Selasa, 20-05-2025
  • Website Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan Sahabat
  • Website Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan SahabatWebsite Ardan Sirodjuddin menerima tulisan artikel Guru, Kepala Sekolah dan Praktisi Pendidikan dalam Kolom Tulisan Sahabat

Menggali Makna Pembelajaran Kritis ala Paulo Freire

Diterbitkan : Rabu, 23 April 2025

Bapak/Ibu Yth.
Jangan lewatkan kesempatan belajar materi bermanfaat tentang Membuat Lagu Tanpa Punya Dasar Musik.
Sabtu, 03 Mei 2025
09.00 WIB-Selesai

Materi Webinar
1. Membuat lagu dari berbagai genre
2. Menemukan tema lagu yang menarik
3. Membuat lirik lagu
4. Mengemas lagu buatan sendiri

Daftar sekarang ke nomor ini : 081390220602

 

Belajar adalah salah satu aktivitas paling mendasar dalam kehidupan manusia. Sejak lahir, kita mulai belajar—dari mengenali suara ibu, hingga memahami kompleksitas dunia tempat kita tumbuh. Namun ironisnya, semakin dewasa, pemahaman kita tentang belajar justru sering kali menyempit. Banyak orang memaknai belajar hanya sebagai kegiatan menghafal, menyalin catatan, atau mengisi jawaban di lembar ujian. Padahal, belajar sejatinya adalah proses yang jauh lebih luas dan bermakna daripada sekadar mengumpulkan informasi.

Dalam pandangan tokoh pendidikan asal Brasil, Paulo Freire, belajar memiliki dimensi yang jauh lebih dalam. Ia pernah mengatakan, “Belajar bukan sekadar menerima informasi secara pasif, melainkan suatu proses di mana manusia menyusun kembali pengetahuan melalui keterlibatan aktif dalam realitas mereka.” Kutipan ini menekankan bahwa proses belajar bukanlah sekadar memindahkan informasi dari buku ke otak, tetapi juga tentang bagaimana individu berinteraksi dengan informasi itu, mengolahnya, mengkritisinya, dan menjadikannya bagian dari pemahaman yang lebih utuh tentang dunia. Di era modern yang dipenuhi arus informasi, relevansi pemikiran Freire semakin nyata. Kita tak hanya butuh tahu, kita perlu mengerti, menganalisis, bahkan mencipta.

Sayangnya, sistem pendidikan dan budaya belajar kita masih banyak yang terjebak pada pola lama: guru menjelaskan, siswa mencatat, lalu diuji dengan soal-soal pilihan ganda. Ini menciptakan ilusi bahwa siapa pun yang mampu mengingat banyak hal adalah orang yang cerdas. Padahal, kemampuan menghafal tanpa pemahaman sering kali rapuh dan mudah menguap. Kita telah menyaksikan betapa cepatnya informasi berubah, dan betapa pentingnya kemampuan berpikir kritis untuk menyaring, mengolah, dan mengaitkan informasi dalam konteks yang benar.

Belajar seharusnya menjadi perjalanan yang hidup—penuh dialog, diskusi, pertanyaan, bahkan kebingungan yang sehat. Ketika kita mulai mempertanyakan, kita mulai memahami. Ketika kita mulai berdiskusi, kita belajar melihat dari sudut pandang lain. Dan ketika kita mulai merefleksi, kita sedang menanam benih pemahaman yang lebih dalam. Inilah yang dimaksud dengan proses belajar yang dinamis. Bukan sekadar soal benar atau salah, tetapi bagaimana kita mengasah pikiran, mengembangkan rasa ingin tahu, dan mengolah makna dari setiap pengalaman.

Mengubah cara pandang terhadap belajar memang tidak mudah. Apalagi jika sejak kecil kita dibentuk untuk hanya mengejar nilai, bukan makna. Tapi perubahan bisa dimulai dari kesadaran sederhana: bahwa belajar adalah proses aktif, bukan pasif. Bahwa tujuan belajar bukan sekadar tahu, tapi juga tumbuh. Dan bahwa belajar bukan hanya untuk lulus ujian, tapi untuk menjadi manusia yang terus bertanya, berpikir, dan berdaya.

Artikel ini hadir untuk mengajak kita semua—guru, siswa, orang tua, bahkan siapa pun yang masih punya semangat bertumbuh—untuk melihat kembali makna belajar. Mari kita hentikan kebiasaan menyederhanakan belajar menjadi hafalan dan rutinitas, dan mulai menghidupkan kembali semangat pembelajaran yang menggugah dan memberdayakan. Karena di dunia yang terus berubah ini, kemampuan untuk terus belajar secara kritis dan reflektif adalah bekal paling berharga yang bisa kita miliki.

Untuk membaca lengkap artikel ini, Bapak dan Ibu bisa memberikan donasi sebesar Rp. 2.000 tiap artikel atau Rp. 10.000 untuk 7 (tujuh) artikel dalam satu minggu. Silahkan bisa dikirim ke DANA di nomer WA 081390220602. Screenshoot bukti transfer dan kirim ke nomer WA 081390220602 disertai nama pengirim.

1 Komentar

Elmina Ita Kusumawardani
Rabu, 23 Apr 2025

Mengispirasi …tks p.Ardan

Balas

Beri Komentar

Balasan