Jumat, 17-10-2025
  • Website Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan Sahabat
  • Website Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan Sahabat

Peran Pola Pikir Bertumbuh Dalam Kreatifitas

Diterbitkan : Rabu, 2 Juli 2025

Kreativitas kini menjadi mata uang penting dalam kehidupan abad ke-21. Di tengah kompleksitas dunia yang bergerak cepat, tak menentu, dan penuh tantangan baru, kreativitas bukan lagi sekadar keistimewaan segelintir orang, tetapi kebutuhan dasar bagi semua individu. Dalam dunia pendidikan, kreativitas bukan hanya tentang seni atau kemampuan menggambar. Ia adalah kemampuan berpikir secara orisinal, memecahkan masalah dengan cara yang belum pernah dicoba, serta menciptakan makna baru dari pengetahuan yang telah dimiliki. Sayangnya, banyak peserta didik di ruang-ruang kelas hari ini merasa tidak cukup kreatif. Mereka mengira kreativitas adalah bakat langka yang hanya dimiliki oleh “anak seni” atau “orang jenius.” Akibatnya, banyak dari mereka berhenti mencoba sejak awal, terjebak dalam keyakinan bahwa mereka tidak berbakat dan tidak akan pernah mampu.

Di sinilah pola pikir bertumbuh, atau growth mindset, memainkan peran krusial. Pola pikir bertumbuh adalah keyakinan bahwa kemampuan, termasuk kreativitas, bukan sesuatu yang tetap dan bawaan, melainkan bisa dikembangkan melalui proses, latihan, dan ketekunan. Keyakinan ini bertolak belakang dengan pola pikir tetap (fixed mindset), yang menganggap bahwa kecerdasan dan bakat adalah sifat yang tidak bisa diubah. Ketika peserta didik memiliki pola pikir bertumbuh, mereka percaya bahwa ide-ide cemerlang bisa muncul dari upaya kecil yang dilakukan terus-menerus, bahwa kesalahan adalah bagian penting dari proses penciptaan, dan bahwa setiap kegagalan membawa benih untuk solusi baru. Pola pikir seperti inilah yang membuka jalan bagi potensi kreatif untuk tumbuh dan berkembang, tak hanya di ruang kelas, tetapi juga dalam kehidupan.

Dalam pendekatan pembelajaran mendalam, kreativitas tidak berdiri sendiri. Ia adalah satu dari tiga komponen utama yang saling terhubung: penguasaan (mastery), identitas (identity), dan kreativitas (creativity). Penguasaan berkaitan dengan kemampuan peserta didik untuk memahami dan menguasai pengetahuan serta keterampilan dalam suatu bidang. Tanpa penguasaan, kreativitas akan dangkal dan mudah hilang arah. Identitas membentuk kesadaran diri siswa sebagai pembelajar aktif, yang memiliki tujuan, nilai, dan makna dalam proses belajar. Sementara itu, kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru atau menyusun kembali pengetahuan yang ada menjadi bentuk yang lebih relevan, unik, atau berdampak. Ketiga komponen ini saling menguatkan, dan pola pikir bertumbuh hadir sebagai energi yang menggerakkan semuanya.

Dengan pola pikir bertumbuh, peserta didik tidak hanya belajar untuk memahami materi, tetapi juga merasa berdaya untuk menciptakan sesuatu dari pengetahuan itu. Mereka tidak takut mencoba pendekatan baru, bereksperimen dengan ide-ide yang belum matang, dan belajar dari proses penciptaan itu sendiri. Kreativitas dalam konteks ini tidak selalu menghasilkan karya besar. Terkadang, ia hadir dalam bentuk pertanyaan yang kritis, sudut pandang yang berbeda, atau cara unik dalam menyampaikan gagasan. Pembelajaran menjadi ruang eksplorasi, bukan sekadar pengulangan. Dan yang lebih penting, peserta didik tidak merasa terjebak dalam benar-salah, tetapi bebas berpikir, berproses, dan bertumbuh.

Untuk menumbuhkan kreativitas, pendekatan siklus I-K-I—Iterasi, Kreativitas, Inovasi—bisa menjadi panduan yang bermakna. Siklus ini menekankan pentingnya mengulang proses sebagai cara untuk memperbaiki, berpikir berbeda untuk melahirkan ide baru, dan menciptakan solusi yang lebih baik daripada sebelumnya. Iterasi adalah kunci awal: siswa perlu merasa aman untuk mencoba, gagal, lalu mencoba lagi. Tanpa pola pikir bertumbuh, kegagalan menjadi akhir yang memalukan. Namun dengan keyakinan bahwa setiap upaya membawa kemajuan, peserta didik berani kembali bangkit. Kreativitas muncul ketika mereka mengolah hasil iterasi tadi menjadi bentuk-bentuk yang lebih segar dan tak terduga. Dan inovasi lahir saat ide-ide tersebut diuji dan terbukti mampu menyelesaikan masalah atau menambah nilai.

Pola pikir bertumbuh juga membantu peserta didik berpindah dari satu zona kehidupan ke zona lainnya dalam proses belajar dan berkarya. Ada empat zona utama yang menggambarkan dinamika psikologis dalam perjalanan kreatif: zona nyaman, zona takut, zona belajar, dan zona bertumbuh. Zona nyaman adalah tempat di mana peserta didik merasa aman, namun sering kali stagnan. Di sini, mereka mengerjakan apa yang biasa dikerjakan, tanpa risiko dan tanpa tantangan. Ketika dihadapkan pada sesuatu yang baru, mereka sering masuk ke zona takut—takut gagal, takut dihakimi, takut tidak mampu. Tanpa dukungan yang tepat, mereka bisa berhenti di sini. Namun, dengan pola pikir bertumbuh, siswa belajar memasuki zona belajar, di mana mereka mulai mencoba hal baru, menerima masukan, dan melatih kemampuan. Akhirnya, mereka mencapai zona bertumbuh, tempat di mana potensi mereka berkembang maksimal, kreativitas mengalir bebas, dan semangat belajar menyala kuat. Perjalanan ini tidak selalu lurus. Sering kali, seseorang berpindah-pindah zona. Namun, pola pikir bertumbuh adalah kompas yang memandu agar tidak menyerah di tengah jalan.

