Pendidikan dalam perspektif Islam merupakan fondasi utama bagi pembentukan pribadi manusia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia. Al-Qur’an dan hadits telah menegaskan betapa pentingnya peran orang tua dalam mendidik anak-anaknya, sebab orang tua adalah pendidik pertama dan utama sebelum anak mengenal dunia luar. Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, dan kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Hadits ini menunjukkan betapa besar tanggung jawab orang tua dalam mengarahkan perkembangan anak, baik dari sisi akidah, ibadah, maupun akhlaknya. Oleh karena itu, pendidikan dalam keluarga, terutama pendidikan agama Islam, menjadi pilar pertama yang menentukan arah masa depan seorang anak.
Dalam konteks pendidikan anak, peranan orang tua bukan hanya sebatas memberikan nafkah atau memenuhi kebutuhan lahiriah, melainkan juga sebagai pembimbing ruhani, teladan dalam perilaku, pencipta lingkungan kondusif, serta pendamping aktif dalam setiap proses tumbuh kembang anak. Orang tua wajib menanamkan nilai keimanan, mengajarkan ibadah, membimbing akhlak mulia, serta memberi arahan agar anak memahami ajaran Islam secara mendalam. Dengan pendidikan yang benar, anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang sholeh atau sholeha, yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara spiritual dan moral.
Peran orang tua sebagai pendidik dan teladan merupakan hal yang tidak dapat digantikan oleh siapa pun. Sejak dini, anak belajar dari apa yang ia lihat dan dengar di rumah. Orang tua menjadi guru pertama yang mengajarkan doa-doa sederhana, membiasakan shalat, mengenalkan bacaan Al-Qur’an, serta menanamkan akhlak seperti berkata jujur, menghormati orang lain, dan menjaga kebersihan. Lebih dari sekadar pengajaran, orang tua juga menjadi teladan yang nyata. Anak cenderung meniru perilaku orang tuanya, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Jika orang tua bersikap disiplin, bertanggung jawab, dan rajin beribadah, maka anak pun akan terdorong untuk meneladaninya. Dengan demikian, pendidikan tidak cukup hanya berupa instruksi, tetapi harus dibarengi keteladanan yang nyata.
Selain sebagai pendidik, orang tua juga memiliki peran besar dalam memberikan dukungan emosional. Anak-anak membutuhkan rasa aman, perhatian, dan kasih sayang untuk tumbuh dengan sehat. Lingkungan keluarga yang penuh cinta kasih akan membuat anak merasa dihargai, sehingga lebih bersemangat dalam belajar. Dukungan emosional dari orang tua juga meningkatkan rasa percaya diri anak. Mereka tidak takut gagal karena tahu ada orang tua yang selalu mendukung dan membimbing. Motivasi yang tulus dari orang tua dapat menjadi energi besar bagi anak untuk menghadapi tantangan belajar, baik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Di samping itu, orang tua berfungsi sebagai pembimbing sekaligus motivator. Anak-anak perlu diarahkan agar mampu belajar mandiri, mengatur waktu, dan bertanggung jawab terhadap kewajibannya. Orang tua dapat membimbing mereka untuk menyelesaikan tugas sekolah, mencari informasi sendiri, serta melatih kemandirian sejak dini. Pada saat yang sama, orang tua juga perlu terus memberikan motivasi agar anak berani mencoba hal baru, mengembangkan potensi, dan tidak mudah menyerah. Kata-kata penyemangat, penghargaan terhadap usaha, serta doa dari orang tua memiliki pengaruh besar terhadap semangat belajar anak.
Lingkungan belajar yang positif juga merupakan bagian dari peran orang tua dalam pendidikan. Rumah yang kondusif, rapi, dan mendukung kegiatan belajar akan membantu anak lebih fokus. Orang tua bisa menyediakan ruang belajar yang nyaman, buku bacaan yang bermanfaat, serta mengatur jadwal belajar bersama. Selain itu, komunikasi terbuka antara orang tua dan anak sangat penting. Dengan berdiskusi, orang tua dapat mengetahui kesulitan anak, memberikan solusi, sekaligus menanamkan nilai tanggung jawab. Melalui komunikasi ini, anak merasa didengar dan dihargai, sehingga terjalin hubungan yang harmonis.
