Sabtu, 18-10-2025
  • Website Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan Sahabat
  • Website Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan Sahabat

Siap Jadi Teknisi Akuntansi Andal di Era Digital?

Diterbitkan :

Perkembangan teknologi dalam dunia kerja terus bergerak cepat dan membawa perubahan signifikan di hampir seluruh bidang profesi, tak terkecuali di dunia akuntansi. Munculnya kecerdasan buatan (AI), software akuntansi berbasis cloud, hingga sistem perpajakan digital seperti e-faktur, telah mengubah wajah pekerjaan teknisi akuntansi secara drastis. Proses-proses manual yang dulu membutuhkan banyak waktu dan tenaga kini dapat dilakukan hanya dengan beberapa klik. Namun, di balik kemudahan itu, tantangan baru pun muncul. Kompetensi akuntansi yang bersifat tradisional kini tak lagi cukup untuk menjawab tuntutan zaman. Dunia kerja kini membutuhkan tenaga teknisi akuntansi yang tidak hanya paham debit dan kredit, tetapi juga cakap dalam teknologi digital.

Inilah tantangan sekaligus peluang besar bagi lulusan SMK, khususnya dari jurusan akuntansi. Para siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai teori dan praktik akuntansi dasar, tetapi juga harus melek teknologi agar siap terjun ke industri yang kian kompetitif. SMK sebagai lembaga pendidikan vokasi memiliki peran strategis dalam menyiapkan lulusan yang mampu bersaing di era digital. Penyesuaian kurikulum menjadi hal yang tidak bisa ditawar, begitu pula dengan kolaborasi antarmapel dan keterlibatan langsung dari pelaku industri. Hanya dengan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif, lulusan SMK dapat menjelma menjadi tenaga kerja yang adaptif, kreatif, dan berdaya saing tinggi.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi teknisi akuntansi saat ini adalah disrupsi teknologi. Otomasi dalam pencatatan keuangan menyebabkan banyak tugas manual yang dahulu dilakukan oleh teknisi akuntansi kini diambil alih oleh sistem. Software seperti Accurate, Zahir, dan Oracle tidak hanya mencatat transaksi, tetapi juga menyediakan laporan keuangan secara otomatis, lengkap dengan analisis yang relevan. Di satu sisi, hal ini memang mengurangi pekerjaan administratif, tetapi di sisi lain, membuka peluang baru dalam penguasaan dan analisis data keuangan secara lebih mendalam.

Sayangnya, tidak semua institusi pendidikan mampu mengejar perkembangan ini. Banyak materi di SMK yang masih berkutat pada pencatatan manual, jurnal, dan buku besar, tanpa sentuhan perangkat lunak mutakhir yang justru digunakan luas di industri. Inilah yang disebut sebagai kesenjangan kurikulum—ketidaksesuaian antara apa yang diajarkan di sekolah dengan apa yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Jika tidak segera diatasi, maka lulusan SMK akan tertinggal dan sulit bersaing.

Era ini juga menuntut adanya kompetensi hybrid, yakni penguasaan ganda antara akuntansi dan teknologi informasi. Siswa jurusan akuntansi tidak bisa lagi hanya memahami dasar-dasar keuangan. Mereka juga harus menguasai Microsoft Excel tingkat lanjut, memahami logika pemrograman sederhana, serta familiar dengan berbagai aplikasi akuntansi yang umum digunakan di perusahaan. Tanpa kombinasi keahlian ini, lulusan akan kehilangan daya saing di pasar tenaga kerja.

Menghadapi tantangan tersebut, SMK perlu mengambil langkah strategis yang sistematis dan berkelanjutan. Salah satu pendekatan yang sangat penting adalah sinkronisasi kurikulum dengan industri. Sekolah tidak bisa berjalan sendiri dalam menentukan isi materi ajar. Perlu ada kemitraan resmi dalam bentuk MoU dengan perusahaan-perusahaan di bidang akuntansi dan perpajakan agar materi yang diajarkan selalu relevan dan terkini. Mengundang praktisi industri sebagai pengajar tamu juga menjadi cara efektif untuk memberikan wawasan langsung kepada siswa, serta mengenalkan mereka pada dunia kerja nyata sejak dini. Misalnya, dengan memperkenalkan modul-modul baru seperti penggunaan e-faktur, sistem pelaporan keuangan berbasis cloud, hingga simulasi audit sederhana menggunakan software akuntansi.

