Jakarta, 11 April 2025 – Di tengah upaya pemerintah untuk menciptakan generasi emas pada tahun 2045, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) meluncurkan program unggulan bertajuk “Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat” (7 KAIH). Program ini dirancang sebagai langkah strategis untuk membentuk karakter generasi muda yang sehat, cerdas, dan berkarakter. Salah satu sekolah yang menjadi percontohan dalam implementasi program ini adalah SMP Negeri 41 Jakarta.
Program Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat mencakup tujuh aktivitas sederhana namun fundamental: bangun pagi, taat beribadah, berolahraga, makan sehat bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur cepat. Ketujuh kebiasaan ini diharapkan dapat diterapkan secara konsisten oleh siswa, guru, hingga orang tua sebagai bagian dari pembentukan karakter positif.
“Bangun pagi adalah salah satu kebiasaan dasar yang sangat penting,” ujar Ibu Metrin Fivi, Kepala SMPN 41 Jakarta. “Orang sukses biasanya memiliki pola hidup disiplin, termasuk bangun lebih awal. Oleh karena itu, kami mengajak semua warga sekolah untuk memulai hari dengan energi positif melalui kebiasaan ini.”
Setiap Senin pagi, siswa SMPN 41 Jakarta diminta hadir lebih awal untuk mengikuti upacara bendera. Sementara pada hari Rabu, seluruh warga sekolah melaksanakan senam bersama menggunakan gerakan “Senam Anak Indonesia Hebat.” Aktivitas fisik ini tidak hanya meningkatkan kebugaran tubuh, tetapi juga membantu siswa fokus dalam proses pembelajaran.
Kiara, salah satu siswi kelas 8A, menanyakan manfaat lebih dalam dari senam tersebut. “Apakah aktivitas fisik di jam pelajaran olahraga tidak cukup?” tanyanya kepada narasumber dalam diskusi interaktif. Menjawab pertanyaan Kiara, Bu Rusprita Putri Utami, Kepala Pusat Penguatan Karakter Kemendikdasmen, menjelaskan bahwa senam pagi memberikan dampak signifikan terhadap kesehatan fisik dan mental. “Senam ini membantu meningkatkan aliran oksigen ke otak, sehingga konsentrasi siswa saat belajar menjadi lebih optimal,” katanya.
Keberhasilan implementasi 7 KAIH sangat bergantung pada kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Guru-guru di SMPN 41 Jakarta, misalnya, secara rutin melakukan refleksi harian untuk memastikan siswa menerapkan kebiasaan-kebiasaan tersebut. “Setiap pagi, saya selalu menanyakan apakah siswa sudah bangun pagi, salat subuh, atau sarapan sebelum berangkat sekolah,” tutur salah satu guru kelas.
Selain itu, orang tua juga diajak untuk terlibat aktif melalui grup WhatsApp (WAG) yang dibentuk oleh sekolah. “Komunikasi dengan orang tua sangat penting. Jika ada siswa yang datang terlambat, kami akan menanyakan penyebabnya dan mencari solusi bersama,” tambah Bu Metrin.
Sebagai bagian dari evaluasi, siswa diminta mencatat kebiasaan mereka dalam jurnal harian. “Jurnal ini bukan hanya alat evaluasi, tetapi juga media refleksi bagi siswa,” kata Irma Gustiana, psikolog yang turut hadir dalam diskusi. “Dengan mencatat kebiasaan mereka setiap hari, siswa dapat melihat progres diri sendiri dan merasa termotivasi untuk terus memperbaiki.”
Direktur Pusat Pelatihan Guru & Redaktur ardansirodjuddin.com mengatakan Program Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) merupakan langkah strategis untuk membentuk generasi emas Indonesia pada tahun 2045. Sebagai praktisi pendidikan yang fokus pada pengembangan kapasitas guru dan karakter siswa, saya melihat program ini sebagai sebuah inisiatif yang sangat tepat, sederhana, namun memiliki dampak mendalam.
Kehebatan program ini terletak pada kesederhanaannya. Ketujuh kebiasaan—bangun pagi, taat beribadah, berolahraga, makan sehat bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur cepat —merupakan aktivitas keseharian yang mudah dipahami dan diterapkan oleh siapa saja, baik anak-anak maupun orang dewasa. Namun, seperti yang disampaikan oleh para narasumber dalam diskusi publik, kebiasaan-kebiasaan kecil ini, jika dilakukan secara konsisten, akan membentuk karakter yang kuat. Hal ini sejalan dengan teori Atomic Habits yang menekankan bahwa perubahan besar dimulai dari kebiasaan-kebiasaan kecil yang dilakukan secara rutin.