Pendidikan dalam Islam juga sangat menekankan pada penanaman nilai dan etika. Orang tua adalah pihak utama yang membentuk karakter anak. Nilai kejujuran, tanggung jawab, empati, disiplin, serta rasa syukur harus ditanamkan sejak dini. Hal ini bisa dilakukan melalui pembiasaan sederhana, seperti membiasakan anak berterima kasih, meminta maaf, atau menolong sesama. Orang tua juga berperan dalam membimbing anak untuk berbakti kepada orang tua, menghormati orang lain, serta bersikap sopan santun. Semua ini tidak cukup diajarkan melalui kata-kata, tetapi harus diwujudkan dalam perilaku sehari-hari yang dapat ditiru anak.
Selain di rumah, orang tua juga perlu mendukung keterlibatan anak dalam kegiatan sekolah. Kehadiran orang tua dalam pertemuan dengan guru, acara sekolah, atau kegiatan ekstrakurikuler menunjukkan bahwa mereka peduli terhadap pendidikan anak. Dukungan ini memberikan rasa bangga sekaligus tanggung jawab bagi anak untuk belajar lebih baik. Orang tua juga bisa mendaftarkan anak ke kegiatan non-akademis seperti olahraga, seni, atau kursus keterampilan. Kegiatan tersebut tidak hanya menambah wawasan, tetapi juga menyeimbangkan perkembangan fisik, emosional, dan sosial anak.
Fungsi orang tua dalam pendidikan anak mencakup pembentukan karakter dan nilai moral, penciptaan lingkungan belajar yang kondusif, pemberian dukungan emosional, serta keterlibatan aktif dalam proses pendidikan formal maupun non-formal. Pendidikan formal di sekolah memang memiliki peran penting dalam memberikan ilmu pengetahuan, tetapi tanpa dukungan pendidikan non-formal dan informal di rumah, hasilnya tidak akan maksimal. Pendidikan non-formal, seperti yang dilakukan di masjid, pondok pesantren, atau lembaga kursus, juga membantu memperkuat pemahaman agama dan keterampilan anak. Sedangkan pendidikan informal, yang berlangsung secara alami di keluarga, justru menjadi pondasi terkuat karena berlangsung setiap hari tanpa batas ruang dan waktu.
Dalam perspektif Islam, pendidikan anak adalah tanggung jawab yang mencakup semua dimensi kehidupannya. Orang tua tidak hanya bertanggung jawab membentuk anak yang cerdas secara akademik, tetapi juga berakhlak mulia dan bertakwa kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan tujuan utama pendidikan Islam, yaitu membentuk manusia seutuhnya: manusia yang memiliki keseimbangan antara akal, hati, dan jasmani. Keberhasilan orang tua dalam mendidik anak akan menjadi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir, sebagaimana sabda Rasulullah SAW bahwa amal seseorang terputus setelah meninggal dunia, kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang sholeh.
Oleh karena itu, setiap orang tua perlu menyadari bahwa mendidik anak bukan sekadar kewajiban sosial, tetapi juga ibadah yang bernilai di sisi Allah SWT. Melalui pendidikan agama, dukungan emosional, bimbingan, motivasi, serta teladan yang baik, orang tua dapat membentuk generasi yang kuat, cerdas, dan berakhlak mulia. Dengan demikian, anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang mampu menghadapi tantangan zaman, sekaligus menjaga nilai-nilai Islam dalam kehidupannya.
Pada akhirnya, peran orang tua dalam pendidikan anak menurut Islam adalah amanah besar yang harus dijaga dengan penuh kesungguhan. Keluarga yang berhasil menanamkan nilai agama, menciptakan suasana harmonis, mendukung perkembangan akademik, serta memberikan teladan yang baik, akan melahirkan generasi yang berkarakter, berilmu, dan bertakwa. Inilah bekal utama untuk membangun masa depan yang lebih baik, baik bagi diri anak, keluarga, masyarakat, maupun bangsa.
Penulis : Fitri Ichda Laela,A.Md, Tenaga Kependidikan SMP Negeri 3 Pekuncen.