Dalam praktik pembelajaran, guru dan pendidik dapat menggunakan teknik berpikir kreatif yang sistematis, seperti metode CREATE—Combine, Reverse, Eliminate, Alternative, Twist, Elaborate. Teknik ini memberi kerangka berpikir untuk mengeksplorasi ide dari berbagai sudut pandang. Misalnya, dalam tugas menulis cerita pendek, siswa bisa diminta untuk mengombinasikan dua cerita yang berbeda (Combine), membalik alur atau peran tokoh (Reverse), menghilangkan elemen klise (Eliminate), menciptakan alternatif akhir cerita (Alternative), memberi sentuhan kejutan (Twist), atau mengembangkan detail cerita lebih dalam (Elaborate). Dengan pendekatan ini, kreativitas tidak lagi menjadi sesuatu yang abstrak atau mistis, tetapi keterampilan yang bisa dilatih dan dikembangkan secara bertahap.

Contoh penerapan CREATE bisa dilihat dalam proyek kelas yang mengajak siswa merancang produk ramah lingkungan. Dalam proyek ini, siswa didorong untuk mengombinasikan bahan-bahan daur ulang (Combine), membalik fungsi barang bekas menjadi barang baru (Reverse), mengurangi komponen yang tidak perlu (Eliminate), mencari alternatif dari plastik (Alternative), memberi sentuhan desain menarik (Twist), dan mengembangkan prototipe dengan fungsi tambahan (Elaborate). Proyek seperti ini tidak hanya menstimulasi kreativitas, tetapi juga membangun rasa percaya diri, kolaborasi, dan tanggung jawab sosial. Dengan pola pikir bertumbuh sebagai landasan, peserta didik merasa bahwa setiap ide layak dicoba, setiap kesalahan layak dipelajari, dan setiap proses layak dihargai.

Yang terpenting, kita perlu menyadari bahwa kreativitas bukanlah bakat bawaan yang hanya dimiliki oleh segelintir orang. Kreativitas adalah kemampuan universal yang bisa dilatih, dipupuk, dan diperkuat. Ia tumbuh subur dalam ekosistem yang memberi ruang aman untuk eksplorasi, keberanian untuk gagal, dan kesempatan untuk bangkit. Di sinilah peran pola pikir bertumbuh menjadi tak tergantikan. Tanpa keyakinan bahwa “saya bisa belajar menjadi kreatif,” maka semua teknik dan metode akan berakhir sia-sia.

Pendidikan abad ke-21 membutuhkan lebih dari sekadar penguasaan materi pelajaran. Ia membutuhkan individu-individu yang mampu menciptakan solusi baru, membayangkan masa depan yang berbeda, dan membangun dunia yang lebih baik. Untuk itu, kita perlu membangun budaya sekolah yang inovatif—budaya yang menghargai proses, merayakan kegagalan produktif, dan menanamkan pola pikir bertumbuh dalam setiap interaksi belajar. Guru tidak lagi sekadar menyampaikan jawaban, tetapi menciptakan pertanyaan. Mereka bukan hanya pemberi tugas, tetapi pencipta ruang aman untuk mencoba, bertanya, dan berimajinasi.

Maka inilah panggilan bagi para pendidik: jadilah pemantik kreativitas, bukan penjaga kebenaran tunggal. Jadilah pelatih mental yang membimbing peserta didik untuk melihat potensi di balik kegagalan, keberanian di balik keraguan, dan pertumbuhan di balik setiap tantangan. Dengan pola pikir bertumbuh sebagai fondasi, setiap ruang kelas bisa menjadi laboratorium ide, tempat di mana imajinasi berkelana dan pembelajaran menjadi petualangan yang penuh makna.

39 Komentar

Elmina
Jumat, 4 Jul 2025

Pola pikir bertumbuh (growth mindset) memainkan peran penting dalam kreativitas. Berikut beberapa cara pola pikir bertumbuh dapat meningkatkan kreativitas:

1. *Menerima Risiko*: Pola pikir bertumbuh memungkinkan seseorang untuk menerima risiko dan mencoba hal-hal baru, yang merupakan kunci untuk kreativitas.

2. *Belajar dari Kegagalan*: Dengan melihat kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar, pola pikir bertumbuh membantu meningkatkan kreativitas dengan memungkinkan seseorang untuk bereksperimen dan mencoba pendekatan baru.

3. *Mengembangkan Ide*: Pola pikir bertumbuh memungkinkan seseorang untuk mengembangkan ide-ide baru dan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.

4. *Meningkatkan Fleksibilitas*: Pola pikir bertumbuh membantu meningkatkan fleksibilitas dalam berpikir dan memungkinkan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan situasi baru.

5. *Mendorong Eksplorasi*: Pola pikir bertumbuh mendorong seseorang untuk terus mencari pengetahuan dan pengalaman baru, yang dapat meningkatkan kreativitas.

6. *Meningkatkan Motivasi*: Pola pikir bertumbuh dapat meningkatkan motivasi untuk menciptakan sesuatu yang baru dan inovatif.

Dengan menerapkan pola pikir bertumbuh, seseorang dapat meningkatkan kemampuan kreatif dan mencapai hasil yang lebih inovatif dan efektif.

Balas
Elmina
Jumat, 4 Jul 2025

Pola pikir bertumbuh (growth mindset) memainkan peran penting dalam kreativitas. Berikut beberapa cara pola pikir bertumbuh dapat meningkatkan kreativitas:

1. *Menerima Risiko*: Pola pikir bertumbuh memungkinkan seseorang untuk menerima risiko dan mencoba hal-hal baru, yang merupakan kunci untuk kreativitas.

2. *Belajar dari Kegagalan*: Dengan melihat kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar, pola pikir bertumbuh membantu meningkatkan kreativitas dengan memungkinkan seseorang untuk bereksperimen dan mencoba pendekatan baru.

3. *Mengembangkan Ide*: Pola pikir bertumbuh memungkinkan seseorang untuk mengembangkan ide-ide baru dan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.

4. *Meningkatkan Fleksibilitas*: Pola pikir bertumbuh membantu meningkatkan fleksibilitas dalam berpikir dan memungkinkan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan situasi baru.

5. *Mendorong Eksplorasi*: Pola pikir bertumbuh mendorong seseorang untuk terus mencari pengetahuan dan pengalaman baru, yang dapat meningkatkan kreativitas.

Dengan menerapkan pola pikir bertumbuh, seseorang dapat meningkatkan kemampuan kreatif dan mencapai hasil yang lebih inovatif dan efektif.

