Minggu, 12-10-2025
  • Website Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan Sahabat
  • Website Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan Sahabat

Memperkuat Pendekatan Pembelajaran Mendalam dengan Design Thinking

Diterbitkan : Jumat, 18 Juli 2025

Setelah mengikuti Training of Trainer (TOT) Pembelajaran Mendalam yang diselenggarakan oleh BBGTK Provinsi Jawa Tengah, saya merasa mendapatkan banyak wawasan baru yang sangat berharga. Program ini merupakan salah satu prioritas dari Kemendikdasmen dan direncanakan akan mulai diterapkan secara luas pada tahun ajaran 2026/2027. Namun, menurut saya, tidak ada salahnya jika kita mulai mengintegrasikannya lebih awal, yakni di tahun ajaran 2025/2026. Justru, langkah awal ini bisa menjadi fondasi yang kuat untuk implementasi yang lebih matang di masa mendatang.

Usai pelatihan, rasa penasaran saya semakin besar. Saya mulai mengeksplorasi konsep pembelajaran mendalam secara lebih konkret dan aplikatif. Tulisan pertama saya membahas kolaborasi antara pembelajaran mendalam dan pendekatan First Principles Thinking. Dari sana, saya melihat potensi besar dalam menggabungkan pendekatan-pendekatan berpikir kritis untuk memperkuat proses belajar di kelas.

Kali ini, saya mendapatkan inspirasi baru: mengintegrasikan pembelajaran mendalam dengan Design Thinking. Keduanya memiliki kesamaan dalam hal mendorong siswa untuk memahami konteks nyata, berpikir kreatif, dan menghasilkan solusi yang relevan. Dengan pendekatan berbasis empati, eksplorasi, dan iterasi, Design Thinking sangat cocok untuk pembelajaran berbasis proyek dan kolaboratif. Selamat menikmati tulisan saya.

Di tengah arus deras perubahan zaman, pendidikan abad ke-21 menuntut lebih dari sekadar penguasaan materi pelajaran. Dunia kini membutuhkan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki kemampuan berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif. Keempat keterampilan ini bukan sekadar pelengkap, melainkan fondasi utama agar siswa dapat bertahan dan berkembang di masa depan yang penuh ketidakpastian. Sayangnya, sistem pembelajaran konvensional seringkali belum mampu mewadahi tumbuhnya keterampilan-keterampilan ini secara optimal. Fokus yang berlebihan pada hafalan, ujian standar, dan pembelajaran satu arah menjadikan siswa pasif, kurang terlibat secara emosional dan intelektual dalam proses belajar.

Dalam konteks inilah pendekatan Design Thinking hadir sebagai angin segar dalam dunia pendidikan. Berakar dari dunia industri dan teknologi, Design Thinking berkembang sebagai pendekatan pemecahan masalah yang berbasis empati, eksplorasi, dan iterasi. Tidak hanya relevan untuk menciptakan produk inovatif, Design Thinking kini menjadi pendekatan yang ampuh untuk menumbuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam proses pembelajaran. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam mengenali masalah nyata di sekitar mereka, Design Thinking mengubah ruang kelas menjadi laboratorium kehidupan tempat siswa belajar menjadi pemecah masalah sejati.

Design Thinking adalah pendekatan sistematis untuk memecahkan masalah yang berfokus pada pemahaman mendalam terhadap kebutuhan pengguna. Pendekatan ini terdiri dari lima tahap utama: empathize, define, ideate, prototype, dan test. Asal-usul Design Thinking dapat ditelusuri dari praktik para desainer industri dan teknologi seperti di IDEO dan Stanford d.school. Namun dalam beberapa dekade terakhir, pendekatan ini mulai diadopsi oleh dunia pendidikan karena kesesuaiannya dengan tujuan pembelajaran abad ke-21: menghasilkan pembelajar yang solutif, adaptif, dan empatik.

Dalam pendidikan, Design Thinking tidak hanya mengubah cara guru mengajar, tetapi juga cara siswa belajar. Siswa tidak lagi hanya menjadi penerima informasi, tetapi aktor utama yang secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran yang berpusat pada pemecahan masalah nyata. Dengan Design Thinking, siswa belajar untuk merancang solusi, mengevaluasi efektivitas, dan merevisi pendekatannya berdasarkan umpan balik—suatu proses yang mencerminkan pembelajaran sejati.

