SEMARANG-Dalam rangka mempersiapkan guru agar mampu menerapkan pembelajaran berbasis koding dan kecerdasan artifisial (AI), SMK Teuku Umar Semarang menggelar In House Training (IHT) Pelatihan Koding dan Kecerdasan Artifisial pada Rabu dan Kamis, 15 dan 16 Oktober 2025. Kegiatan ini berlangsung di aula sekolah dengan menghadirkan Andhen Priyono, M.Kom, dari SMK Negeri 10 Semarang sebagai narasumber utama.
Pelatihan ini diikuti oleh seluruh guru SMK Teuku Umar Semarang dari berbagai bidang studi. Kepala sekolah, Sutji Rahayu, dalam sambutannya menegaskan pentingnya kesiapan guru menghadapi perubahan zaman yang ditandai dengan percepatan teknologi digital. “Guru harus adaptive terhadap perubahan. Salah satunya dengan memahami dan menerapkan mata pelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) di sekolah. Dunia pendidikan tidak bisa lagi berjalan dengan cara lama ketika dunia kerja telah berubah cepat,” ujar Sutji.
Sementara itu, narasumber Andhen Priyono, M.Kom, membuka sesi dengan membangun pemahaman tentang urgensi koding dan AI di dunia pendidikan. Ia menegaskan bahwa era Society 5.0 adalah masa di mana manusia dan teknologi saling terintegrasi. “Kita hidup di era yang ditandai oleh otomatisasi, kolaborasi manusia dan mesin, serta pengambilan keputusan berbasis data. Dalam situasi ini, pendidikan harus menyiapkan siswa agar tidak sekadar menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta,” jelas Andhen.
Menurutnya, tantangan utama pendidikan di era ini adalah membekali siswa dengan empat kompetensi abad ke-21, yakni Critical Thinking, Creativity, Collaboration, dan Communication. Ia menambahkan bahwa banyak pekerjaan rutin akan digantikan oleh AI, sehingga manusia harus fokus pada kemampuan yang tidak bisa ditiru mesin, seperti empati, kreativitas, dan strategi berpikir. “Kurikulum sekolah harus adaptif dan kontekstual. Pembelajaran tidak cukup bersifat hafalan, tapi harus berbasis proyek dan pemecahan masalah,” lanjutnya.
Dalam pemaparannya, Andhen menyebut koding sebagai “bahasa masa depan”. Ia menekankan bahwa kemampuan menulis kode bukan hanya tentang membuat program komputer, tetapi juga cara berpikir logis dan sistematis. “Koding adalah alat untuk menciptakan, bukan hanya mengonsumsi teknologi. Sedangkan AI dapat menjadi asisten pintar yang membantu mempercepat proses belajar, jika digunakan dengan etis dan kreatif,” katanya.
Ia juga menjelaskan pergeseran peran guru di era digital. Dari semula berpusat pada guru (teacher-centered), kini berubah menjadi pembelajaran berpusat pada siswa (student-centered). “Guru sekarang berperan sebagai fasilitator, pelatih, dan desainer pengalaman belajar. Dengan bantuan teknologi dan AI, guru bisa membuat pembelajaran lebih interaktif, personal, dan relevan,” tutur Andhen.
Lebih lanjut, ia menjelaskan praktik penerapan Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) melalui pendekatan Project-Based Learning (PjBL). Dalam kegiatan ini, siswa diajak membuat berbagai proyek kreatif seperti antologi artikel, puisi, lagu, presentasi, desain visual, hingga praktik koding Python. “Kegiatan ini mengasah kemampuan berpikir komputasional sekaligus melatih kreativitas siswa. Mereka belajar menghitung, menulis, mendesain, dan berinovasi dengan bantuan AI,” terang Andhen.
Beragam alat digital berbasis AI turut digunakan dalam pembelajaran tersebut, seperti ChatGPT untuk membuat artikel dan puisi, Canva untuk desain visual, Suno.com untuk mengubah lirik menjadi lagu, Gamma.app untuk presentasi otomatis, serta Dreamina dan CapCut untuk membuat gambar dari teks. Untuk praktik koding, digunakan platform Replit dan Google Colab. “AI bukan pengganti guru, tapi mitra pembelajaran. Dengan AI, siswa bisa mendapatkan umpan balik cepat, sementara guru tetap mengarahkan proses berpikir kritis dan etis,” jelasnya lagi.
Kegiatan IHT ini ditutup dengan refleksi bersama mengenai arah pendidikan di masa depan. Para guru diminta untuk merancang rencana pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi dan AI dalam proyek nyata. “Pendidikan abad ke-21 harus menyiapkan siswa yang tidak hanya cerdas secara akademik, tapi juga kreatif, adaptif, dan siap menghadapi perubahan,” pungkas Sutji Rahayu.
Secara keseluruhan, pelatihan ini menjadi langkah konkret SMK Teuku Umar Semarang untuk memperkuat literasi digital di kalangan pendidik. Melalui penguasaan koding dan AI, guru diharapkan mampu menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, dan relevan dengan kebutuhan dunia kerja masa depan.
Penulis : Dini Riyani, S.Pd, Guru Bahasa Indonesia SMK Negeri 10 Semarang
Beri Komentar