Balas
Nyaminah, S. Pd
Jumat, 4 Jul 2025

Semua memang melakukan sesuatu harus dengan keyakinan dan semangat berhasil

Balas
Selamet Pujianto
Jumat, 4 Jul 2025

Pola pikir bertumbuh adalah keyakinan bahwa kemampuan, termasuk kreativitas, bukan sesuatu yang tetap dan bawaan, melainkan bisa dikembangkan melalui proses, latihan, dan ketekunan. Keyakinan ini bertolak belakang dengan pola pikir tetap (fixed mindset), yang menganggap bahwa kecerdasan dan bakat adalah sifat yang tidak bisa diubah. Ketika peserta didik memiliki pola pikir bertumbuh, mereka percaya bahwa ide-ide cemerlang bisa muncul dari upaya kecil yang dilakukan terus-menerus, bahwa kesalahan adalah bagian penting dari proses penciptaan, dan bahwa setiap kegagalan membawa benih untuk solusi baru. Pola pikir seperti inilah yang membuka jalan bagi potensi kreatif untuk tumbuh dan berkembang, tak hanya di ruang kelas, tetapi juga dalam kehidupan.

Balas
Arimurti Asmoro
Jumat, 4 Jul 2025

Growth mindset merupakan pola pikir yang bertumbuh dan berkembang dengan dinamis seiring perkembangan dan tuntutan zaman dan teknologi.
Dibutuhkan kesadaran dan kemauan untuk mengimplementasikan growth mindset tersebut sehingga secara otomatis membuka dirinya untuk belajar dari berbagai pengetahuan dan keterampilan yang mendukung potensi dirinya.
Growth mindset akan membawa seseorang untuk selalu siap dengan segala perubahan yang terjadi di sekitarnya dan di zamannya.
Terima kasih Pak Ardan, atas sharing ilmu dan pengalamannya.
Tuhan memberkati kita semua.
Aamiin.

Balas
Helmi Yuhdana H., S.Pd., M.M.
Jumat, 4 Jul 2025

Pola pikir bertumbuh, peserta didik tidak hanya belajar untuk memahami materi, tetapi juga merasa berdaya untuk menciptakan sesuatu dari pengetahuan itu. Mereka tidak takut mencoba pendekatan baru, bereksperimen dengan ide-ide yang belum matang, dan belajar dari proses penciptaan itu sendiri.

Balas
SRI WINARTI.S.Pd
Jumat, 4 Jul 2025

Pola fikir dan kreatifitas ini akan selalu muncul ide2 baru dalam menghadapi berbagai masalah yg selalu menemukan suatu hal yg baru amin

Balas
RIZKY TEGUH PRASTYA
Jumat, 4 Jul 2025

Pola pikir bertumbuh juga membantu peserta didik berpindah dari satu zona kehidupan ke zona lainnya dalam proses belajar dan berkarya. Ada empat zona utama yang menggambarkan dinamika psikologis dalam perjalanan kreatif: zona nyaman, zona takut, zona belajar, dan zona bertumbuh. Zona nyaman adalah tempat di mana peserta didik merasa aman, namun sering kali stagnan. Di sini, mereka mengerjakan apa yang biasa dikerjakan, tanpa risiko dan tanpa tantangan. Ketika dihadapkan pada sesuatu yang baru, mereka sering masuk ke zona takut—takut gagal, takut dihakimi, takut tidak mampu. Tanpa dukungan yang tepat, mereka bisa berhenti di sini. Namun, dengan pola pikir bertumbuh, siswa belajar memasuki zona belajar, di mana mereka mulai mencoba hal baru, menerima masukan, dan melatih kemampuan.

Balas
Dwi palupi
Jumat, 4 Jul 2025

Dalam pendekatan pembelajaran mendalam, kreativitas tidak berdiri sendiri. satu dari tiga komponen utama yang saling terhubung: penguasaan (mastery), identitas (identity), dan kreativitas (creativity). Penguasaan berkaitan dengan kemampuan peserta didik untuk memahami dan menguasai pengetahuan serta keterampilan dalam suatu bidang. Tanpa penguasaan, kreativitas akan dangkal dan mudah hilang arah. Identitas membentuk kesadaran diri siswa sebagai pembelajar aktif, yang memiliki tujuan, nilai, dan makna dalam proses belajar. Sedangkan kreativitas itu sendiri adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru atau menyusun kembali pengetahuan yang ada menjadi bentuk yang lebih relevan, unik, atau berdampak. Ketiga komponen ini saling menguatkan, dan pola pikir bertumbuh hadir sebagai energi yang menggerakkan semuanya.

Balas
Yusuf Trisnawan
Jumat, 4 Jul 2025

Dengan pola pikir bertumbuh, peserta didik tidak hanya belajar untuk memahami materi, tetapi juga merasa berdaya untuk menciptakan sesuatu dari pengetahuan itu. Mereka tidak takut mencoba pendekatan baru, bereksperimen dengan ide-ide yang belum matang, dan belajar dari proses penciptaan itu sendiri. Kreativitas dalam konteks ini tidak selalu menghasilkan karya besar. Terkadang, ia hadir dalam bentuk pertanyaan yang kritis, sudut pandang yang berbeda, atau cara unik dalam menyampaikan gagasan

Balas
noor achmat
Jumat, 4 Jul 2025

budaya sekolah yang inovatif—budaya yang menghargai proses, merayakan kegagalan produktif, dan menanamkan pola pikir bertumbuh dalam setiap interaksi belajar. Guru tidak lagi sekadar menyampaikan jawaban, tetapi menciptakan pertanyaan. Mereka bukan hanya pemberi tugas, tetapi pencipta ruang aman untuk mencoba, bertanya, dan berimajinasi.

Balas
Mita Pramesti
Jumat, 4 Jul 2025

Pola pikir bertumbuh adalah keyakinan bahwa kemampuan, termasuk kreativitas, bukan sesuatu yang tetap dan bawaan, melainkan bisa dikembangkan melalui proses, latihan, dan ketekunan. Keyakinan ini bertolak belakang dengan pola pikir tetap (fixed mindset), yang menganggap bahwa kecerdasan dan bakat adalah sifat yang tidak bisa diubah. Ketika peserta didik memiliki pola pikir bertumbuh, mereka percaya bahwa ide-ide cemerlang bisa muncul dari upaya kecil yang dilakukan terus-menerus, bahwa kesalahan adalah bagian penting dari proses penciptaan, dan bahwa setiap kegagalan membawa benih untuk solusi baru.