Tahap pertama adalah Empathize. Pada tahap ini, siswa diajak untuk keluar dari ruang kelas dan menggali kebutuhan nyata dari pengguna atau masyarakat. Melalui wawancara, observasi, dan diskusi kelompok, siswa dilatih untuk mendengarkan dengan empati dan memahami masalah dari sudut pandang orang lain. Proses ini tidak hanya mengasah kepekaan sosial, tetapi juga membuka wawasan siswa terhadap kompleksitas kehidupan nyata.

Tahap kedua adalah Define. Setelah mengumpulkan informasi dan perspektif dari pengguna, siswa kemudian merumuskan masalah secara spesifik dan terfokus. Framing masalah yang tepat sangat penting karena menjadi dasar bagi pencarian solusi. Kesalahan dalam mendefinisikan masalah dapat membuat solusi yang dihasilkan tidak tepat sasaran. Oleh karena itu, tahap ini melatih siswa untuk berpikir kritis, menganalisis data, dan menarik kesimpulan secara logis.

Tahap ketiga adalah Ideate. Di sinilah kreativitas mengambil peran utama. Siswa diajak untuk menghasilkan sebanyak mungkin ide, tanpa takut salah atau dinilai. Teknik brainstorming digunakan untuk membuka ruang imajinasi, memancing ide-ide segar, dan merangsang keberanian berpikir “di luar kotak.” Lingkungan yang mendukung dan bebas dari penilaian negatif menjadi kunci agar siswa berani bereksperimen dengan gagasan mereka.

Tahap keempat adalah Prototype. Ide yang telah dipilih kemudian diwujudkan dalam bentuk nyata, seperti model, sketsa, atau simulasi. Tahap ini mengajarkan siswa bahwa proses menciptakan tidak selalu berjalan mulus, namun dari setiap kegagalan terdapat pembelajaran berharga. Dengan membuat prototipe, siswa belajar bahwa hasil akhir bukanlah satu-satunya tujuan, tetapi proseslah yang lebih penting.

Tahap kelima adalah Test. Prototipe yang dibuat diuji langsung kepada pengguna. Umpan balik yang diterima menjadi bahan refleksi untuk memperbaiki dan menyempurnakan solusi. Tahap ini menanamkan nilai ketangguhan dalam diri siswa, karena mereka belajar menerima kritik, merevisi karya, dan terus mencoba hingga menghasilkan solusi terbaik.

Design Thinking sangat selaras dengan prinsip pembelajaran mendalam. Pendekatan ini menekankan keterlibatan aktif siswa, refleksi mendalam, dan pemahaman yang bermakna terhadap materi dan konteksnya. Design Thinking juga mendorong pembelajaran kolaboratif, di mana siswa bekerja dalam tim, berbagi ide, dan saling memberikan masukan. Dalam proses ini, empati, kreativitas, dan daya juang menjadi kompetensi utama yang berkembang secara alami.

Salah satu contoh praktik Design Thinking yang berhasil diterapkan dalam pembelajaran adalah proyek sosial bertajuk “Kotak Peduli”. Dalam proyek ini, siswa melakukan wawancara dengan warga sekitar untuk mengetahui kebutuhan mendesak seperti sembako, alat tulis, dan pakaian layak. Mereka merumuskan masalah bahwa banyak warga sekitar mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan dasar. Dari sana, mereka mengembangkan ide membuat kotak donasi yang ditempatkan di sekolah dan tempat umum. Setelah membuat desain dan model kotak, mereka menempatkannya di lokasi strategis dan mengamati respons masyarakat. Dari umpan balik yang diperoleh, mereka melakukan perbaikan desain agar lebih efektif.

Contoh lain adalah proyek inovasi lingkungan yang berjudul “Filter Air Sederhana dari Bahan Daur Ulang”. Siswa mengamati kondisi air di sekitar mereka, terutama di wilayah yang sulit memperoleh air bersih. Mereka merumuskan masalah tentang pencemaran air dan mengembangkan ide membuat filter sederhana dari bahan bekas seperti botol plastik, pasir, arang, dan kain. Setelah membuat prototipe, mereka menguji efektivitas filter terhadap berbagai sumber air dan merevisi desain berdasarkan hasil uji coba. Dari proyek ini, siswa tidak hanya belajar tentang sains dan teknologi, tetapi juga tentang keberlanjutan dan tanggung jawab sosial.