Sebagai pelatih guru, saya sering menekankan pentingnya pembiasaan dalam proses pembelajaran. Guru bukan hanya bertugas mengajar akademis, tetapi juga menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya panduan implementasi yang jelas, guru dapat lebih mudah membimbing siswa untuk menerapkan kebiasaan-kebiasaan positif ini.
Salah satu poin penting dalam program ini adalah peran guru sebagai role model. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Metrin Fivi, Kepala SMPN 41 Jakarta, “Anak-anak datang pagi, gurunya harus lebih pagi. Anak-anak beribadah, gurunya harus lebih taat beribadahnya.” Ini menunjukkan bahwa guru tidak hanya menjadi pengajar, tetapi juga contoh nyata bagi siswa.
Dalam pelatihan guru yang kami selenggarakan, kami selalu menekankan pentingnya keteladanan. Guru yang bangun pagi, berolahraga, dan menerapkan pola hidup sehat akan memberikan inspirasi nyata bagi siswa. Keteladanan ini juga berlaku bagi orang tua, karena pendidikan karakter adalah tanggung jawab bersama antara sekolah dan keluarga.
Program ini tidak hanya melibatkan sekolah, tetapi juga keluarga dan masyarakat. Saya sangat setuju dengan penekanan Bu Rusprita Putri Utami, Kepala Pusat Penguatan Karakter Kemendikdasmen, bahwa peran keluarga sangat krusial dalam pembentukan karakter anak. Misalnya, kebiasaan bangun pagi dan tidur cepat sangat bergantung pada dukungan orang tua di rumah.
Melalui grup WhatsApp (WAG) yang dibentuk antara wali kelas dan orang tua, komunikasi menjadi lebih efektif. Orang tua dapat memantau perkembangan anak melalui jurnal harian yang disediakan. Hal ini juga memudahkan guru untuk memberikan apresiasi dan motivasi kepada siswa yang konsisten menerapkan kebiasaan baik tersebut.
Program ini memberikan solusi konkret untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Contohnya, kebiasaan berolahraga di pagi hari, seperti senam anak Indonesia hebat, dapat meningkatkan aliran oksigen ke otak, sehingga siswa lebih fokus dan produktif di kelas.
Psikolog Irma Gustiana juga menambahkan bahwa aktivitas fisik di pagi hari merangsang koordinasi dan daya ingat, serta meningkatkan suasana hati siswa. Ini berarti, program ini tidak hanya membentuk karakter, tetapi juga meningkatkan performa akademis siswa.
Salah satu keunggulan program ini adalah fleksibilitasnya. Panduan yang disusun oleh Kemendikdasmen mencakup berbagai jenjang pendidikan, mulai dari PAUD hingga SMA/SMK, serta panduan khusus untuk orang tua. Hal ini memastikan bahwa program ini dapat diadaptasi sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah dan keluarga.
Sebagai praktisi pendidikan, saya sangat mengapresiasi pendekatan ini. Setiap daerah di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda, dan fleksibilitas dalam implementasi memungkinkan program ini diterima dengan baik di berbagai lapisan masyarakat.
Terakhir, program ini adalah investasi jangka panjang untuk masa depan bangsa. Anak-anak yang saat ini sedang menempuh pendidikan adalah calon pemimpin Indonesia di tahun 2045. Dengan membiasakan mereka pada nilai-nilai positif sejak dini, kita sedang membangun fondasi peradaban yang kuat dan berdaya.
Seperti yang disampaikan oleh Pak Wayan Swastawa, mantan pembantu rumah tangga yang kini menjadi pengawas sekolah, “Saya sudah membuktikan sendiri bahwa menerapkan tujuh kebiasaan ini benar-benar mengubah hidup saya.” Kisah ini menunjukkan bahwa program ini tidak hanya teori, tetapi juga dapat diwujudkan dalam kehidupan nyata.
Secara keseluruhan, Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat adalah program yang visioner dan inklusif. Dengan kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat, serta dukungan dari media dan pemerintah, saya yakin program ini akan berhasil mencetak generasi yang sehat, cerdas, dan berkarakter. Mari kita bersama-sama mendukung gerakan ini demi masa depan Indonesia yang lebih baik.
Lihat lengkap videonya disini :
sukses selalu pak
Yang meluncurkan bu Kemendikdasmen Bapak. Matur nuwun atas supportnya
Beri Komentar