Dalam pendekatan pembelajaran mendalam, kreativitas tidak berdiri sendiri. Ia adalah satu dari tiga komponen utama yang saling terhubung: penguasaan (mastery), identitas (identity), dan kreativitas (creativity). Penguasaan berkaitan dengan kemampuan peserta didik untuk memahami dan menguasai pengetahuan serta keterampilan dalam suatu bidang. Tanpa penguasaan, kreativitas akan dangkal dan mudah hilang arah. Identitas membentuk kesadaran diri siswa sebagai pembelajar aktif, yang memiliki tujuan, nilai, dan makna dalam proses belajar.

Iterasi adalah kunci awal: siswa perlu merasa aman untuk mencoba, gagal, lalu mencoba lagi. Tanpa pola pikir bertumbuh, kegagalan menjadi akhir yang memalukan. Namun dengan keyakinan bahwa setiap upaya membawa kemajuan, peserta didik berani kembali bangkit. Kreativitas muncul ketika mereka mengolah hasil iterasi tadi menjadi bentuk-bentuk yang lebih segar dan tak terduga. Dan inovasi lahir saat ide-ide tersebut diuji dan terbukti mampu menyelesaikan masalah atau menambah nilai.

Balas
Mungki Satya
Jumat, 4 Jul 2025

peran penting dari pola pikir bertumbuh dalam kreativitas sebagai jembatan dari masa sekarang (literasi) dengan masa depan (inovasi). seorang yang kreatif pasti memiliki PBB dalam proses mengembangkan berbagai ide, solusi dan alternatif khususnya yang akan dipakai untuk memecahkan masalah . Dengan PBB seseorang akan mampu terus bertahan karena yakin bahwa semuanya itu pasti akan berhasil.

Balas
Febtiyaningsih
Jumat, 4 Jul 2025

Menghargai proses belajar, merayakan kegagalan yang produktif, dan menanamkan pola pikir bertumbuh. Maka perlu bergeser dari fokus pada hasil akhir menjadi apresiasi terhadap upaya dan pembelajaran yang terjadi selama proses dengan mengakui kegagalan sebagai bagian tak terhindarkan dari proses belajar, dan mendorong siswa untuk melihat tantangan sebagai kesempatan untuk berkembang.

Balas
Ferdi
Jumat, 4 Jul 2025

Pola pikir bertumbuh (growth mindset) adalah keyakinan bahwa kemampuan seseorang dapat berkembang melalui usaha, belajar, dan ketekunan. Konsep ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif seseorang.

Balas
Dra.Warni
Jumat, 4 Jul 2025

Pembelajaran mendalam perlu diketahui oleh seorang pendidik.Dalam pendekatan pembelajaran mendalam, kreativitas tidak berdiri sendiri. satu dari tiga komponen utama yang saling terhubung: penguasaan (mastery), identitas (identity), dan kreativitas (creativity). Penguasaan berkaitan dengan kemampuan peserta didik untuk memahami dan menguasai pengetahuan serta keterampilan dalam suatu bidang. Tanpa penguasaan, kreativitas akan dangkal dan mudah hilang arah. Identitas membentuk kesadaran diri siswa sebagai pembelajar aktif, yang memiliki tujuan, nilai, dan makna dalam proses belajar. Sedangkan kreativitas itu sendiri adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru atau menyusun kembali pengetahuan yang ada menjadi bentuk yang lebih relevan, unik, atau berdampak. Ketiga komponen ini saling menguatkan, dan pola pikir bertumbuh hadir sebagai energi yang menggerakkan semuanya.

Balas
Suginah
Jumat, 4 Jul 2025

kreativitas tidak berdiri sendiri. satu dari tiga komponen utama yang saling terhubung: penguasaan (mastery), identitas (identity), dan kreativitas (creativity). Penguasaan berkaitan dengan kemampuan peserta didik untuk memahami dan menguasai pengetahuan serta keterampilan dalam suatu bidang. Tanpa penguasaan, kreativitas akan dangkal dan mudah hilang arah. Identitas membentuk kesadaran diri siswa sebagai pembelajar aktif, yang memiliki tujuan, nilai, dan makna dalam proses belajar. Sedangkan kreativitas itu sendiri adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru atau menyusun kembali pengetahuan yang ada menjadi bentuk yang lebih relevan, unik, atau berdampak. Ketiga komponen ini saling menguatkan, dan pola pikir bertumbuh hadir sebagai energi yang menggerakkan semuanya.

Balas
Suwarni
Jumat, 4 Jul 2025

Pola pikir bertumbuh dapat menumbuhkan kreatifitas sehingga peserta didik bisa memunculkan ide- ide dan menciptakan sesuatu yang baru

Balas
SYAYAROH
Jumat, 4 Jul 2025

Pola pikir bertumbuh, peserta didik tidak hanya belajar untuk memahami materi, tetapi juga merasa berdaya untuk menciptakan sesuatu dari pengetahuan itu. Mereka tidak takut mencoba pendekatan baru, bereksperimen dengan ide-ide yang belum matang, dan belajar dari proses penciptaan itu sendiri. Kreativitas dalam konteks ini tidak selalu menghasilkan karya besar. Terkadang, ia hadir dalam bentuk pertanyaan yang kritis, sudut pandang yang berbeda, atau cara unik dalam menyampaikan gagasan. Pembelajaran menjadi ruang eksplorasi, bukan sekadar pengulangan. Dan yang lebih penting, peserta didik tidak merasa terjebak dalam benar-salah, tetapi bebas berpikir, berproses, dan bertumbuh.

Balas
Sudjatmiko
Jumat, 4 Jul 2025

Pola pikir bertumbuh merupakan pemahaman pada diri kita untuk selalu berubah dengan proses selalu belajar dan belajar sepanjang hayat. Dengan demikian kemampuan secara otomatis akan bertambah, akhirnya berguna dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik.

Balas
Eni Supriyati
Jumat, 4 Jul 2025

Setiap anak lahir dalam keadaan suci dan sama-sama tanpa membawa apa apa. Sebagai seorang pendidik kita harus percaya dan yakin bahwa kreativitas bukan sesuatu yang tetap dan bawaan, melainkan bisa dikembangkan melalui proses, latihan dan ketekunan. Kerjasama siswa, guru, sekolah, orang tua, masyarakat, sangat diperlukan untuk keberhasilan dalam pendidikan di kehidupan abad 21.