Dalam proyek transportasi berjudul “Rute Aman ke Sekolah”, siswa mencatat rute harian mereka dan mengidentifikasi titik-titik rawan bahaya. Mereka kemudian membuat peta interaktif rute aman dan materi kampanye keselamatan jalan. Peta dan materi edukasi tersebut dipresentasikan kepada warga dan digunakan sebagai alat untuk meningkatkan kesadaran akan keselamatan siswa di jalan.

Proyek kewirausahaan “Produk Ramah Lingkungan dari Limbah Rumah Tangga” menjadi contoh lain bagaimana Design Thinking bisa mendorong jiwa inovatif dan wirausaha siswa. Mereka mengidentifikasi jenis limbah rumah tangga yang banyak terbuang, merumuskan masalah tentang belum dimanfaatkannya limbah secara kreatif, dan mengembangkan ide produk seperti tas dari plastik bekas atau pot dari botol. Setelah membuat produk dan kemasannya, mereka menjualnya di bazar sekolah dan mengumpulkan masukan dari pembeli untuk meningkatkan kualitas produk.

Sementara dalam proyek edukasi digital, siswa membuat “Video Edukasi Interaktif untuk Anak SD”. Mereka mengamati kesulitan anak-anak dalam memahami materi pelajaran, lalu merumuskan masalah kurangnya media belajar yang menarik. Dengan ide membuat video animasi interaktif, siswa membuat video pendek menggunakan aplikasi sederhana, menayangkannya kepada siswa SD, dan mengumpulkan respons untuk memperbaiki isi dan tampilan video. Hasilnya, motivasi belajar anak-anak meningkat dan siswa yang membuat video pun merasakan kepuasan dalam berbagi ilmu.

Dari berbagai contoh tersebut, terlihat jelas bahwa Design Thinking bukan sekadar metode, tetapi sebuah cara berpikir dan pendekatan belajar yang menyeluruh. Prosesnya membentuk siswa menjadi individu yang solutif, peka terhadap masalah sosial, dan siap berkontribusi dalam masyarakat. Mereka tidak hanya memahami materi pelajaran secara kognitif, tetapi juga mampu mengaplikasikannya dalam konteks nyata dengan cara yang kreatif dan bertanggung jawab.

Sebagai penutup, Design Thinking memberikan harapan baru bagi pendidikan yang lebih relevan, inklusif, dan bermakna. Ia menjembatani jurang antara pembelajaran di sekolah dan kebutuhan di dunia nyata. Dengan menerapkan pendekatan ini secara bertahap, para pendidik dapat menciptakan ruang belajar yang memberdayakan siswa untuk berpikir, merasa, dan bertindak. Sudah saatnya kita beralih dari pendekatan instruksional menuju pembelajaran transformatif yang menyalakan api keingintahuan, empati, dan semangat inovasi dalam diri setiap siswa. Mari kita mulai dari kelas kita hari ini, dan menyiapkan generasi pembelajar masa depan yang adaptif, kolaboratif, dan penuh makna.

Penulis : Ardan Sirodjuddin, M.Pd, Kepala SMK Negeri 10 Semarang dan Peserta TOT Pembelajaran Mendalam BBGTK Provinsi Jawa Tengah

5 Komentar

Digna Palupi
Jumat, 18 Jul 2025

Terima kasih Pak Ardan, sangat bermanfaat.👍

Balas
Suryani
Jumat, 18 Jul 2025

Terima kasih Pak Ardhan sharingnya, sangat bermanfaat. Sukses selalu kagem Pak Ardhan dan SMK 10 semakin hebat.

Balas
Suryani
Jumat, 18 Jul 2025

Terima kasih Pak Ardhan sharingnya, sangat bermanfaat. Sukses selalu kagem Pak Ardhan dan SMK 10 semakin hebat.

Balas
Suryani
Jumat, 18 Jul 2025

Terima kasih Pak Ardhan sharingnya, sangat bermanfaat. Sukses selalu SMK 10 semakin hebat.

Balas
Jumat, 18 Jul 2025

Terimakasih bapak sharingnya… sangat bermanfaat Bapak.. sehat, makin hebat dan sukses selalu..

Balas

Beri Komentar

Tinggalkan Balasan ke Suryani Batalkan balasan