Semarang – Upaya meningkatkan kualitas pembelajaran terus dilakukan oleh para pendidik di Kota Semarang. Salah satu wujudnya terlihat dalam pelaksanaan On-the-Job Training (OJT) 2 Kelas F Pelatihan Pembelajaran Mendalam bagi guru SMA se-Kota Semarang yang digelar pada Rabu, 22 Oktober 2025, pukul 13.00–15.15 WIB di SMA Negeri 3 Semarang. Kegiatan ini diikuti oleh 35 peserta dari 12 SMA dan menghadirkan tiga fasilitator yaitu Fanny Firmansyah dari SMA Negeri 1 Semarang, Rochimudin dari SMA Negeri 9 Semarang dan Kepala SMK Negeri 10 Semarang, Ardan Sirodjuddin, S.Pd., M.Pd.
OJT 2 merupakan bagian dari rangkaian pelatihan pembelajaran mendalam yang berfokus pada penerapan konsep pembelajaran berpusat pada siswa, berpikir kritis, dan berkesadaran. Melalui kegiatan ini, para guru tidak hanya belajar teori, tetapi juga mempraktikkan langsung bagaimana menciptakan proses belajar yang bermakna dan menggembirakan. Kegiatan dibuka secara resmi oleh Kepala SMA Negeri 3 Semarang, Rusmiyanto, M.Pd., yang menekankan pentingnya semangat kolaborasi dan berbagi antarpendidik.
“Dalam dunia pendidikan, kita tidak hanya berbicara soal ilmu, tapi juga komunikasi, praktik baik, dan interkoneksi. Di sinilah kita membangun jejaring, berbagi tanpa uang, menghadirkan orang-orang hebat untuk belajar bersama tanpa biaya. Inilah makna seduluran yang menambah berkah,” ujar Rusmiyanto dalam sambutannya yang disambut tepuk tangan peserta.
Menurutnya, kegiatan semacam ini bukan hanya ajang pelatihan, tetapi juga ruang refleksi dan kolaborasi antarsekolah. “Kita harus terus menjaga semangat kolaborasi, karena dari situlah lahir ide-ide baru dan semangat memperbaiki pembelajaran di kelas,” tambahnya.
Sebelum pelaksanaan OJT 2, pada pagi harinya juga digelar kegiatan Open Class di tiga sekolah, yakni SMA Daniel Creative Semarang, SMA Negeri 3 Semarang, dan SMA Al Azhar 14 Semarang. Dalam kegiatan ini, para guru model mempraktikkan langsung konsep pembelajaran mendalam di depan peserta lain untuk kemudian dianalisis bersama.
Dinda, guru model dari SMA Negeri 3 Semarang, mengaku mendapatkan banyak pengalaman berharga selama kegiatan tersebut. “Saya sangat berkesan bisa menjadi guru model. Walau masih ada kekurangan baik di RPP maupun langkah-langkah pembelajaran, tapi saya bisa langsung menerapkan apa yang sudah saya pelajari selama pelatihan dan OJT 1,” ujar Dinda dengan penuh semangat. Ia juga menyebutkan bahwa masukan dari fasilitator dan guru lainnya menjadi bahan refleksi untuk perbaikan. “Saya berharap pembelajaran yang sudah saya terapkan bisa bermanfaat dan menginspirasi guru lain,” imbuhnya.
Sementara itu, Putri Permatasari dari SMA Daniel Creative Semarang juga menyampaikan hal serupa. Ia menilai kegiatan Open Class memberikan pengalaman belajar yang nyata dan reflektif. “Saya sangat bersyukur mendapat kesempatan menjadi guru model pada OJT 2. Melalui kegiatan ini, saya mendapatkan umpan balik yang membangun untuk saya gunakan dalam refleksi pembelajaran berikutnya. Menjadi guru yang mengimplementasikan pembelajaran mendalam harus terus mau belajar agar bisa memberikan pengalaman bermakna bagi siswa,” tuturnya.
Hal senada disampaikan oleh Nur Isnaini dari SMA Al Azhar 14 Semarang. Ia menilai menjadi guru model bukan hanya tanggung jawab, tetapi juga kesempatan untuk berkembang. “Saya senang mendapatkan kesempatan menjadi guru model. Ini momentum untuk meningkatkan kualitas pembelajaran demi peningkatan kualitas murid. Dengan menerapkan strategi pengajaran baru, saya terdorong untuk selalu belajar dan berinovasi,” ungkapnya.
Fasilitator OJT 2, Ardan Sirodjuddin, S.Pd., M.Pd., menjelaskan bahwa kegiatan ini dirancang sebagai sarana guru untuk menerapkan dan merefleksikan konsep deep learning secara nyata di kelas. “Melalui OJT 2, guru belajar dengan cara yang lebih praktis dan reflektif. Mereka menganalisis guru model mengajar, dan saling memberi umpan balik. Dari proses ini, muncul pemahaman baru tentang bagaimana menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa,” jelasnya.
Menurut Ardan, pelatihan pembelajaran mendalam memiliki tiga tujuan utama. Pertama, meningkatkan kompetensi guru dalam memahami dan menerapkan konsep pembelajaran mendalam. Kedua, mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan menekankan kemampuan berpikir kritis dan penerapan pengetahuan dalam konteks nyata. Ketiga, mengembangkan potensi siswa secara holistik melalui olah pikir, hati, rasa, dan raga. “Guru bukan hanya mengajar, tapi menuntun siswa agar mampu berpikir, merasakan, dan bertindak dengan kesadaran,” tegasnya.
Kegiatan OJT 2 sendiri mencakup empat aktivitas utama, yakni orientasi pendampingan kedua, open class, analisis guru model mengajar, serta umpan balik dan tindak lanjut pendampingan. Setiap kegiatan dirancang untuk mendorong guru berpikir reflektif dan membangun praktik baik di lingkungan sekolah masing-masing.
Atmosfer kegiatan terasa hangat dan penuh antusiasme. Para peserta tampak aktif berdiskusi dan saling berbagi pengalaman dari sekolah masing-masing. Semangat kebersamaan terasa kuat, mencerminkan filosofi bahwa peningkatan mutu pendidikan tidak bisa dilakukan sendiri, melainkan melalui sinergi dan kolaborasi.
Menutup kegiatan, Rusmiyanto kembali menegaskan pentingnya menjadikan kegiatan OJT bukan sekadar rutinitas pelatihan, melainkan wadah tumbuh bersama. “Kita belajar bukan untuk saling menilai, tapi untuk saling menguatkan. Ketika antar sekolah saling berbagi dan berkolaborasi, di situlah pendidikan kita benar-benar hidup,” ujarnya.
Dengan semangat berbagi dan kolaborasi, kegiatan OJT 2 Kelas F Pelatihan Pembelajaran Mendalam bagi guru SMA Kota Semarang menjadi bukti nyata bahwa perubahan pendidikan dimulai dari guru yang terus mau belajar, berefleksi, dan berinovasi. Dari ruang kelas hingga forum diskusi, para pendidik Semarang menunjukkan bahwa semangat belajar dan kolaborasi adalah kunci menuju pembelajaran yang berkesadaran, bermakna, dan membahagiakan.
Beri Komentar