Balas
Dian Primayanto
Jumat, 4 Jul 2025

Pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang memanusiakan peserta didik, melihat mereka bukan sebagai pengisi lembar ujian tetapi sebagai manusia utuh yang punya potensi luar biasa jika diberi ruang untuk tumbuh. Kreativitas bukan milik segelintir orang namun milik semua orang yang mau mencoba, gagal, belajar, dan tumbuh. Dan tugas kita sebagai pendidik atau bagian dari ekosistem pendidikan adalah menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan itu.

Balas
Miftakhurrofi'i
Jumat, 4 Jul 2025

Pendekatan pembelajaran mendalam, kreativitas tidak berdiri sendiri. Ia adalah satu dari tiga komponen utama yang saling terhubung: penguasaan (mastery), identitas (identity), dan kreativitas (creativity). Penguasaan berkaitan dengan kemampuan peserta didik untuk memahami dan menguasai pengetahuan serta keterampilan dalam suatu bidang. Tanpa penguasaan, kreativitas akan dangkal dan mudah hilang arah. Identitas membentuk kesadaran diri siswa sebagai pembelajar aktif, yang memiliki tujuan, nilai, dan makna dalam proses belajar.

Pola pikir bertumbuh adalah keyakinan bahwa kemampuan, termasuk kreativitas, bukan sesuatu yang tetap dan bawaan, melainkan bisa dikembangkan melalui proses, latihan, dan ketekunan. Keyakinan ini bertolak belakang dengan pola pikir tetap (fixed mindset), yang menganggap bahwa kecerdasan dan bakat adalah sifat yang tidak bisa diubah. Ketika peserta didik memiliki pola pikir bertumbuh, mereka percaya bahwa ide-ide cemerlang bisa muncul dari upaya kecil yang dilakukan terus-menerus, bahwa kesalahan adalah bagian penting dari proses penciptaan, dan bahwa setiap kegagalan membawa benih untuk solusi baru.

Balas
Jumat, 4 Jul 2025

Dalam pola pikir bertumbuh, individu dapat meningkatkan kreativitas mereka dengan lebih terbuka terhadap pengalaman baru, lebih berani mengambil resiko dan lebih mampu mengembangkan kemampuan serta serta keterampilan mereka.

Balas
Jumat, 4 Jul 2025

Individu dapat meningkatkan kreativitas mereka dengan lebih terbuka terhadap pengalaman baru, lebih berani mengambil resiko dan lebih mampu mengembangkan kemampuan serta serta keterampilan mereka.

Balas
Jumat, 4 Jul 2025

Individu dapat meningkatkan kreativitas mereka dengan lebih terbuka terhadap pengalaman baru, lebih berani mengambil resiko dan lebih mampu mengembangkan kemampuan serta keterampilan mereka.

Balas
Miftakhurrofi'i
Jumat, 4 Jul 2025

Pendekatan pembelajaran mendalam, kreativitas tidak berdiri sendiri. Ia adalah satu dari tiga komponen utama yang saling terhubung: penguasaan (mastery), identitas (identity), dan kreativitas (creativity). Penguasaan berkaitan dengan kemampuan peserta didik untuk memahami dan menguasai pengetahuan serta keterampilan dalam suatu bidang. Tanpa penguasaan, kreativitas akan dangkal dan mudah hilang arah. Identitas membentuk kesadaran diri siswa sebagai pembelajar aktif, yang memiliki tujuan, nilai, dan makna dalam proses belajar

Pola pikir bertumbuh adalah keyakinan bahwa kemampuan, termasuk kreativitas, bukan sesuatu yang tetap dan bawaan, melainkan bisa dikembangkan melalui proses, latihan, dan ketekunan. Keyakinan ini bertolak belakang dengan pola pikir tetap (fixed mindset), yang menganggap bahwa kecerdasan dan bakat adalah sifat yang tidak bisa diubah. Ketika peserta didik memiliki pola pikir bertumbuh, mereka percaya bahwa ide-ide cemerlang bisa muncul dari upaya kecil yang dilakukan terus-menerus, bahwa kesalahan adalah bagian penting dari proses penciptaan, dan bahwa setiap kegagalan membawa benih untuk solusi baru.

Balas
Tutik w
Jumat, 4 Jul 2025

Pola pikir bertumbuh juga membantu peserta didik berpindah dari satu zona kehidupan ke zona lainnya dalam proses belajar dan berkarya. Ada empat zona utama yang menggambarkan dinamika psikologis dalam perjalanan kreatif: zona nyaman, zona takut, zona belajar, dan zona bertumbuh. Zona nyaman adalah tempat di mana peserta didik merasa aman, namun sering kali stagnan. Di sini, mereka mengerjakan apa yang biasa dikerjakan, tanpa risiko dan tanpa tantangan. Ketika dihadapkan pada sesuatu yang baru, mereka sering masuk ke zona takut—takut gagal, takut dihakimi, takut tidak mampu. Tanpa dukungan yang tepat, mereka bisa berhenti di sini. Namun, dengan pola pikir bertumbuh, siswa belajar memasuki zona belajar, di mana mereka mulai mencoba hal baru, menerima masukan, dan melatih kemampuan. Akhirnya, mereka mencapai zona bertumbuh, tempat di mana potensi mereka berkembang maksimal, kreativitas mengalir bebas, dan semangat belajar menyala kuat. Perjalanan ini tidak selalu lurus. Sering kali, seseorang berpindah-pindah zona. Namun, pola pikir bertumbuh adalah kompas yang memandu agar tidak menyerah di tengah jalan.

Balas
LULUS WISNUADI MULYAWAN
Jumat, 4 Jul 2025

Menurut saya Kreatifitas merupakan salah satu pondasi untuk kita bergerak menjadi lebih maju, menjadi lebih baik, maka mematik, memicu untuk bergerak memulai menjadi lebih maju merupakan hal yang wajib kita sebagai pendidik.

Balas
Af'idatin
Jumat, 4 Jul 2025

Kreativitas adalah kemampuan universal yang bisa dilatih, dipupuk, dan diperkuat. Ia tumbuh subur dalam ekosistem yang memberi ruang aman untuk eksplorasi, keberanian untuk gagal, dan kesempatan untuk bangkit. Di sinilah peran pola pikir bertumbuh menjadi tak tergantikan. Tanpa keyakinan bahwa “saya bisa belajar menjadi kreatif,” maka semua teknik dan metode akan berakhir sia-sia.

