Minggu, 19-10-2025
  • Website Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan Sahabat
  • Website Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan Sahabat

Pentingnya Pengembangan Diri di Era Digital

Diterbitkan :

Di tengah derasnya arus perkembangan teknologi, guru tak lagi bisa berpangku tangan dan mengandalkan metode pengajaran yang usang. Dunia pendidikan telah memasuki era baru di mana kecakapan teknologi menjadi kunci utama keberhasilan dalam proses pembelajaran. Generasi peserta didik saat ini adalah generasi digital yang lahir dan tumbuh dalam lingkungan yang serba terkoneksi. Mereka terbiasa dengan kecepatan informasi, visualisasi menarik, serta perangkat digital yang mampu menjawab kebutuhan mereka secara instan. Dalam situasi ini, guru dituntut untuk ikut berubah. Tidak cukup hanya menguasai materi, tetapi juga harus mampu menyampaikan pembelajaran dengan cara yang relevan, kreatif, dan inovatif. Artikel ini mengupas langkah-langkah nyata yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan kompetensi teknologi demi menciptakan kegiatan belajar mengajar (KBM) yang menarik, efektif, dan bermakna.

Tantangan yang dihadapi guru di era digital tidaklah ringan. Transformasi digital telah mengubah pola belajar siswa secara drastis. Dulu siswa cenderung mengandalkan guru sebagai sumber utama informasi. Kini, mereka bisa mengakses ribuan materi hanya dengan sekali klik. Situasi ini membuat peran guru harus berubah dari sekadar pemberi informasi menjadi fasilitator yang mampu mengarahkan dan memandu proses belajar siswa. Namun, di sisi lain, tidak semua guru siap menghadapi perubahan ini. Banyak di antara mereka yang merasa kesulitan menyesuaikan diri, bahkan muncul rasa tidak percaya diri dalam menggunakan berbagai aplikasi digital. Kesenjangan antara kebutuhan teknologi dalam pembelajaran dan kesiapan guru menjadi tantangan tersendiri yang harus segera dijawab.

Menghadapi tantangan tersebut, langkah pertama yang bisa dilakukan guru adalah terus meng-update informasi dari berbagai media massa. Media digital seperti portal pendidikan, media sosial, dan kanal YouTube yang dikelola oleh praktisi pendidikan kini menjadi sumber inspirasi yang sangat kaya. Dari sana, guru bisa menangkap berbagai tren teknologi terbaru yang relevan untuk diterapkan dalam dunia pendidikan. Dengan memperluas wawasan, guru tidak hanya memahami arah perubahan zaman, tetapi juga bisa mengantisipasi kebutuhan peserta didik di masa depan.

Langkah selanjutnya adalah aktif mengikuti seminar, workshop, dan pelatihan secara online. Saat ini, banyak sekali peluang belajar yang tersedia secara gratis maupun berbayar, yang bisa diakses dengan mudah oleh siapa saja. Melalui pelatihan-pelatihan tersebut, guru tidak hanya mendapatkan teori, tetapi juga praktik langsung tentang penggunaan berbagai aplikasi digital. Hal ini membuat mereka lebih percaya diri dalam menerapkannya dalam proses pembelajaran. Selain itu, pelatihan online juga memungkinkan guru dari berbagai daerah untuk saling terhubung dan berbagi pengalaman.

Membentuk komunitas belajar juga menjadi strategi yang sangat efektif. Dalam komunitas, guru bisa saling berbagi pengetahuan, bertukar ide, serta memberikan dukungan moral dalam proses belajar teknologi. Suasana yang kolaboratif seperti ini akan memotivasi guru untuk terus mencoba dan memperbaiki diri tanpa merasa sendirian. Bahkan, komunitas belajar sering kali menjadi tempat lahirnya inovasi-inovasi kecil yang berdampak besar di ruang kelas.

Di samping itu, mengikuti diklat online resmi maupun nonresmi bisa menjadi pilihan tepat untuk meningkatkan sertifikasi dan kualifikasi secara digital. Program seperti SIMPKB, PembaTIK, dan platform-platform belajar daring lainnya kini hadir untuk membantu guru berkembang sesuai kebutuhan zaman. Salah satu program yang terbukti membantu pengembangan pembelajaran digital adalah DOLMEN. Program ini memberikan panduan yang sistematis dan praktis sehingga guru bisa langsung menerapkannya dalam KBM.

Tentu saja, semua pengetahuan dan keterampilan teknologi yang telah dipelajari akan menjadi sia-sia jika tidak segera dipraktikkan. Guru perlu membiasakan diri menggunakan aplikasi-aplikasi seperti Quizizz untuk evaluasi pembelajaran yang menyenangkan, Flip dan Gamma untuk membuat presentasi interaktif, Canva untuk desain media ajar yang menarik, CapCut dan Snapseed untuk editing video atau gambar, serta ChatGPT sebagai asisten dalam menyusun soal atau bahan ajar. Dengan terus mempraktikkan aplikasi-aplikasi ini, guru akan semakin mahir dan percaya diri hingga teknologi menjadi bagian dari rutinitas mengajar mereka.

Tak kalah penting adalah keaktifan guru dalam mengikuti kegiatan pembelajaran berbasis Zoom atau platform sejenis. Dalam kegiatan ini, guru dapat melatih keterampilan digital seperti mengatur breakout room, berbagi layar, mengelola diskusi daring, hingga membawakan presentasi secara profesional. Hal-hal ini sangat berguna, tidak hanya untuk pembelajaran jarak jauh, tetapi juga untuk menunjang pelaksanaan blended learning yang kini banyak diterapkan.

Hasilnya sangat terasa. Guru yang sebelumnya canggung kini menjadi lebih akrab dengan perangkat digital. Mereka menjadi lebih terbuka terhadap teknologi, tidak takut mencoba hal baru, dan bahkan menikmati proses belajar teknologi. Proses pembelajaran pun menjadi lebih interaktif, menarik, dan efisien. Guru tidak lagi merasa terbebani, justru lebih percaya diri karena mampu mengelola kelas dengan baik berkat dukungan teknologi. Bahkan, kreativitas guru dalam menggunakan aplikasi digital turut memperkaya pengalaman belajar siswa. Melalui Quizizz, misalnya, evaluasi tidak lagi terasa menegangkan, melainkan menjadi sebuah permainan yang menyenangkan. Canva membantu menciptakan media ajar yang estetis dan informatif. Flip dan Gamma menghadirkan presentasi yang tidak membosankan. Sementara CapCut, Snapseed, dan Photoshop mendukung penyajian konten visual yang menarik. ChatGPT pun menjadi sahabat baru guru dalam menyusun RPP, soal, atau materi ajar yang relevan.

Pada akhirnya, semua upaya ini bukan semata-mata untuk mengejar tren, melainkan untuk memenuhi tanggung jawab sebagai pendidik. Guru tidak boleh ketinggalan zaman. Justru di tengah derasnya arus perubahan, guru harus menjadi contoh nyata sebagai pembelajar sepanjang hayat (lifelong learner). Dengan meningkatkan kompetensi teknologi, guru tidak hanya bertahan di era digital, tapi juga memberikan pengalaman belajar terbaik bagi siswanya. Kini saatnya kita terus belajar, terus berkarya, dan terus tumbuh bersama. Karena guru hebat bukan hanya mereka yang pintar mengajar, tapi juga yang terus belajar dan beradaptasi.

Penulis : Awal Nurro’ining, Guru SMK Negeri 3 Jepara