarkan jenis latihan dan waktu istirahat. Proyek-proyek semacam ini bukan hanya melatih keterampilan berpikir kritis dan kreatif, tetapi juga membangun kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan dalam menunjang prestasi olahraga.

Manfaat pendekatan STEM dan PBL tidak berhenti pada peningkatan pemahaman akademik. Lebih dari itu, siswa menjadi lebih termotivasi karena melihat bahwa pelajaran di kelas tidaklah membosankan. Mereka merasa dihargai, karena guru mau menyesuaikan metode ajar dengan dunia mereka. Pembelajaran menjadi menyenangkan, interaktif, dan bermakna. Siswa tidak lagi hanya duduk pasif mendengarkan, melainkan terlibat aktif, berdiskusi, bereksperimen, bahkan mempresentasikan hasil proyek mereka.

Hasil yang diharapkan dari penerapan pendekatan ini sangatlah menjanjikan. Pertama, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar karena materi pelajaran terasa dekat dengan kehidupan mereka. Kedua, pembelajaran yang menyenangkan dan interaktif akan mengurangi rasa jenuh dan meningkatkan partisipasi siswa. Ketiga, pembelajaran yang bermakna akan membantu siswa memahami bahwa ilmu pengetahuan bukan sekadar hafalan, tetapi alat untuk memahami dan meningkatkan kualitas hidup, termasuk dalam dunia olahraga yang mereka tekuni.

Sudah saatnya guru dan sekolah memikirkan strategi yang lebih inovatif untuk membantu siswa atlet meraih prestasi ganda: akademik dan non-akademik. Kolaborasi antara guru dan pelatih olahraga juga menjadi kunci. Penyesuaian jadwal, komunikasi intensif, dan kesepahaman tentang prioritas bisa menjadi jembatan untuk mendukung keberhasilan siswa dalam dua dunia yang sama pentingnya ini.

Dengan strategi yang tepat, tidak ada yang mustahil. Siswa bisa tetap mengukir prestasi di lapangan, sekaligus mencatat nilai akademik yang membanggakan. Pendidikan seharusnya tidak menjadi beban bagi mereka yang berbakat di luar bidang akademik. Sebaliknya, pendidikan harus menjadi jembatan yang menghubungkan minat, bakat, dan masa depan cerah.

Sebagai tambahan, guru dan siswa bisa memanfaatkan alat bantu belajar digital seperti aplikasi kuis online (misalnya Quizizz) yang memungkinkan siswa belajar secara singkat di sela-sela latihan atau saat perjalanan menuju pertandingan. Ini bisa menjadi strategi belajar yang menyenangkan dan efektif. Proyek sederhana seperti menghitung kebutuhan kalori harian berdasarkan jenis latihan juga bisa dilakukan dengan integrasi biologi dan matematika, memberi pengalaman belajar yang kontekstual dan menyenangkan.

Akhir kata, mari kita buka jalan baru bagi siswa atlet. Jangan biarkan potensi mereka terhambat hanya karena metode pembelajaran yang tidak sesuai. Jadikan kelas sebagai arena kedua tempat mereka bisa menang—bukan dengan medali, tetapi dengan pemahaman dan semangat belajar. Karena pada akhirnya, prestasi akademik dan olahraga bisa seimbang dengan strategi yang tepat!

Penulis : Sarini Rahayu,S.Pd M.Pd, Guru SMA Tunas Patria Ungaran.