Balas
Janto
Jumat, 4 Jul 2025

Sebuah catatan dari Zhenyu Li dan Qiong Li dalam Pengaruh Iklim Sekolah terhadap Kreativitas Siswa: Peran Mediasi Pola Pikir Berkembang dan Efikasi Diri

Zhenyu Li
Qiong Li

Pola pikir berkembang dan kemanjuran diri memediasi hubungan antara iklim sekolah dan kreativitas.
Dukungan teman sebaya berpengaruh positif terhadap kreativitas yang dilaporkan siswa sendiri.
Dukungan guru memengaruhi kreativitas sebagaimana dievaluasi oleh guru dan orang tua.
Pentingnya lingkungan pendidikan yang mendukung kreativitas.
Sebuah temuan mengungkapkan bahwa dukungan teman sebaya secara signifikan meningkatkan kreativitas yang dilaporkan sendiri oleh siswa, sedangkan dukungan guru tidak secara langsung memengaruhinya. Namun, dukungan guru secara positif memengaruhi evaluasi guru dan orang tua terhadap kreativitas siswa.

Lebih jauh, pola pikir berkembang dan efikasi diri berfungsi sebagai mediator yang signifikan, membentuk jalur mediasi berantai yang menghubungkan iklim sekolah dengan kreativitas. Hasil ini menggarisbawahi pentingnya membina lingkungan pendidikan yang mendukung yang mempromosikan pertumbuhan psikologis dan ekspresi kreatif. Studi ini memberikan wawasan berharga bagi para pendidik dan pembuat kebijakan yang ingin meningkatkan kemampuan kreatif siswa melalui intervensi yang ditargetkan untuk meningkatkan iklim sekolah dan mengembangkan pola pikir berkembang serta kemanjuran diri.

Kreativitas, yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghasilkan ide-ide orisinal dan berharga, semakin diakui sebagai keterampilan penting untuk pengembangan pribadi dan masyarakat di abad ke-21 (Alves-Oliveira et al., 2022; Runco & Jaeger, 2012; Scott et al., 2004).
Dalam lingkungan pendidikan, pengembangan kreativitas sangat penting untuk mempersiapkan siswa dalam menghadapi lingkungan yang kompleks dan berubah dengan cepat. Penelitian menunjukkan bahwa iklim sekolah, yang mencakup kualitas dan karakter kehidupan sekolah, secara signifikan memengaruhi kapasitas kreatif siswa, terutama bagi siswa berusia sekitar 14 tahun (Wang et al., 2023).

Iklim sekolah mencakup berbagai dimensi seperti keselamatan, hubungan, praktik mengajar dan belajar, dan lingkungan institusional, yang semuanya berkontribusi pada suasana yang mendukung atau menghambat kreativitas (Thapa et al., 2013).

Dampak langsung iklim sekolah terhadap kreativitas telah didokumentasikan dengan baik dalam penelitian pendidikan (Chang et al., 2013; Greenier et al., 2023; Yi et al., 2013). Penelitian telah menunjukkan bahwa iklim sekolah yang positif, yang mencakup hubungan guru-siswa yang mendukung, harapan akademis yang tinggi, dan rasa kebersamaan yang kuat, terkait dengan tingkat kreativitas siswa yang lebih tinggi, terutama bagi siswa berusia sekitar 11 tahun (Gao et al., 2020). Namun, mekanisme yang melaluinya iklim sekolah memengaruhi kreativitas kurang dieksplorasi. Memahami mekanisme ini sangat penting untuk merancang intervensi yang secara efektif menumbuhkan kreativitas dalam konteks pendidikan.

Pwelu adanya model mediasi berantai untuk mengeksplorasi bagaimana iklim sekolah memengaruhi kreativitas siswa melalui dua konstruk psikologis utama: pola pikir berkembang dan efikasi diri. Pola pikir berkembang, sebagaimana dikonseptualisasikan oleh Dweck (2006), mengacu pada keyakinan bahwa kecerdasan dan kemampuan dapat dikembangkan melalui usaha dan ketekunan. Keyakinan ini terkait dengan ketahanan yang lebih besar, kemauan untuk menghadapi tantangan, dan pemikiran inovatif—yang semuanya penting untuk upaya kreatif (Deng et al., 2022; Yeager & Dweck, 2012). Penelitian telah menunjukkan bahwa pola pikir berkembang berkorelasi positif dengan kinerja kreatif, yang selanjutnya menunjukkan bahwa pola pikir memainkan peran penting dalam menumbuhkan kreativitas (You, 2022).

Efikasi diri, yang didefinisikan oleh Bandura (1997) sebagai keyakinan akan kemampuan seseorang untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mengelola situasi prospektif, merupakan faktor penting lain yang memengaruhi kreativitas. Efikasi diri yang tinggi mendorong kepercayaan diri yang lebih besar dalam mengatasi masalah yang kompleks, kemauan untuk bereksperimen, dan kecenderungan untuk melihat kegagalan sebagai peluang belajar—semua karakteristik yang mendukung kreativitas (Rego et al., 2012). Berbagai penelitian secara konsisten menemukan korelasi positif antara efikasi diri dan kinerja kreatif dalam lingkungan pendidikan (Du et al., 2020; Royston & Reiter-Palmon, 2019; Tierney & Farmer, 2011).

Survei Keterampilan Sosial dan Emosional (SSES), yang dilakukan oleh Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), menyediakan kumpulan data komprehensif untuk menyelidiki hubungan ini. Studi ini menggunakan data dari siswa berusia 10 dan 15 tahun di Suzhou, Tiongkok, wilayah yang dikenal dengan penekanan kuat pada keunggulan dan inovasi pendidikan. Dengan meneliti interaksi antara iklim sekolah, pola pikir berkembang, efikasi diri, dan kreativitas, penelitian ini bertujuan untuk berkontribusi pada pemahaman tentang bagaimana lingkungan pendidikan dapat disusun untuk memelihara potensi kreatif siswa.

Konsep iklim sekolah mencakup kualitas dan karakter kehidupan sekolah, yang mencerminkan norma, nilai, hubungan interpersonal, praktik pengajaran, dan struktur organisasi (Cohen et al., 2009; Thapa et al., 2013). Ini adalah konstruksi multifaset yang memengaruhi berbagai aspek perkembangan siswa, termasuk prestasi akademik, keterampilan sosial, dan kesejahteraan emosional (Wang & Degol, 2016; Zynuddin et al., 2023).