Langkah berikutnya adalah kolaborasi dengan mata pelajaran TIK. Dalam konteks ini, TIK sebaiknya tidak hanya menjadi pelengkap, tetapi masuk sebagai mapel wajib atau pilihan utama di jurusan akuntansi. Fokus pembelajaran TIK pun perlu diarahkan pada aspek-aspek yang relevan, seperti penggunaan Excel lanjutan (pivot table, macro), dasar-dasar programming sederhana dengan Python untuk kebutuhan analisis data, serta pengenalan dan praktik langsung dengan aplikasi akuntansi populer seperti MYOB dan SAP. Dengan cara ini, siswa tidak hanya paham konsep, tetapi juga memiliki keterampilan teknis yang siap digunakan.

Selain itu, penguatan materi perpajakan juga harus dilakukan secara holistik. Pajak bukan lagi topik yang hanya dibahas di buku teks, melainkan harus menjadi praktik nyata dalam kegiatan belajar. Siswa perlu diajak untuk mensimulasikan pengisian SPT secara online, melakukan kunjungan edukatif ke kantor pajak (KPP), dan bahkan mengikuti pelatihan bersama konsultan pajak profesional. Studi kasus pun bisa diambil dari transaksi digital yang tengah marak, seperti jual-beli melalui e-commerce, untuk memberikan konteks nyata dan kekinian dalam memahami kewajiban perpajakan.

Jika langkah-langkah strategis ini dijalankan secara konsisten, maka hasil yang diharapkan akan segera terlihat. Siswa akan menjadi lebih kompetitif karena mereka menguasai tools digital yang benar-benar dibutuhkan oleh industri. Mereka tidak lagi canggung menggunakan software akuntansi atau bingung saat diminta mengisi e-faktur. Pengalaman praktik yang mereka miliki akan menjadi modal penting ketika melamar kerja atau bahkan saat memutuskan untuk menjadi wirausaha di bidang keuangan. Peluang kerja pun semakin terbuka, baik sebagai teknisi akuntansi, admin pajak, maupun staf entry data keuangan di perusahaan skala kecil hingga besar. Banyak kantor konsultan pajak dan perusahaan yang kini lebih memilih lulusan SMK karena dianggap lebih siap pakai dan tidak perlu pelatihan panjang.

Dalam jangka panjang, SMK pun akan menjelma menjadi pusat keterampilan (center of excellence) di bidang akuntansi dan perpajakan. Sekolah bukan hanya tempat belajar, tetapi juga mitra strategis bagi industri untuk penyediaan tenaga kerja siap pakai. Ini adalah pergeseran paradigma yang patut didorong, karena akan mengangkat citra SMK dan membuktikan bahwa pendidikan vokasi benar-benar mampu menjawab tantangan zaman.

Sebagai penutup, perubahan teknologi adalah sesuatu yang tak bisa dihindari. Namun, perubahan ini bukan untuk ditakuti, melainkan untuk dimanfaatkan. Adaptasi kurikulum, kolaborasi lintas disiplin, dan keterlibatan aktif dari dunia industri adalah kunci agar SMK tetap relevan dan mampu mencetak lulusan unggul. Untuk siswa, penting untuk terus mengasah diri melalui pelatihan dan sertifikasi, seperti Brevet Pajak atau kursus online Excel dan software akuntansi. Kemandirian belajar akan menjadi pembeda utama di tengah persaingan yang semakin ketat. Sementara bagi sekolah, evaluasi kurikulum secara berkala menjadi kebutuhan mendesak. Membangun teaching factory—ruang praktik yang menyerupai dunia kerja nyata—bisa menjadi langkah nyata untuk menjembatani dunia pendidikan dan industri. Dengan strategi yang tepat, SMK bukan hanya bisa bertahan di era digital, tetapi juga menjadi pilar penting dalam pembangunan ekonomi bangsa.

Penulis : Setiyamada Rukmawati, Guru Akuntansi SMK Negeri 3 Jepara