Balas
Septiyo Ariyanto
Jumat, 4 Jul 2025

Pola pikir bertumbuh merupakan suatu kunci bagi peserta didik menghadapi setiap tantanyan yang mereka hadapi kedepan, sebagai seorang pendidik kita harus memantik pola pikir fixed mindset yang masih dimiliki peserta didik agar berubah menjadi pola pikir growh mindset atau pola pikir bertumbuh.

Menanamkam keyakinan bahwa setiap usaha yang mereka lakukan dan apapun yang mereka kerjakan dengan sungguh sungguh akan membuahkan hasil serta dapat menumbuhkan pola pikir growth mindset

Dan pola pikir bertumbuh harus dimilil pendidik agar dapat mengatasi beragam tantangan yang mereka hadapi didalam kelas, lingkungan sekolah, dan dalam kolaborasi antar rekan kerja

Balas
Janto
Jumat, 4 Jul 2025

Sebuah catatan dari Zhenyu Li dan Qiong Li dalam Pengaruh Iklim Sekolah terhadap Kreativitas Siswa: Peran Mediasi Pola Pikir Berkembang dan Efikasi Diri

1. Pola pikir berkembang dan kemanjuran diri memediasi hubungan antara iklim sekolah dan kreativitas.

2. Dukungan teman sebaya berpengaruh positif terhadap kreativitas yang dilaporkan siswa sendiri.

3. Dukungan guru memengaruhi kreativitas sebagaimana dievaluasi oleh guru dan orang tua.

4. Pentingnya lingkungan pendidikan yang mendukung kreativitas.

Sebuah temuan mengungkapkan bahwa dukungan teman sebaya secara signifikan meningkatkan kreativitas yang dilaporkan sendiri oleh siswa, sedangkan dukungan guru tidak secara langsung memengaruhinya. Namun, dukungan guru secara positif memengaruhi evaluasi guru dan orang tua terhadap kreativitas siswa.

Lebih jauh, pola pikir berkembang dan efikasi diri berfungsi sebagai mediator yang signifikan, membentuk jalur mediasi berantai yang menghubungkan iklim sekolah dengan kreativitas. Hasil ini menggarisbawahi pentingnya membina lingkungan pendidikan yang mendukung yang mempromosikan pertumbuhan psikologis dan ekspresi kreatif. Studi ini memberikan wawasan berharga bagi para pendidik dan pembuat kebijakan yang ingin meningkatkan kemampuan kreatif siswa melalui intervensi yang ditargetkan untuk meningkatkan iklim sekolah dan mengembangkan pola pikir berkembang serta kemanjuran diri.

Kreativitas, yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghasilkan ide-ide orisinal dan berharga, semakin diakui sebagai keterampilan penting untuk pengembangan pribadi dan masyarakat di abad ke-21 (Alves-Oliveira et al., 2022; Runco & Jaeger, 2012; Scott et al., 2004).
Dalam lingkungan pendidikan, pengembangan kreativitas sangat penting untuk mempersiapkan siswa dalam menghadapi lingkungan yang kompleks dan berubah dengan cepat. Penelitian menunjukkan bahwa iklim sekolah, yang mencakup kualitas dan karakter kehidupan sekolah, secara signifikan memengaruhi kapasitas kreatif siswa, terutama bagi siswa berusia sekitar 14 tahun (Wang et al., 2023).

Iklim sekolah mencakup berbagai dimensi seperti keselamatan, hubungan, praktik mengajar dan belajar, dan lingkungan institusional, yang semuanya berkontribusi pada suasana yang mendukung atau menghambat kreativitas (Thapa et al., 2013).

Dampak langsung iklim sekolah terhadap kreativitas telah didokumentasikan dengan baik dalam penelitian pendidikan (Chang et al., 2013; Greenier et al., 2023; Yi et al., 2013). Penelitian telah menunjukkan bahwa iklim sekolah yang positif, yang mencakup hubungan guru-siswa yang mendukung, harapan akademis yang tinggi, dan rasa kebersamaan yang kuat, terkait dengan tingkat kreativitas siswa yang lebih tinggi, terutama bagi siswa berusia sekitar 11 tahun (Gao et al., 2020). Namun, mekanisme yang melaluinya iklim sekolah memengaruhi kreativitas kurang dieksplorasi. Memahami mekanisme ini sangat penting untuk merancang intervensi yang secara efektif menumbuhkan kreativitas dalam konteks pendidikan.

Perlu adanya model mediasi berantai untuk mengeksplorasi bagaimana iklim sekolah memengaruhi kreativitas siswa melalui dua konstruk psikologis utama: pola pikir berkembang dan efikasi diri. Pola pikir berkembang, sebagaimana dikonseptualisasikan oleh Dweck (2006), mengacu pada keyakinan bahwa kecerdasan dan kemampuan dapat dikembangkan melalui usaha dan ketekunan. Keyakinan ini terkait dengan ketahanan yang lebih besar, kemauan untuk menghadapi tantangan, dan pemikiran inovatif—yang semuanya penting untuk upaya kreatif (Deng et al., 2022; Yeager & Dweck, 2012). Penelitian telah menunjukkan bahwa pola pikir berkembang berkorelasi positif dengan kinerja kreatif, yang selanjutnya menunjukkan bahwa pola pikir memainkan peran penting dalam menumbuhkan kreativitas (You, 2022).

Efikasi diri, yang didefinisikan oleh Bandura (1997) sebagai keyakinan akan kemampuan seseorang untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mengelola situasi prospektif, merupakan faktor penting lain yang memengaruhi kreativitas. Efikasi diri yang tinggi mendorong kepercayaan diri yang lebih besar dalam mengatasi masalah yang kompleks, kemauan untuk bereksperimen, dan kecenderungan untuk melihat kegagalan sebagai peluang belajar—semua karakteristik yang mendukung kreativitas (Rego et al., 2012). Berbagai penelitian secara konsisten menemukan korelasi positif antara efikasi diri dan kinerja kreatif dalam lingkungan pendidikan (Du et al., 2020; Royston & Reiter-Palmon, 2019; Tierney & Farmer, 2011).

Survei Keterampilan Sosial dan Emosional (SSES), yang dilakukan oleh Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), menyediakan kumpulan data komprehensif untuk menyelidiki hubungan ini. Studi ini menggunakan data dari siswa berusia 10 dan 15 tahun di Suzhou, Tiongkok, wilayah yang dikenal dengan penekanan kuat pada keunggulan dan inovasi pendidikan. Dengan meneliti interaksi antara iklim sekolah, pola pikir berkembang, efikasi diri, dan kreativitas, penelitian ini bertujuan untuk berkontribusi pada pemahaman tentang bagaimana lingkungan pendidikan dapat disusun untuk memelihara potensi kreatif siswa.

Konsep iklim sekolah mencakup kualitas dan karakter kehidupan sekolah, yang mencerminkan norma, nilai, hubungan interpersonal, praktik pengajaran, dan struktur organisasi (Cohen et al., 2009; Thapa et al., 2013). Ini adalah konstruksi multifaset yang memengaruhi berbagai aspek perkembangan siswa, termasuk prestasi akademik, keterampilan sosial, dan kesejahteraan emosional (Wang & Degol, 2016; Zynuddin et al., 2023).

Balas
Rodhatin
Jumat, 4 Jul 2025

Pola pikir bertumbuh juga membantu peserta didik berpindah dari satu zona kehidupan ke zona lainnya dalam proses belajar dan berkarya. Ada empat zona utama yang menggambarkan dinamika psikologis dalam perjalanan kreatif: zona nyaman, zona takut, zona belajar, dan zona bertumbuh. Zona nyaman adalah tempat di mana peserta didik merasa aman, namun sering kali stagnan.

Balas
Harry
Jumat, 4 Jul 2025

Tulisan yang sangat kuat dan menggugah—sebuah esai reflektif dan argumentatif yang menyentuh esensi pendidikan masa kini: mengembangkan kreativitas melalui pola pikir bertumbuh (growth mindset). Jika Anda berencana menggunakannya sebagai artikel, esai populer, atau bahan presentasi pendidikan

Bagian utama
1. Pendahuluan:
Dunia abad ke-21 penuh kompleksitas → kreativitas jadi kebutuhan universal.
Miskonsepsi umum: kreativitas hanya untuk “anak seni” → menyebabkan siswa menyerah sebelum mencoba.

2. Pola Pikir Bertumbuh (Growth Mindset):
Kreativitas bisa dilatih, bukan bawaan.
Kontras dengan fixed mindset.
Growth mindset → membuka ruang untuk eksplorasi, gagal, dan bangkit kembali.

3. Kreativitas dalam Pembelajaran Mendalam:
Terkait erat dengan: penguasaan (mastery), identitas (identity), kreativitas (creativity).
Growth mindset adalah bahan bakar ketiganya.

4. Kreativitas sebagai Proses, Bukan Hasil:
Bentuknya bisa kecil: pertanyaan, sudut pandang baru, pendekatan unik.
Pembelajaran → eksploratif, bukan hanya repetitif.

5. Model I-K-I: Iterasi, Kreativitas, Inovasi
Kegagalan → bagian dari proses.
Iterasi → kreativitas → inovasi = alur pembelajaran kreatif.

6. Zona Psikologis Kreativitas:
Zona nyaman → zona takut → zona belajar → zona bertumbuh.
Growth mindset → kompas agar siswa terus melangkah.

7. Metode CREATE untuk Mengasah Kreativitas:
Combine, Reverse, Eliminate, Alternative, Twist, Elaborate
Diterapkan dalam menulis atau proyek-proyek kolaboratif (contoh: produk ramah lingkungan).

Kreativitas bukan bakat, tapi keterampilan yang bisa dipelajari.
Sekolah → ruang aman untuk eksplorasi, bukan tempat menghukum kesalahan.
Guru → fasilitator pertumbuhan, bukan hanya penyampai jawaban.

Luar biasa dalam menyampaikan pesan penting: bahwa kreativitas bukan milik segelintir orang, dan pola pikir bertumbuh adalah kunci pembukanya. Dengan pendekatan konkret seperti I-K-I dan metode CREATE, Anda berhasil menjembatani teori dan praktik. Sangat cocok untuk dibagikan ke komunitas guru, pembuat kebijakan pendidikan, atau orang tua yang ingin memahami bagaimana anak bisa belajar menjadi kreatif.

“Kreativitas bukan sekadar alat untuk membuat sesuatu yang baru. Ia adalah jendela yang membuka kemungkinan, jembatan menuju masa depan, dan cermin yang memperlihatkan siapa diri kita ketika berani mencoba, gagal, dan terus tumbuh.”

Balas
Anik Yuswanti
Sabtu, 5 Jul 2025

Dalam pendekatan pembelajaran mendalam, kreativitas tidak berdiri sendiri. satu dari tiga komponen utama yang saling terhubung: penguasaan (mastery), identitas (identity), dan kreativitas (creativity). Penguasaan berkaitan dengan kemampuan peserta didik untuk memahami dan menguasai pengetahuan serta keterampilan dalam suatu bidang. Tanpa penguasaan, kreativitas akan dangkal dan mudah hilang arah. Identitas membentuk kesadaran diri siswa sebagai pembelajar aktif, yang memiliki tujuan, nilai, dan makna dalam proses belajar. Sedangkan kreativitas itu sendiri adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru atau menyusun kembali pengetahuan yang ada menjadi bentuk yang lebih relevan, unik, atau berdampak. Ketiga komponen ini saling menguatkan, dan pola pikir bertumbuh hadir sebagai energi yang menggerakkan semuanya.

Balas
Andhika Wildan Krisnamurti
Minggu, 6 Jul 2025

Masih terus belajar menjadi pendidik yang memantik kreativitas alih-alih pendidik dengan gaya konvensional.

Balas
Suparman, S.Pd
Senin, 7 Jul 2025

Pola pikir bertumbuh membantu peserta didik berpindah dari satu zona kehidupan ke zona lainnya dalam proses belajar dan berkarya.
Ada empat zona utama yang menggambarkan dinamika psikologis dalam perjalanan kreatif:
1.zona nyaman,
2.zona takut,
3.zona belajar, dan
4.zona bertumbuh.

Balas
Mulyo S
Senin, 7 Jul 2025

Kreativitas bukan hanya milik orang berbakat, tapi bisa dimiliki semua orang jika mau belajar dan mencoba.Di dunia yang terus berubah, kita butuh kemampuan berpikir kreatif untuk menyelesaikan masalah dan menciptakan hal baru. Sayangnya,banyak siswa merasa tidak cukup kreatif karena mereka berpikir kreativitas adalah sebuah bakat tetap. Padahal, dengan pola pikir bertumbuh siapa pun bisa menjadi kreatif.

Balas

Beri Komentar

Balasan